Bel jam istirahat telah berbunyi dengan nyaring. Dan Vina yang sejak tadi telah menahan kandung kemihnya, segera menyeret Keyla untuk ke toilet bersama.
"Put, lo mau ke kantin?" tanya Keyla pada Putri.
"Iya."
"Ya udah, lo ke sana duluan, ya. Sekalian juga cari tempat. Gue sama Vina mau ke toilet dulu, nanti kita nyusul ke sana."
"Iya."
Vina dan Keyla pun segera keluar kelas menuju toilet bersama. Karena Vina sudah begitu tidak tahan untuk menahan kandung kemihnya.
Putri melangkah menuju kantin sendirian. Ketika sampai di kantin, ia mulai mengedarkan ke semua penjuru tempat. Sampai akhirnya, ia menemukan tempat kosong yang berada disisi, dekat ke arah lapangan.
Saat baru saja mendaratkan bokongnya di kursi tersebut, tiba-tiba saja terdengar suara keributan dari arah stand penjual minuman.
"Lo bisa jalan gak, si? Mata lo buta, iya?" bentak orang tersebut, pada si pelaku yang menumpahkan minuman, tanpa peduli orang-orang di sekitarnya.
"M-- maaf, Kak, a-- aku gak sengaja."
"Gak sengaja- gak sengaja. Basah, ni, baju gue. Kotor lagi ... iuh." Ia pun mendorong gadis itu hingga terjatuh. Karena terlalu kesal dengan perbuatannya, hingga mendapati seragamnya yang kotor.
"Kak, a-- aku minta maaf, a-- aku bener-bener gak sengaja, sumpah." Gadis itu berucap seraya menahan tangisnya.
"Ya, makanya ... lo jangan macem-macem sama gue. Gak inget lo, gue ini siapa?" ucapnya seraya mendaratkan jari telunjuknya di dahi gadis itu, kemudian mendorongnya cukup kencang.
Putri yang merasa jengah pun menghampiri keributan tersebut. Ia menepis tangan itu dari gadis tersebut.
"Siapa lo? Jangan ikut campur masalah gue, ya."
"Gak penting gue ini siapa." Putri menitah gadis itu untuk segera pergi dari sana. Karena ada luka yang tergores di sikunya. Sepertinya, luka itu akibat dorongan tadi sampai membuat dirinya terjatuh.
"M-- makasih."
"Sama-sama. Mending lo ke UKS gih! Siku lo berdarah, tuh."
"I-- iya, sekali lagi makasih, ya." Putri menganggukkan kepalanya, dan gadis itu pun melangkah pergi bersama temannya ke UKS.
"Lo, tuh, apa-apaan, si? Sok, pake ikut campur segala masalah gue, dan lo juga ngapain pake nyuruh dia buat pergi dari hadapan gue? Gak usah belagak lo, ya, sama gue."
"Dia itu gak sengaja, gak usah hiperbola dengan cara ngebully dia segala. Lagian lo juga bisa dan mampu buat ganti baju lagi, kan?" Putri menjawab dengan santai.
"Kurang ajar lo! Lo gak tau gue ini siapa?"
"Anak donatur di sekolah ini. Tapi sayang, otaknya bego!" ujar Putri dengan sarkasme. Hal itu mampu membuat mereka yang melihat membulatkan matanya. Mereka merasa, Putri itu keren.
"Wah, gila, songong banget lo! Denger ya, gak usah banyak gaya lo jadi orang. Karena apa? Bisa-bisa lo yang di keluarin dari sekolah ini, karena udah berani main-main sama gue."
"Gue gak takut. Lagian, lo juga bukan yang punya yayasan."
Cewek itu begitu murka pada Putri. Hingga tangannya melayang ingin menampar Putri, tapi beruntungnya, ada yang menahan tangannya begitu saja.
"Gak usah kasar sama dia!"
"Arga sayang, kamu kok gitu sama aku?"
"Jijik!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Girl (End)
Teen FictionHidup dalam kukungan kesepian adalah kesehariannya selama ini. Tak ada kepastian dari kedua orang tuanya untuk datang bahkan memberi kasih sayang padanya. Sunyi, sepi, dan sedih. Seperti tak ada kebahagiaan yang nyata, begitu datar dan monoton. Sela...