Chapter 18

1.3K 61 0
                                    

Arga menuju meja makan dengan seragam yang sudah rapi. Pagi ini menyambutnya dengan indah. Untuk itu ia merasa senang bukan main, saat terbangun dari tidurnya yang lelap semalam.

"Tumben, pagi gini udah rapi?" ucap Cintya mematap Arga.

"Pengen aja, Ma. Moodnya lagi bagus, ni."

"Bang, gue bareng lo ya. Gue lagi males bawa motor." Arsen berujar di sela makan roti tawarnya.

"Gak, gue mau jemput orang dulu."

"Siapa?"

Arga hanya diam tak membalas pertanyaan dari Arsen. Seusai sarapan, ia pun segera pamit pergi.

"Mah, Pa, berangkat. Assalamu'alaikum," Arga berpamitan pada kedua orang tuanya, seraya mencium punggung tangan mereka.

"Hati-hati, Bang, wa'alaikumssalam." Cintya membalas ucapan Arga seraya berteriak, karena melihat Arga  yang sudah keluar dari pintu rumah.

"Udah, Dek, kamu berangkat sendiri aja. Kalo gak mau nyetir sendiri,  Papa yang antar, mau? Tapi pulangnya nanti kamu naik angkot." Ardian berujar dengan nada yang jenaka. Dan menyebalkan jika dilihat oleh Arsen

"Enggak, deh, Pa. Aku naik motor aja."

"Ya, udah. Dihabisin dulu itu sarapannya, Dek," ucap Cintya.

Arsen pun kembali menghabiskan sarapannya yang tertunda.

***

Putri yang baru selesai dengan sarapannya, dikejutkan dengan suara deruman motor di depan rumah. Ia pun segera meraih kunci mobil, lalu keluar pintu utama dan tak lupa menguncinya.

Putri melihat siapa yang datang pagi ini, hingga membuatnya terkejut. Langkahnya menghampiri orang tersebut dengan helaan nafas keluar dari mulutnya.

"Ngapain?" tanya Putri pada orang tersebut.

"Jemput lo," jawabnya, seraya membuka helm full facenya.

"Gak usah, makasih. Gue bawa mobil."

"Bareng gue aja. Simpen kunci mobil lo."

"Ck, maksa."

"Please," mohonnya dengan nada yang pelan.

Putri terkesiap saat orang tersebut memohon dengan nada seperti itu. Ia jadi tak enak menolak ajakan laki-laki dihadapannya ini.

Putri pun mengiyakan ajakan orang tersebut dan langsung naik ke motor. Tak lupa ia membawa helm miliknya yang tersimpan rapi di garasi, lalu mulai memakainya.

Selama di perjalanan, mereka hanya diam saja tanpa ada yang membuka suara. Hanya ada suara kendaraan yang berlalu lalang di sekitar mereka.

Saat sampai di parkiran sekolah, semua menatap mereka dengan raut yang berbeda-beda.

Mereka bingung dan terkejut, karena merasa bahwa cewek tak acuh seperti Putri, mau saja berboncengan dengan most wanted yang terkenal dingin itu. Mereka bahkan tak terlihat akrab selama ini.

Arga dan Putri, selaku pembicaraan para murid-murid pagi ini, segera berjalan beriringan menuju kelas masing-masing. Namun, ketika sampai di koridor, masih ada saja orang yang berbisik-bisik karena kedekatan mereka. Ada tatapan iri atau pun kesal. Tetapi, mereka tak acuh untuk menanggapi hal itu semua.

Sampai di depan kelas Putri, Arga masih setia mendampinginya.

"Makasih atas tumpangannya," ujar Putri dengan menatap Arga lekat.

"Iya, sama-sama."

Ketika Putri ingin masuk kelas, tiba-tiba saja Arga menahan pergelangan tangan Putri. Sehingga membuat Putri membalikkan kembali tubuhnya.

Cold Girl (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang