Chapter 5

2.2K 81 0
                                    

Seusai bel pulang berbunyi. Vino, David, dan Dion berencana berkumpul di rumah Arga. Sudah menjadi rutinitas mereka berkumpul di rumah Arga. Mereka akan melakukan kegiatan seperti bermain playstasion, mengobrol hal-hal random, juga menghabiskan beberapa camilan yang tersedia di sana.

"Jadi, kan, Ga?" tanya Dion pada Arga

"Tanpa gue jawab pun, kalian tetap akan ke rumah gue juga, kan?" jawab Arga disertai nada sindiran.

"Ya, elah, Ga. Lo kaya gak tau aja tabiat kita." Dion mengucapkan hal tersebut, dengan cengiran khas yang keluar dari bibirnya.

Seusai itu, mereka melangkah lebar menuju area parkir. Sebelum menuju parkiran, mereka sempat bertemu dengan Putri, Vina, dan Keyla di koridor.

"Hai, cewek" ujar Vino menggoda.

"Hai, Kak." Vina menjawab dengan nada yang ramah.

"Kalian bawa mobil?" tanya David, yang sejak tadi fokus menatap Keyla.

"Engga, Kak, kami gak bawa mobil. Tapi, kami gak di jemput juga, si. Kemungkinan, kami mau naik angkot atau naik ojol aja."

"Kenapa gak bareng aja?"

Keyla menatap David dengan terkejut.   "Emangnya boleh?"

"Boleh banget,"  jawab David dengan cepat.

"Gini, deh ... Dion bareng sama Vina. Gue sama Keyla. Dan Arga udah pasti sama Putri, karena mereka satu komplek. Lo Vin, sendiri, ya." David memberi solusi dengan gaya mengintrupsi mereka semua.

"Tapi gak ngerepotin, kan?" tanya Vina dengan hati-hati.

"Enggak, tenang aja." Dion menjawab seraya terus menatap Vina.

Mereka saling menatap satu sama lain. Seolah ada megnet, yang mampu membuat atensi mereka saling berpandangan.

"Ya, ampun. Udah, deh, ya, gak usah saling natap gitu, bikin gue envy aja. Gak tau apa, gue itu lagi kesel sama kalian. Bayangin aja, gue sendirian naik motor gak ada boncengan. Berasa apes banget gue hari ini liat kalian yang bisa uwu sama pasangan." Vino merajuk dengan gaya khas anak kecil. Dan hal itu, mampu membuat mereka yang melihatnya tertawa meledek.

Putri dan Arga, masih diam dan berdiri di tempat. Sampai akhirnya, Putri mulai membuka suara.

"Gue sendiri aja," ujar Putri dengan nada yang tegas.

"Lo sama gue. Lagian gue bawa motor."

"Thanks ajakannya. Tapi gak usah." Seusai mengatakan hal itu, Putri pergi meninggalkan Arga yang terdiam di tempat

***

Dion dan David sudah pergi duluan meninggalkan kawasan sekolah, untuk mengantarkan Vina juga Keyla. Sementara Vino dan Arga masih berada di area parkir. Sebenarnya Vino bingung, kenapa Arga tidak mengantarkan Putri dan kembali ke parkiran berdua? Sampai akhirnya, Vino membuka suara, guna bertanya pada Arga.

"Ga, Putri gak lo anterin balik? Angkot jarang ada yang lewat, loh, jam segini."

"Gue udah nawarin, tapi dianya gak mau."

"Ya, paksa lah Arga. Kasian kali dianya. Oh, iya, gue langsung ke rumah lo, ya, Ga."

"Hm."

"Ya, udah, gue cabut dulu. Bye." Vino berpamitan pada Arga, dan pergi dari kawasan sekolah menuju rumah Arga.

Arga menghela nafasnya sebentar, kemudian ia menaiki motornya dan memakai helm full facenya. Setelah itu, ia pergi keluar gerbang sekolah.

Motornya tiba-tiba berhenti di halte dekat sekolah. Ia melihat Putri yang sedang menunggu angkutan umum datang.

Cold Girl (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang