Chapter 41

1.1K 45 0
                                    

Putri dan Ashila, kini berada di taman kampus. Mereka sedang mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen mereka. Putri sibuk mengetik, sementara Shila sibuk merangkum serta membaca buku yang mereka pinjam dari perpustakaan kampus.

"Put, ini gak lengkap, harus cari buku lagi di perpus. Lo tunggu sini, ya! Biar gue yang cari bukunya," ujar Shila pada Putri.

"Gak mau gue anter? Biar nanti ngerjainnya sekalian di perpus."

"Gak-gak, biar gue sendiri aja. Lagian gue bosen banget kalo di perpus, sumpek rasanya. Jadi lo diem di sini, sekalian lo istirahat dulu. Jari lo udah keriting, tuh." Shila terkekeh seraya menatap Putri. Dan ia pun segera beranjak dari taman, menuju perpustakaan kampus.

Sambil menunggu Shila, Putri meraih ponselnya yang berada di dalam tas. Ada satu notifikasi pesan, yang membuatnya buru-buru untuk segera membukanya.

Arga
Ay kamu masih ada kelas? Nanti aku jemput ya?

Kalo udah pulang nanti bilang sama aku!

Putri
Aku udah gak ada kelas. Cuma sekarang lagi ngerjain tugas bareng Shila. Sambil nunggu Vina sama Keyla keluar kelas juga.

Kamu gak usah jemput Ga, nanti aku mau jalan dulu bareng mereka. Gapapa kan?

Baru saja Putri ingin meletakkan ponselnya, tiba-tiba sudah ada balasan dari Arga. Hingga membuatnya meraih ponsel itu kembali.

Arga
Oh gitu, semangat ngerjain tugasnya ya 😙

Iya gpp kalo kamu mau main nanti sama mereka. Tapi jangan lupa makan, awas aja kalo sampe telat makan!

Putri yang melihat balasan Arga, hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala.

Putri
Makasih sayangku 😙

Ay ay captain! Tenang aja, tadi aku udah sempet makan kok sama Shila, paling pas jalan nanti aku makan lagi.

Arga
Udah dulu ya, aku mau kerja lagi. Bye ay

Putri
Semangat kerjanya

Read

Selesai mengobrol lewat sebuah pesan dengan Arga, Putri pun menyimpan ponselnya itu kembali ke dalam tasnya. Kemudian atensinya mulai fokus kembali ke layar laptop.

Putri merasakan ada orang di sampingnya. Tapi karena ia berpikir itu Shila, jadi ia lebih memilih fokus saja ke layar kotak itu.

Lama-kelamaan ia merasa aneh sendiri. Karena Shila yang terkenal bawel seperti Vina, kini tak berbicara satu atau dua patah kata pun padanya. Shila juga tak menjelaskan, apakah buku yang mereka butuhkan itu sudah ketemu atau belum. Karena merasa janggal, Putri pun membuka suara terlebih dahulu.

"Shil, udah ketemu bukunya? Mana coba liat?"

"Lengkap, kan, bukunya yang itu? Kalo lengkap lo langsung rangkum dulu aja, deh. Gue ngecek ini dulu. Takutnya, masih ada yang harus gue revisi." Karena merasa tak ada yang menjawab, ia mulai bersuara kembali.

"Shila, lo kok diem, si, tumben? Biasanya juga bawel."

Tanpa Putri sadari, bahwa orang yang ada di sampingnya itu kini tengah menatapnya dengan lekat. Bahkan senyumnya tersungging sejak Putri mengeluarkan suaranya.

"Shil, lo ...." Belum sempat Putri meneruskan ucapannya, sudah di potong terlebih dahulu oleh orang yang berada di sampingnya saat ini.

"Gue bukan Shila yang lo maksud. Maaf karena gue lancang duduk di samping lo."

Putri yang mendengar suara bass itu segera menoleh ke samping. Ia terkejut, ternyata sejak tadi dirinya berbicara dengan orang asing, bukan Shila, sahabatnya.

"Maaf, lo siapa, ya?" tanya Putri bingung.

"Lo gak inget gue?" tanya balik orang itu.

Putri menggelengkan kepalanya. Ia memang tidak ingat dengan orang didepannya ini.

"Gue yang kemarin gak sengaja nabrak lo di koridor perpus. Udah inget?"

"Oh, maaf gue gak inget."

Tiba-tiba, orang tersebut mengangkat sebelah tangan kanannya. "Gue Aji, nama lo siapa?"

Putri mengerutkan dahinya. "Tujuan lo ngajak gue kenalan tuh apa?"

"Ya, pengen kenal aja. Lo dari fakultas ekonomi, kan?"

"Hm, gue Putri." Ia pun akhirnya membalas jabat tangan Aji.

Beberapa menit kemudian, setelah sesi Putri dan Aji berkenalan, datanglah Shila bersama Keyla juga Vina.

"Hai, Put," sapa Vina dengan riang.

Putri yang merasa terpanggil pun segera mengarah ke depan, di mana ada Vina, Keyla, dan Shila yang berjalan ke arahnya.

"Kok lama?" ucap Putri pada Shila.

"Maaf, Put. Tadi pas arah balik, gue ketemu mereka dulu. Eh, diajak ke toilet bawah yang diujung, jadi lama, deh. Maaf, ya."

"Iya, gak apa-apa."

"Eh, by the way dia siapa?" bisik keyla pada Putri.

"Oh Aji, baru kenal." Putri menjawabnya dengan singkat.

"Oh, hai gue Keyla. Lo kenal Putri di mana?"

"Hai, gue Aji, pernah ketemu di koridor perpus."

"Oh, gitu."

"Iya. Kalo gitu, gue cabut, ya. Mungkin lain kali, kita bisa ngobrol lebih banyak. Sorry tadi keganggu waktu tugasnya." Aji pun melangkah pergi, meninggalkan Putri, Vina, Keyla, dan Ashila dengan pandangan yang berbeda-beda.

"Ada lagi, tuh, yang ngincer lo. Gue yakin dia ada something sama lo."

"Sok tau," ucap Putri tak acuh.

"Gue setuju sama Vina kali ini. Tatapan dia beda sama lo. Kalo sampe Arga tau, abis tuh orang dibejek-bejek." Shila berujar seraya membayangkan, bagaimana posesifnya Arga terhadap Putri.

"Udah, gak usah bahas dia. Kita jadi jalan, kan?" ucap Putri mengalihkan pembicaraan, yang langsung diangguki ketiga sahabatnya.

Putri dan Shila pun mulai membereskan pekerjaan yang belum sempat selesai, ke dalam tas mereka masing-masing. Setelah itu, mereka pergi keluar kampus, menggunakan mobil milik Vina.

________

Terima kasih ❤

Cold Girl (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang