Chapter 35

1.2K 48 0
                                    

Hari senin, tepat diadakannya ujian akhir kelas XII akan di mulai. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai terbaik.

Tak terasa, bel masuk sudah berbunyi. Mereka pun segera masuk ke dalam kelas masing-masing. Karena ujian, sebentar lagi akan dimulai.

Arga dan teman sekelasnya saat ini, tengah mengerjakan soal matematika dengan serius dan teliti. Karena, jika terkecoh sedikit saja, akan hancur lah nilai mereka.

Hingga akhirnya, ujian hari ini pun selesai. Ketika keluar kelas, banyak dari mereka yang menunjukkan dengan rsut yang berbeda. Ada yang muram, ada yang sedikit panik, ada juga yang santai seperti Arga dan David. Mereka memanh sudah tidak diragukan lagi kalau dalam menyelesaikan soal.

Sementara Dion dan Vino, kini wajahnya tampak muram tak bersemangat. Mereka merasa kesal akan soal-soal yang mereka kerjakan tadi. Benar-benar mampu membuat mereka mengepulkan asap.

"Ck, kesel banget gue. Soalnya susah banget heran," ujar Dion dengan kesal.

"Iya, anjir! Rasanya ini otak mau pecah," jawab Vino yang tak kalah kesal dari Dion.

"Soalnya mudah gitu, kok. Ya kan, Ga?" ujar David dengan senyum yang tersungging. Dan Arga menjawabnya dengan anggukan kepala, tanda menyetujui ucapan David.

"Iya, soalnya emang gampang. Jawabannya yang susah." Vino memberengut kesal akan ucapan David dan Arga.

"Yang pinter, mah, beda. Soal begituan gak ada apa-apanya buat kalian. Bagi-bagi kenapa si, punya otak pinter tuh. Jangan simpen sendiri, otak gue gak sanggup nampung soal begituan." Dion menimpali ucapan Vino. Ia kesal sekali dengan kedua sahabatnya yang mudah dalam mengerjakan soal. Sedangkan dirinya dan Vino, perlu putar otak untuk menemukan jawabannya.

Seusai percakapan itu, mereka segera pergi menuju area parkir, untuk kembali ke rumah masing-masing. Mereka butuh udara segar sekarang. Karena keesokannya, mereka akan bertarung kembali dengan soal-soal yang mampu membuat otak mereka berpikir keras.

***

Putri saat ini tengah berada di kamarnya. Ia begitu asik membaca buku novel, dengan menyalakan musik di tab, malalui speaker sedang miliknya. Dengan begitu, ia tak akan bosan berlama-lama di dalam kamar.

Hingga ia tidak menyadari, bahwa ada orang di luar yang kini sedang mengetuk pintu rumahnya.

Tak lama, ada bunyi notif pesan di ponselnya. Ia pun segera beranjak dari ranjang untuk melihat siapa yang memberi pesan padanya. Saat dilihat, ternyata itu pesan dari Arga, dengan cukup banyak pesan itu dikirim.

12:05

Arga ❤
Ay lagi apa?
Aku otw ke rumah 😗

12:30

Ay aku udah di depan, aku ketuk2 kok gak ada yang bukain?
Ay
Ayang
Sayang
Yang
Sayang buka dong! Tega banget aku di luar kaya anak ilang 😫

Putri yang membaca pesan itu tersenyum geli. Ia pun segera bergegas ke bawah. Ia merutuki dirinya sendiri, karena terlalu asik dengan dunianya, hingga tak sadar kalau ada orang yang sejak tadi menunggu di depan rumah.

Ketika Putri membuka pintu, ia melihat Arga yang kini sedang duduk di teras seraya memainkan ponsel. Arga yang menyadari ada suara pintu terbuka, langsung membalikkan tubuhnya dan menatap ke arah Putri. Sang empu yang ditatap, meringis tak enak kala Arga sudah menunggunya lama.

"Maaf, ya, aku kelamaan bukain pintunya. Keasikan baca novel, dan kebetulan aku nyalain musik di kamar, makanya gak kedengeran, deh."

"Iya sayang, gak apa-apa santai aja. Toh, aku juga baru sepuluh menitan di sini. Ay, kamu masak gak di rumah?" jawab Arga seraya memasuki rumah Putri.

"Kamu laper?" tanya Putri kembali.

"Iya, tadi gak sempet sarapan di rumah. Udah gitu, gak makan siang juga di kantin. Aku langsung ke sini soalnya."

"Kebiasaan, deh. Udah izin belum ke sini sama mama?"

"Izin, kok, tadi. Sebelum kamu buka pintu, aku sempet telepon mama dulu." Putri mengangguk mengerti. Seusai itu mereka berdua melangkah menuju dapur, untuk makan siang bersama.

"Aku mau masak dulu. Kamu tunggu di sofa aja, Ga!"

"Mau masak apa?" tanya Arga. Titahan dari Putri, seolah-olah tak di dengar olehnya.

"Em, apa, ya. Aku mau masak yang simple aja, si. Ini aku udah punya ayam yang di bumbuin, jadi tinggal di goreng aja. Aku mau buat sambel juga. Kamu mau, gak?"

"Boleh, biar seger makannya pake sambel. Aku bantuin, ya." Arga melepas seragam putihnya dan menyimpannya di sandaran kursi. Ia hanya memakai kaos putih polos, yang pas di tubuh atletisnya.

"Kamu tolong bersihin sayurannya, Ga, buat lalapan." Arga yang mengerti, segera membantu apa yang diperintahkan Putri. Begitu seterusnya, hingga semuanya selesai.

"Em, ini pasti enak banget. Aku jadi makin laper kalo kaya gini."

"Ayo, kita makan!" ajak Putri saat semua hidangan telah tersaji di meja makan. Ada ayam goreng, sambal goreng, lalapan, tumis sawi putih, tempe goreng bumbu kunyit, tahu goreng krispi.

Mereka pun menyantapnya dengan lahap dan penuh khidmat. Tanpa ada obrolan di dalamnya.

Tepat pada pukul 15:15 sore, Arga pamit pulang. Kebetulan, ia sudah begitu lama di luar, dan sudah lebih dari dua jam berada di rumah Putri.

"Ay, aku pulang, ya. Makasih juga buat masakannya, enak banget. Salam juga sama Papa."

"Iya, Ga. Hati-hati, jangan ngebut bawa motornya!"

"Siap, sayang."


________

Terima kasih ❤

Cold Girl (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang