Chapter 43

1.2K 47 0
                                    

Pekan ini, Arga ingin mengajak Putri ke suatu tempat yang bagus. Mereka memang sudah memiliki janji saat berpesan saat itu.

Pagi ini pun, Arga sudah datang ke kediaman Wijaya dan meminta izin langsung padanya, untuk membawa Putri pergi dalam kurun waktu satu hari penuh.

Setelah selesai dengan izin dan juga Putri yang sudah siap, mereka pun segera menuju ke mobil yang kini terparkir di halaman. Mereka berpamitan pada Wijaya, dan mulai melenggang pergi dengan mobil yang dikendarai oleh Arga.

Selama di perjalanan, tak ada percakapan apapun sama sekali. Arga yang fokus menyetir, dan Putri yang kini tengah melihat wajah Arga dari samping. Wajah yang terlihat semakin dewasa, dengan rahang yang tegas, juga terdapat bulu-bulu halus di dagunya. Kenapa wajah kekasihnya ini, semakin hari semakin tampan?

Arga sempat melirik Putri sekilas. Ia baru sadar, bahwa kekasihnya itu sejak tadi menatapnya penuh damba.

"Ehem. Kamu gak bosen, liatin wajah aku sampe segitunya?" ujar Arga seraya mengusap rambut Putri dengan lembut.

"Eh, maaf."

"Ngapain minta maaf, kamu gak salah apapun. Nih, wajah aku bebas kok kamu liat sampe sepuas kamu! Karena cuma kamu yang boleh liatin wajah aku sampe kaya gitu, dan aku gak akan izinin wajah aku buat di tatap intens sama orang lain. I'm yours."

Putri salah tingkah, ketika Arga dengan gamblangnya mengucapkan hal itu. Ia menampar lengan Arga, guna menutupi kegugupannya. Sang empu yang ditampar, hanya terkekeh seraya mengusap puncuk kepala Arga.

"Kita mau kemana, si? Perasaan dari tadi gak sampe-sampe, deh."

"Nanti juga kamu tau."

***

Beberapa jam kemudian, mereka telah sampai di tempat yang mereka tuju. Tempat ini begitu spesial bagi Arga. Karena apa? Ini kali pertama seorang Arga, mengajak perempuan ke tempat ini. Tempat yang menjadi rahasianya, kala diterpa rasa gundah.

Arga melihat Putri yang kini tengah tertidur pulas. Wajah cantik dan tenang itu, membuatnya tak tega untuk segera membangunkannya. Tapi jika kekasihnya itu tidak dibangunkan, maka mereka tak bisa menikmati waktu bersama di tempat ini.

Arga mengelus pipi Putri dengan gerakan pelan. Tak lupa kecupan hangat mendarat di keningnya. Kemudian, ia mulai membisikkan sesuatu ke telinga Putri, "Sayang bangun, kita udah sampai."

Putri melenguh dan mengerjapkan matanya, guna membiasakan cahaya yang masuk. Ia dikejutkan dengan adanya Arga, yang berjarak sangat dekat dengan wajahnya. Cukup lama mereka saling menatap. Hingga akhirnya, Arga menyentil dahi Putri pelan.

Dengkusan keluar dari mulut Arga. Bahkan bibirnya mulai melengkung ke bawah.

"Jangan natap aku kaya gitu, Ay. Nanti kalo aku khilaf, gimana? Ayo turun, kita udah sampai!" Arga membuka pintu mobil, dan keluar terlebih dahulu. Putri pun segera menyusul Arga keluar dengan gerakan cepat. Sepertinya tempatnya sangat bagus.

"Wah, cantik banget pemandangannya. Kamu tau tempat ini dari mana?"

"Tempat saat aku menghilangkan penat. Kamu orang pertama yang aku ajak ke sini, bahkan sahabat aku aja gak tau."

Putri pun segera memeluk Arga dengan erat. Tak lupa ia mengucapkan kats terima kasih disela pelukannya.

Arga mengajak Putri menaiki sebuah bukit. Di sana adalah tempat favoritnya ketika berkunjung ke sini.

Saat sampai di bukit, Putri tak henti-hentinya mamandang takjub. Ia juha berapa kali memberi pujian kepada alam di sekitarnya. Ini sangat luar biasa. Jujur saja, ini kali pertama dirinya melihat pemandangan yang cantik secara langsung. Seumur hidupnya, ia hanya tahu berdiam diri di rumah, sekolah, kampus, juga sekitaran komplek. Jika keluar rumah, paling hanya ke kafe atau mall saja, dan itu pun jarang sekali.

Putri sangat berterima kasih sekali pada Arga, karena sudah membawanya sampai ke tempat ini.

"Kamu suka, Ay?" ujar Arga seraya menoleh ke arah Putri.

"Suka, suka banget. Makasih, ya, kamu udah bawa aku ke sini. Aku seneng banget. Aku gak tau lagi mau bilang apa sama kamu. Pokoknya terima kasih, Ga."  Putri berujar seraya tersenyum dan menatap Arga dengan lekat.

Tangan Arga, kini tengah meraih sesuatu dari saku hoodienya. Arga juga tak lupa menghadap ke arah Putri sepenuhnya, dengan tatapan memuja.

"Putri Natasya Wijaya, will you marry me?"

Putri yang mendengar pernyataan secara mendadak dari Arga, cukup terkejut. Apa kekasihnya ini sedang melamarnya?

"K-- kamu s-- serius, Ga?" tanya Putri dengan nada yang gugup.

"Hubungan kita udah sejauh ini, Ay. Apa pikir aku hanya main-main? Aku emang bukan pria romantis seperti yang ada di buku novel yang suka kamu baca. Aku hanya pria kaku yang mencintaimu dengan caraku sendiri. Aku ingin hidup bersamamu hingga menua, Ay. Aku ingin ketika bangun pagi, yang pertama kali aku lihat itu kamu. Hanya kamu yang bisa membuat hati aku seperti ini. Kamu itu, tambatan terakhirku, Ay. Kalau kamu memang masih butuh waktu, aku akan menunggu. Tapi jangan lama-lama, ya, aku gak kuat."

"Ga, maaf."

"It's okay, Put. Gak usah dijelasin, aku udah tau jawabannya. Aku akan nu ...," belum sempat Arga melanjutkan ucapannya. Putri segera menampar lengan Arga dengan gemas.

"Aku belum selesai bicara, Arga. Aku minta maaf ke kamu itu, karena aku kaget dan sempet bingung, dengan  lamaran kamu yang mendadak gini. Tapi setelah kamu jelasin ke aku, aku jadi yakin sama kamu. Dan ... ya, aku mau."

Arga yang mendengar itu, sontak terkejut dan tak percaya. Ia kira lamarannya akan ditolak, atau juga digantung begitu saja. Tapi ternyata tidak, dugaannya salah.

"Are you serious?"

"Ya, I'm so serious, Ga."

Arga pun segera mendekap Putri dengan erat. Betapa bahagianya seorang Arga, karena Putri menerima lamarannya.

Seusai dengan saling memeluk, Arga mulai memasang cincin pada jari milik Putri. Arga juga sempat bilang, bahwa ia akan melamar Putri secara sungguhan. Dengan membawa orang tuanya ke hadapan Wijaya. Putri yang mendengar hal itu, tak henti-hentinya mengucap syukur atas takdir yang ia jalani sekarang.

Putri bersyukur telah mengenal sosok Arga dihidupnya. Pria yang mampu membuatnya seakan berputar dan terjun bak roaller coaster. Pria yang membuatnya jatuh cinta hingga menggila.

________

Terima kasih ❤

Cold Girl (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang