Hari ini, Arga dan Putri berangkat sekolah bersama tanpa adanya perdebatan.
Saat di rumah tadi, Putri merasa terkejut atas kedatangan Arga yang sudah duduk di depan teras. Padahal mereka tidak janjian sebelumnya, pun Arga tidak bilang juga perihal ingin menjemputnya. Karena jujur, ia masih sangat gugup untuk bertemu Arga atas kejadian kemarin. Dan sampai akhirnya, mereka berangkat bersama dengan Putri yang tak banyak bicara.
Beberapa menit kemudian, mereka telah sampai di sekolah. Arga keluar dari balik kemudinya dan beralih ke pintu mobil samping. Di mana ada Putri yang masih duduk di dalam. Dan sang empu, cukup terkejut atas perlakuan Arga terhadapnya.
"Makasih, Ga."
"Sama-sama."
Arga pun menggenggam tangan Putri untuk menuju ke kelas mereka. Arga mengantar Putri terlebih dahulu, untuk memastikan bahwa gadisnya itu masuk ke dalam kelas dengan selamat.
"Belajar yang rajin, ya." Arga berujar seraya mengelus puncuk kepala Putri.
"Iya."
Seusai dengan percakapan singkat itu, Arga pun pergi dari kelas Putri. Dan Putri mulai masuk ke dalam kelas.
"Hai, guys, yuhuu." Vina berujar seraya memasuki kelas dengan riang.
"Kenapa, si?" tanya Putri pada Vina.
"Kenapa apanya?"
"Ceria banget."
"Ah, itu ... gue lagi seneng banget."
"Ada apaan, ni? Rame banget kayanya," imbuh Keyla saat dirinya baru saja memasuki kelas.
"Guys, gue abis ditembak sama Dion. Dan kita, udah jadian." Vina menjawab pertanyaan Keyla dan Putri dengan senyum yang lebar.
"Oh, ya ampun. Sahabat gue ini, udah gak jomblo lagi, dong." Keyla berujar, seraya mencolek dagu Vina dengan senyum menggoda.
"Sumpah, gue bahagia banget."
"Selamat, ya, Vin," ujar Putri memberi selamat pada Vina.
"Iya, thanks my bestie ucapannya. Hari ini, kalian gue traktir di kantin."
Vina dan Putri menjawabnya dengan anggukan kepala. Mereka senang, melihat Vina yang bahagia perihal hubungannya dengan Dion. Karena sejauh ini, ternyata Dion serius akan semua ucapannya. Bukan hanya sebuah bualan semata untuk membuat Vina baper saja. Dan mereka merasa lega akan hal itu.
***
Putri, Vina, dan Keyla baru saja ingin keluar kelas menuju kantin, tiba-tiba ada yang menyenggol lengan Putri hingga sang empu bergeser ke samping.
"Ups, sorry, sengaja." Flowra berbisik ke telinga Putri dengan nada yang mengejek.
"Kalo ada masalah sama gue, kita bisa bicarain baik-baik," jawab Putri dengan nada yang dingin.
"Gue mau bicara sama lo nanti, setelah pulang sekolah." Flowra pergi seraya memasang senyum miringnya.
"Are you okay, Put?" tanya Keyla pada Putri.
"I'm fine." Putri menjawabnya dengan santai. Seusai itu, mereka pun pergi dari sana menuju kantin.
***
Bel tanda pulang sudah berbunyi sejak tadi. Sebagian murid pun sudah meninggalkan kawasan sekolah. Hanya ada beberapa murid yang mengikuti ekskul, atau juga sekedar jajan di kantin yang masih buka.
"Put, pulang bareng, yuk!" ajak Keyla.
"Em, kayanya gue gak bisa bareng kalian, deh. Gue udah ada janji sama Flo."
"Janji apa?" tanya Keyla curiga dengan tingkah Flowra yang tiba-tiba mengajak janji pada Putri.
"Dia mau bicara sama gue, tapi gue gak tau perihal apa. Dan lo, duluan aja sama Vina."
"Put, lo yakin mau nemuin dia? Setelah apa yang dia lakuin ke elo kemarin? Gue cuma takut lo kenapa-kenapa, Put." Vina tak bisa berpikir positif akan tentang Flowra terhadap Putri. Pasalnya, Flowra begitu jahat dengan tingkah semaunya.
"Kalian tenang aja, gue gak akan kenapa-kenapa, kok."
Keyla dan Vina pun menghela nafasnya atas ucapan Putri.
"Kalo gitu, kita duluan, ya, Put. Hati-hati sama kucing garong," ucap Vina disertai tawa yang kencang. Putri hanya menggelengkan kepalanya melihat sahabatnya yang lucu.
"Ehem, lo gak lupa, kan?"
"Gue gak lupa. Mau bicara apa?"
"Ikut gue! Gue gak mau bicara di sini," ujar Flowra seraya menuju ke area parkir. Putri pun mengikutinya dari belakang. Saat sampai di parkiran, Putri pun masuk ke dalam mobil milik Flowra.
________
Terima kasih ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Girl (End)
TeenfikceHidup dalam kukungan kesepian adalah kesehariannya selama ini. Tak ada kepastian dari kedua orang tuanya untuk datang bahkan memberi kasih sayang padanya. Sunyi, sepi, dan sedih. Seperti tak ada kebahagiaan yang nyata, begitu datar dan monoton. Sela...