Hari ini Arga berniat untuk menjemput Putri, guna berangkat ke sekolah bersama. Setelah perdebatan kecil lewat chatan semalam. Akhirnya Putri mengiyakan ajakan Arga.
Beberapa menit kemudian, mereka telah sampai di sekolah. Banyak pasang mata yang manatap mereka. Ada tatapan iri dan kesal, atau juga tatapan memuja untuk keduanya.
Mereka melangkah berjalan beriringan menuju kelas Putri. Sampai akhirnya mereka sampai di depan pintu kelas XI IPA 1.
"Thanks, Ga."
"Iya, masuk sana!" Arga mengusap puncuk kepala Putri dengan lembut. Setelahnya, ia pergi untuk menuju kelasnya. Di mana sudah ada ketiga sahabatnya di sana.
Putri yang baru saja masuk kelas, langsung dihadiahi dengan suara nyaring milik Vina.
"PUTRI. Akhirnya lo dateng juga. Cepet, keluarin-keluarin!"
"Keluarin apa?" tanya Putri yang bingung menatap Vina.
"Aduh, maksud gue itu ... pinjem buku kimia punya lo. Udah lo kerjain kan tugasnya? Jangan bilang belom juga?"
Putri menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Ia pun mulai mengeluarkan dan memberikan buku catatan berisi tugas itu pada Vina.
"Yuhuu! Putri si penyelamat datang." Vina berteriak dengan riang seraya menggoyangkan buku milik Putri.
"Biasa aja Vina. Ampun, deh, heboh banget daritadi." keyla berujar seraya memutar bola matanya malas. Ia benar-benar tak habis pikir dengan kelakuan random sahabatnya.
Sampai akhirnya, mereka berdua pun segera menyalin tugas kimia milik Putri. Seperti biasa, sang empu hanya sibuk membaca novel seraya menunggu bel masuk berbunyi
***
"Ga, gimana hubungan lo sama Putri?" tanya Vino, disela jari-jemarinya yang bermain ponsel.
"Bentar lagi." Arga menjawab dengan memainkan ponselnya juga.
"Wah, nanti kalo udah jadian jangan lupa PJ-nya. Ya gak, Yon?"
"Yo'i. Harus itu, si." Dion menjawab seraya terkekeh.
"Otak kalian berdua, tuh, gak jauh-jauh dari traktiran," ujar David seraya tersenyum tipis.
"Yang namanya gratis, apa sih yang enggak." Dion dan Vino berucap bersamaan sambil tertawa dengan kencang.
Tak lama kemudian, guru pengajar pun datang. Seluruh murid, langsung kompak duduk dengan rapi dan tak ada yang bersuara.
"Selamat pagi, Pak," sapa seluruh murid bersamaan.
"Pagi. Oke, sekarang kita ulangan!"
Vino mendengkus menatap gurunya itu. Apa-apaan? Baru masuk langsung ulangan begitu saja. "Masa ulangan, si, Pak?" keluh Vino menyuarakan isi hatinya.
"Memangnya kenapa, Vino?"
"Dadakan gitu, kaya tahu bulet aja. Saya, kan, belum prepare buat belajar tadi malem."
"Kalian lupa? Saya pernah bilang ke kalian, minggu depan akan ulangan. Nah, sekarang sudah waktunya dimulai. Makanya, belajar jangan dadakan kaya tahu bulat."
"Namanya juga lupa, Pak. Lagian kita belajar bukan cuma pelajaran bapak aja kali. Wajar, dong, kalo gak inget." Dion menambahi keluh kesah Vino dengan santai.
Guru pengajar yang ada di depan pun menghela nafas beratnya. Menghadapi murid-muridnya ini, memang butuh kesabaran ekstra.
"Oke, Bapak kasih waktu lima belas menit untuk kalian membaca buku. Dimulai dari sekarang, gak ada bantahan!"
"Iya, Pak," jawab seluruh murid dengan bersamaan. Mereka seakan pasrah dengan keadaan. Baru masuk, tiba-tiba ulangan. Begitu lah guru yang terkenal dengan super rese itu.
"Gak asik, Pak, ah." Vino mengeluh seraya membuka bukunya dengan malas.
"Vino, kalo kamu tidak mau ikut pelajaran saya kamu bisa keluar! Tapi untuk nilai-nilai sebelumnya terancam punah, saya akan kurangin poin kamu, ya. Bagaimana Vino?"
"Iya, Pak, ampun. Bapak mah ancemannya serem, main hapus nilai segala."
"Vino mau keluar atau tetap di sini?kalo di sini cepat baca bukunya! Waktu kamu tersita berargumen dengan saya."
"Iya, Pak, iya. Saya baca sekarang."
Vino pun mulai membaca bukunya tanpa ada obrolan kembali bersama gurunya.
Setelah itu, ulangan pun dimulai. Dengan waktu 45 menit, selesai tidak selesai harus dikumpulkan. Banyak yang mengeluh karena soal yang bercabang. Bagaimana tidak, soal satu saja sudah menghabiskan satu halaman buku.
Namun, tidak untuk Arga. Soal seperti itu cukup mudah baginya, dengan menghabiskan waktu lima belas menit, ia selesai. Sementara murid lain, butuh waktu setengah jam dalam satu soal untuk mengerjakannya.
________
Terima kasih ❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Girl (End)
Fiksi RemajaHidup dalam kukungan kesepian adalah kesehariannya selama ini. Tak ada kepastian dari kedua orang tuanya untuk datang bahkan memberi kasih sayang padanya. Sunyi, sepi, dan sedih. Seperti tak ada kebahagiaan yang nyata, begitu datar dan monoton. Sela...