Chapter 38

1.1K 46 0
                                    

Saat ini, Putri, Wijaya, serta Arga juga keluarganya sedang berada di Bogor. Mereka ke vila milik Wijaya untuk berlibur. Para sahabat mereka juga ikut serta, sehingga di sana sangat ramai. Tempatnya pun luas, bersih dan nyaman.

Saat malam tiba, mereka mengadakan acara bakar-bakar jagung juga menyalakan api unggun kecil. Mereka banyak berbincang serta diselingi canda dan tawa bersama. Selesai mengadakan acara bakar-bakar, dan berhubung sudah lelah seharian habis beberes, akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat.

Keesokan harinya, mereka mulai berkumpul kembali, tepat pada pukul 06:30 pagi.

Saat ini, Cintya, Putri, Keyla, Vina, dan Ashila tengah berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan pagi. Sedangkan para lelaki, sedang lari pagi mengitari daerah yang tak jauh dari vila.

Sekitar pukul 09:00, para lelaki semuanya telah kembali ke vila. Seusai itu, mereka langsung menyantap sarapannya bersama. Nikmatnya makan di ruang tengah dengan lesehan, sudah seperti terjalin ikatan persaudaraan yang erat.

***

Kini mereka tengah berkumpul di ruang keluarga. Seperti biasa, saling bersenda gurau dengan banyak topik obrolan di dalamnya.

Sedangkan Arga dan Putri, memilih untuk mengobrol di halaman depan vila.

"Ga, kamu nanti mau kuliah di mana?"

Tak ada jawaban dari Arga. Ia tengah merenungi pertanyaan yang diberikan oleh Putri.

"Kok kamu gak jawab? Kamu mau kuliah di mana, Ga?" tanya Putri sekali lagi.

"Aku ... Sebenernya, ini berat buat aku. Tapi aku ...."

"Bukan kamu banget ngejawabnya kaya gini. Ada apa, si? Aku cuma penasaran kamu mau kuliah di mana, Ga."

Arga menghela nafas beratnya, sebelum akhirnya ia mengeluarkan suara untuk memberikan jawaban.

"Aku udah daftar kuliah di Oxford University. Sehari setelah ujian, dan aku ke terima. Aku dapat beasiswa di sana, Ay. Aku pikir, gak akan berat untuk tinggal di negara orang. Tapi semenjak aku ketemu kamu, ada kamu di samping aku, terutama sekarang kamu itu pacar aku. Buat aku berat untuk pergi ke sana, Ay."

Jika boleh egois, mungkin Putri ingin Arga membatalkan untuk pergi kuliah di sana. Tapi itu tidak mungkin terjadi. Ia tidak mungkin membiarkan Arga menyia-nyiakan kesempatan itu.

Mau tidak mau, ia harus bisa menerima hal itu. Karena mau bagaimana pun, Arga harus bisa meraih impiannya. Kuliah di kampus terbaik adalah kesempatan emas untuk Arga. Ia tidak mungkin menghalangi impian Arga begitu saja.

Bulir air mata telah memenuhi pipi Putri. Jujur saja, ia belum siap jika harus berpisah dengan Arga. Tapi apa boleh buat? Arga harus meraih pendidikannya di sana.

"Sayang, jangan nangis. Maafin aku, ya. Oke, aku akan batalin beasiswa itu. Aku bakal ambil kuliah di sini aja. Supaya aku, bisa sama-sama kamu terus." Arga berujar dengan nada yang khawatir, seraya memeluk tubuh Putri dengan erat.

Untuk beberapa saat, Putri masih menangis di dada bidang milik Arga. Mulutnya seakan kelu untuk bicara.

Ketika merasa sudah membaik, Putri pun mulai melepaskan pelukan itu dan duduk dengan tegap. Netranya menilik ke bola mata milik Arga. Lama mereka saling menatap, sampai akhirnya Putri mengeluarkan suaranya yang serak.

Cold Girl (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang