Chapter 42

1.1K 48 0
                                    

Ketika sampai di Mall tujuan mereka, kini mereka segera bergegas pergi ke berbagai macam tempat. Dari pakaian, sapatu kets, high heels, tas, aksesoris, gramedia, dan terakhir  mereka mengunjungi food court.

Mereka memesan beberapa makanan serta minuman. Beberapa menit kemudian, pesanan pun datang. Mereka mulai menikmati makanan tersebut hingga habis tak tersisa.

Sehabis dari Mall, mereka memutuskan untuk pulang, karena hari sudah semakin sore. Mereka memutuskan untuk mengantar Putri terlebih dahulu, karena memang berbeda arah dengan ketiga sahabatnya.

Sampailah mereka di kediaman Putri. Sang empu turun, dan para sahabatnya segera pamit untuk pulang.

Putri masuk ke rumah, dan langsung menuju kamarnya, guna membersihkan diri dari kegiatan pagi hingga sore hari ini.

Seusai mandi, Putri memakai pakaian santai. Dengan celana bahan pendek sebatas lutut, juga kaos besar hitam berlengan pendek. Kemudian jari-jemariya menari di atas layar ponsel. Karena tidak ada satupun pesan yang begitu penting, ia pun menyimpan kembali ponselnya di atas nakas. Kini dirinya segera merebahkan diri di ranjang, dan memutuskan untuk tidur.

***

Arga masih berkutat di layar laptop dengan banyak berkas yang memenuhi meja, di ruang kerja miliknya. Jujur saja, dirinya sudah sangat lelah dan ingin rehat sebentar. Tapi sayangnya, itu tidak bisa. Pekerjaan yang menumpuk, mampu membuatnya tak dapat membagi waktu untuk rehat dan menemui kekasihnya. Padahal ia begitu rindu dengannya. Sejak tadi, ia tak pernah meninggalkan ruang kerjanya narang sedikit pun. Bahkan, makan siang saja ia pesan lewat online.

Arga yang begitu fokus melihat berkas, seketika tersadar, saat pintu ruang kerjanya terbuka. Di sana ada sekretarisnya yang kini tengah berdiri dihadapannya.

"Maaf, Tuan, pekerjaan saya sudah selesai. Saya izin untuk pulang terlebih dahulu. Karena putra saya yang kecil sedang rewel. Maaf kalau saya lancang," ujar Tian penuh santun.

"Iya, silahkan! Saya tidak melarang Anda untuk pulang terlebih dahulu. Apalagi pekerjaan Anda juga sudah selesai. Jadi saya perbolehkan untuk pulang lebih dulu. Oh iya, jangan lupa jadwal saya untuk besok, ya!"

"Siap, Tuan. Kalau begitu saya permisi." Tian pun pamit dan pergi dari ruangan Arga.

Saat jarum jam menunjukan pukul 17:30 sore, baru lah Arga usai dari  semua pekerjaannya. Ia mulai berkas-berkas yang berserakan di atas meja, serta menutup layar laptopnya. Kemudian ia pergi dari ruangan tersebut dan keluar dari gedung kantor. Seusai itu, dirinya segera melesat pergi dengan mobil yang ia kendarai.

Arga sampai di rumah tepat pada pukul 19:30 malam. Di perjalanan tadi, ia terjebak macet. Untuk itu dirinya telat sampai ke rumah. Ketika sampai di rumah, ia disambut hangat oleh Cintya yang baru saja selesai menyiapkan makan malam. Serta Ardian, yang saat ini sedang dihadapan televisi seraya menonton siaran berita.

"Cape, ya, Ga. Kamu bersih-bersih dulu, gih! Nanti kita makan malam sama-sama," ujar Cintya lembut seraya mengusap lengan Arga.

Arga pun memilih menuju kamarnya terlebih dahulu, guna membersihkan diri.

Sesampainya di kamar, Arga menyimpan tasnya di sofa dan pergi menuju kamar mandi. Seusai mandi dan mengganti pakaian, dirinya segera menuju ke bawah untuk makan malam bersama.

Selama di meja makan, tidak ada percakapan sama sekali. Mereka menyantap makan malam itu, dengan penuh khidmat tanpa ada suara, selain dentingan sendok serta garpu bertemu dengan wadah.

Selesai makan, Arga kembali ke kamarnya, karena ingin merilekskan diri. Untung saja pekerjaan hari ini benar-benar sudah selesai, sehingga membuatnya tidak harus sampai lembur. Bagi Arga, lembur itu sudah makanan sehari-hari. Karena perusahaan yang dipegang olehnya ini, semakin hari semakin maju dan berkembang.

Arga berdiam diri di balkon kamarnya, dengan kopi juga benda nikotin yang ia hisap. Lelahnya hari ini, seakan terbayar ketika bibir itu menghisap lintingan tembakau. Ketika kepulan asap menguar, mampu membuatnya seakan tenang. Helaan nafas keluar, ketika dirinya menatap layar ponsel dengan menunjukkan wajah kekasihnya.

Tangannya mulai mengetikkan sesuatu di sana, hingga mampu membuatnya tersenyum lebar.

Cukup lama mereka saling berkabar melalui obrolan pesan, sampai akhirnya mereka memutuskan untuk saling mengistirahatkan diri. Lantaran, malam sudah semakin larut.

________

Terima kasih ❤

Cold Girl (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang