Arga sudah kembali ke Rumah Sakit. Ia melihat Cintya yang masih setia menemani Putri bersama dengan Arsen yang tengah memainkan ponselnya di sofa.
Cintya bilang, Ardian tengah membayar administrasi. Maka dari itu, mereka hanya berdua di ruang rawat inap.
Arga menghela nafasnya, saat melihat keadaan Putri yang masih terpejam di ranjang pesakitan. Ia hanya ingin, Putri sadar dari tidurnya. Ia ingin membahagiakan Putri setelah ini. Kalau bisa, ia ingin terus bersama Putri.
"Pa, pulang sekarang?" tanya Arsen, saat melihat Ardian yang baru saja masuk.
"Ayo, kalo emang mau pulang sekarang. Bang, kamu mau ikut pulang?"
"Aku di sini aja, Pa. Lagian, nanti Putri siapa yang jagain."
"Katanya Mama mau di sini jaga Putri. Kamu, kan, besok sekolah," jelas Ardian pada Arga.
"Tapi Arga udah bawa seragam sama buku di tas." Arga menjelaskan seraya meletakkan tasnya, di bawah lantai dekat nakas.
"Kamu yakin? Nanti kamu gak tidur lagi kalo di sini?" khawatir Cintya pada Arga.
"Gak apa-apa, Ma. Aku bakalan tidur pules di sini. Kalian gak perlu khawatir, aku bisa bagi waktu antara Putri dan sekolah, kok."
"Ya udah, kalo gitu kita pamit, ya, Bang. Awas, jagain Putri dengan baik, jangan sampe lengah!" peringat Cintya pada Arga.
"Iya, Ma, siap."
Setelah itu, Ardian, Cintya, dan Arsen pamit pulang ke rumah. Kini, hanya ada Arga dan Putri yang masih terjaga dengan mata yang tertutup.
***
Drrt drrtt drrtt
I'm jealous of the rain
That falls upon your skin
It's closer than my hands have been
I'm jealous of the rain
I'm jealous of the wind
That ripples through your clothes
It's closer than your shadow
Oh I'm jealous of the wind(Labrinth - Jealous)
Bunyi getaran dan suara dering ponsel milik Putri, terdengar di telinga Arga. Ia pun segera meraih ponsel itu di nakas, tepat samping ranjang pesakitan yang Putri tiduri.
Arga melihat nama yang tertera di ponsel tersebut. Hal itu mampu membuatnya cukup terkejut. Tanpa perlu berpikir lama, ia segera menggeser tombol hijau dan mulai mengangkatnya.
"Halo, Assalamu'alaikum," ucap Arga di sertai dengan salam.
"Ya halo, ini siapa?"
"Saya Arga, Om, temannya Putri."
"Kenapa HP anak saya ada di kamu?"
"Putri sedang di rawat, di Rumah Sakit, Om."
"Jangan bercanda kamu, putri saya memangnya kenapa?"
"Saya tidak bercanda, Om, saya serius. Putri mengalami kecelakaan. Berat sebenarnya mengatakan ini, tapi keadaan Putri dapat dikatakan buruk. Karena ia terkena tusukan pisau pada bagian perutnya, hingga banyak pendarahan. Saat ini, Putri dalam keadaan koma dan belum juga sadarkan diri." Arga menjelaskan soal kondisi Putri pada seseorang di seberang sana.
"Beritahu saya, di mana alamat Rumah Sakitnya?" ucap seorang di seberang sana dengan suara getir dan penuh khawatir.
"Rumah Sakit Medical Center, R.VIP No. III."
"Terima kasih sudah menjelaskan semuanya, saya akan segera ke sana."
"Iya, Om, sama-sama." Setelah panggilan itu ditutup, Arga segera meletakkan kembali ponsel milik Putri ke atas nakas.
Arga tersenyum pada Putri. Ia mengelus rambut Putri dengan penuh lembut. Ia yakin, ini akan menjadi awal kebahagiaan Putri untuk bertemu salah satu orang tuanya. Semoga saja setelah ini, Putri sadar dari masa komanya.
________
Terima kasih ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Girl (End)
Fiksi RemajaHidup dalam kukungan kesepian adalah kesehariannya selama ini. Tak ada kepastian dari kedua orang tuanya untuk datang bahkan memberi kasih sayang padanya. Sunyi, sepi, dan sedih. Seperti tak ada kebahagiaan yang nyata, begitu datar dan monoton. Sela...