Chapter 6

2.2K 86 0
                                    

Pagi hari, Putri sudah rapi dengan seragam lengkapnya. Ia juga tak lupa dengan menjalankan ibadah shalat shubuh tadi.

Seusai itu, dirinya mulai membereskan tempat tidur, juga mengecek kembali buku pelajaran yang ia sudah siapkan semalam.

Kini dirinya tengah berkutat pada cermin, tangannya mulai mengikat surai hitamnya dalam satu ikatan. Tak lupa juga, ia memoles pelembab dan memakai bedak secara tipis-tipis, tak ketinggalan dengan lip balm yang memenuhi bibirnya.

Putri mulai melangkah keluar menuju dapur untuk sarapan. Ia mengambil dua lembar roti tawar ditaburi selai stroberi, dengan pelengkap susu cokelat hangat. Selesai sarapan, Putri pun keluar rumah menuju halte. Seperti biasa, ia akan menunggu angkutan umum di sana.

Ketika angkutan umum itu tiba, Putri pun segera menaikinya, dan mobil angkutan umum pun melaju pergi.

Beberapa menit kemudian Putri telah sampai di kawasan sekolah. Mungkin karena masih pagi, sekolah juga masih sangat sepi. Putri justru bersyukur, karena dengan begini ia dapat berjalan dengan tenang. Tanpa mendengar sebuah ocehan tidak jelas dari mereka yang suka sekali bergosip.

***

"By the way, Ga. Ini lo diajakin tanding. Lo mau terima atau enggak?" tanya David pada Arga yang sejak tadi diam seraya memainkan ponselnya.

"Terima," jawab Arga dengan singkat.

"Lo yakin? Lawan kali ini, si, Reno. Dan dia itu licik, Ga, gue takut nanti lo kenapa-napa."

"Ngeraguin gue?" Arga berucap dengan halis yang ia naikkan sebelah.

"Bukan gitu maksud gue. Gue yakin, lo pasti menang. Tapi, lo juga harus hati-hati sama dia. Karena dia itu terlalu licik dan gak pernah mau terima kekalahan."

"Tenang aja, serahin sama gue." Arga menjawab dengan sorot mata yang tajam.

Dion dan Vino, sejak tadi hanya menyimak saja pembicaraan David dan Arga. Mereka berdua sudah tidak meragukan lagi, bagaimana hebatnya Arga saat di arena balap. Juga betapa liciknya Reno, lawan pemainnya nanti. Jika sudah seperti ini, tidak akan ada yang berani melarang seorang Arga. Karena dia tipe orang, yang jika ada yang menantang pasti akan Arga sanggupi. Istilahnya, lo jual gua beli.

***

Vino dan Dion, kini sedang berada di kantin membeli makanan dan minuman untuk mereka. Sedangkan Arga dan David, tengah bermain basket di lapangan outdoor.

Saat langkahnya yang baru saja ingin keluar dari area kantin, Vino dan Dion tak sengaja bertemu dengan Keyla juga Vina yang kini menuju ke area kantin.

"Hai, kalian baru ke kantin?" tanya Dion pada Vina dan Keyla.

"Ah, iya, Kak. Tumben kalian cuma berdua aja?" Vina menjawab dengan raut yang terlihat bingung.

"Oh ... ini si David sama Arga lagi di lapangan, main basket. Makanya cuma kita berdua aja yang ke kantin."

"Pantesan, di lapangan tadi rame banget, gak taunya ada kak Arga sama kak David di sana. Oh iya, Kak, kita mau pesen makanan dulu, ya, udah laper juga, ni." Vina berucap seraya berpamitan pada Dion dan Vino.

"Iya-iya silahkan! Kita berdua juga mau langsung ke lapangan, kok."

"Eh, tunggu ... kalian juga cuma berdua aja, tumben?" tanya Vino dengan nada yang heran.

Cold Girl (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang