Chapter 44

1.3K 46 1
                                    

Sejak masuk ke area kampus, hingga selesai kelas, Putri tak berhenti untuk menyunggingkan senyumannya.

Shila, Keyla, dan Vina yang melihat itu, sangat heran. Ada apa dengan sahabatnya satu ini? Bak remaja yang sedang dilanda cinta saja.

Mereka kini tengah berada di kantin. Seusai memesan makanan, Vina pun mulau menegur Putri yang masih saja senyum-senyum tidak jelas.

"Put, lo kenapa, si? Gak takut kaku tuh mulut daritadi senyum mulu?" Vina berujar dengan nada yang heran pada Putri.

"Eh, emang gue kenapa?" tanya Putri bingung.

"Lo tuh keliatan bahagia banget, Put. Daritadi lo gak berhenti senyum. Sejak awal masuk kelas, sampai berakhir di kantin ini. Apa, si, yang buat lo jadi gini?" tanya Keyla dengan penuh lembut.

Putri meringis malu, kala Keyla berujar seperti itu. Memalukan sekali dirinya, yang terus menyunggingkan senyuman sejak tadi.

"Gue mau, lo ceritain semuanya! Alasan kenapa lo senyum-senyum sendiri kaya gitu."

"Oke, gue bakal cerita ke kalian. Tapi setelah makan."

Karena kebetulan pesanan mereka sudah tersedia di meja, segera saja mereka melahapnya.

Setelah itu, Putri mulai menceritakan semua kejadian, di mana dirinya yang diajak pergi ke tempat yang bagus, dan juga dilamar oleh kekasihnya, yakni Arga.

Reaksi dari ketiga sahabatnya itu, jelas saja terkejut. Mereka ikut bahagia, kala mendengar semua cerita Putri.

***

Saat Putri dan ketiga sahabatnya melangkah ingin keluar menuju parkiran, tiba-tiba saja ada yang menghadang jalan mereka.

"Hai, kita ketemu lagi," sapa orang itu.

"Ada perlu apa?" tanya Putri dengan raut yang datar.

"Em, sebenernya gue mau ajak lo jalan, si. Ada waktu?"

"Maaf, gue gak bisa."

"Kalau di lain waktu, gimana?"

"Tetep gak bisa."

"Kenapa? Ada yang marah, kalo gue ajak lo jalan?"

Vina yang kesal dengan orang yang ada di hadapannya itu, segera angkat bicara.

"Aji."

"Iya?"

"Lo tuh, gak usah sok-sok akrab gitu sama sahabat gue. Gue gak suka, jauh-jauh sana!"

"Tapi, lo itu, kan, cuma sahabat. Masa lo mengekang Putri, yang notabennya sahabat lo sendiri untuk berteman dengan siapa aja, termasuk gue?"

"Wah, ngeselin lo ternyata. Denger ini baik-baik, ya, Aji! Sekarang, Putri aja udah nolak lo, gimana hari-hari berikutnya? Mungkin lo bakalan lebih sakit saat tau semuanya. Dan gue gak bodoh, untuk tau maksud lo deket sama Putri itu apa."

Aji mengerutkan dahinya kala Vina berkata seperti itu. Tahu semua, apa maksudnya? Yang dipikirannya saat ini ialah, apakah Putri sudah memiliki kekasih? Hingga para sahabatnya pun, seolah menolak atas kehadirannya dihidup Putri.

"Biar gue jelasin, ya, Aji. Putri sahabat Kami ini udah punya pacar, oh ralat, calon suami karena dia udah dilamar. Lo liat ini, di jari tangan Putri sudah berkepemilikan. Jadi, lo gak ada hal buat ngatur hidup Putri. Wajar aja kalo dia nolak lu sekarang, karena dia gak ingin ada kesalahpahaman antara dia sama calon suaminya. Dan asal lo tau, perjalanan cinta mereka itu panjang, sejak masa SMA sampai sekarang. Gak akan gue sama yang lain biarin, kalo sampe ada orang ke tiga dihubungan mereka. Jadi, jangan jadi penghancur di sini kalo gak mau disebut PHO." Setelah Shila menjelaskan hal tersebut, Aji seketika bungkam. Kemudian, ia pergi tanpa ada perkataan yang keluar dari mulutnya itu. Dia sudah kalah telak, atas penjelasan para sahabat Putri.

Vina dan Shila bertos ria, karena berhasil mengusir Aji dari hadapan mereka dan kehidupan Putri. Jadi, tidak ada lagi pengganggu untuk hubungan Arga dan Putri. Kalau sampai ada lagi yang seperti itu, sudah pasti ketiga sahabatnya pasang badan paling depan. Orang ke tiga, akan mereka hempas jauh-jauh.

***

Ketiga sahabat Putri, kini tengah mengantar Putri ke kantor Arga. Putri memang berencana ke sana, tanpa memberitahu pada Arga. Niatnya, ingin memberi kejutsn untuk kekasihnya itu. Sesekali tak apa, kan, berkunjung ke kentor calon suami?

"Put, gak mau di anter masuk sekalian?" tanya Keyla saat mereka sampai di lobi kantor.

"Enggak usah, kalian kayanya udah cape banget. Gue bisa sendiri, kok. Makasih, ya, udah mau anterin gue."

"Iya, Put, santai. Ya udah, sana masuk! Kita pamit, ya." Putri keluar dari mobil milik Keyla. Dan mereka bertiga pun pamit pergi.

Putri menuju resepsionis. Ia menanyakan pada salah satu resepsionis itu, di mana letak ruangan seorang Arga.

"Maaf, Mbak, apa Arga ada di ruangannya? Kalau boleh tahu, ruangannya berada di lantai berapa, ya?" tanya Putri sopan kepada resepsionis, dengan nama Winda Zifia.

"Sudah ada janji dengan pak Arga? Dan maaf sebelumnya, kenapa kamu tidak sopan dengan menyebut pak Arga tanpa embel-embel pak sama sekali? Pak Arga itu CEO, loh, di kantor ini?"

"Em, sebenarnya belum ada janji, si. Tapi, memang saya sudah terbiasa memanggil dia seperti itu, Mbak. Em, apa sebaiknya Mbak beritahu saja di mana ruangan Arga?"

"Maaf, saya tidak bisa memberitahu ke sembarang orang. Seharusnya ada janji temu dulu jika ingin bertemu dengan pak Arga."

Putri menghembuskan nafasnya. Tak ada pilihan lain, selain menghubungi kekasihnya itu kalau dia ada disini.

Putri mendial nomor Arga, dan tak lama telepon darinya pun diangkat.

Putri menjelaskan bahwa dirinya sudah di kantor sejak lima menit yang lalu. Namun, resepsionis seolah tak mau memberitahukan di mana letak ruangan Arga.

"Kamu jelasin kaya gitu aja udah buat aku kaget loh, Ay. Kamu naik aja ke lantai sepuluh, di sana ruangan aku, Ay. Dan aku juga bakalan kasih tau Winda, kalo kamu itu calon istri aku. Nyonya Arga. Jadi, dia gak bakalan ngusir kamu sembarangan lagi."

"Ga, tap ...." Belum sempat Putri meneruskan ucapannya, telepon itu terputus secara sepihak oleh Arga. Ia hanya menghela nafasnya saja, saat ia melihat Winda yang saat ini tengah di hubungi oleh Arga. Bahkan terdengar beberapa kali ia mengucapkan kata maaf dari mulutnya itu.

Seusai telepon itu ditutup, Winda juga tak lupa untuk meminta maaf padanya. Putri si, hanya tersenyum dan memaklumi itu. Ya, memang salahnya juga, karena tidak memberitahukan siapa dirinya dan apa tujuannya ke kantor ini.

________

Terima kasih ❤

Cold Girl (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang