Matahari bersinar begitu cerah menembus gorden jendela kamar bernuansa ungu tersebut. Di sebuah ranjang berukuran Queen size, dengan banyaknya boneka beruang menggemaskan di sekitar ranjang tersebut juga sebuah lampion mini dengan stiker bergambar penyanyi yang tengah pop saat ini.
Seorang gadis dengan piyama tipis berwarna putih tenggelam dalam selimut tebalnya yang memiliki corak bunga, gadis itu masih tertidur dengan begitu lelap. Padahal jam dinakasnya telah menunjukkan angka tujuh lewat beberapa menit. Ketukan pintu terdengar seiring dengan suara teriakan memanggil nama gadis itu.
"Violet! Violet! Astaga, bangunlah sayang. Ini sudah hampir siang!" Teriak seorang wanita paruh baya yang terus memanggil nama gadis itu tanpa henti. Sambil mengetuk pintu berkali-kali, wanita itu mendesah frustasi karena tak berhasil membangunkan putrinya.
"Apa Violet sudah bangun?" Tanya seorang pria paruh baya dengan aura tegas yang begitu terpancar jelas pada wajahnya. Pemuda itu menghampiri wanita tersebut sembari ikut mengetuk pintu kamar putrinya.
"Ini salahmu!" Wanita tersebut mendesis sebal, pria disebelahnya sendiri mengangkat alisnya heran dengan pernyataan sang istri. "Maksudmu?"
"Maksudku ini salahmu, coba saja malam lalu kau tidak mengajaknya menonton konser 1D, pasti putri kita tidak akan terlambat bangun begini!" Balas wanita itu sinis kemudian berlalu meninggalkan pria yang saat ini tengah mengerutkan dahinya. Pria itu menghela nafas panjang sesaat sang istri sudah pergi, kemudian ia pergi mendekati laci kecil disebelah ruangan tersebut untuk mengambil kunci cadangan kamar anaknya, kemudian kembali ke ruangan itu untuk membuka pintu.
Pintu terbuka lebar, pria itu lantas masuk ke kamar bernuansa ungu tersebut dengan langkah lebar. Ia berdecak pelan sesaat melihat sang putri justru masih tertidur dengan nyenyak dibalik selimutnya tersebut. Dengan lembut ia menarik selimut yang menutupi kepala putrinya, sambil mengelus kepala gadis itu pelan. Ia membangunkan gadis tersebut dengan suara lembut. "Violet? Apa kau tidak mau bangun? Apakah kau tahu, ini sudah hampir jam tujuh! Tidakkah kau ingin sarapan bersama Daddy dan Mommy?"
Yang dibangunkan segera membuka matanya perlahan dengan malas, matanya mengerjab berkali-kali membiasakan cahaya yang perlahan masuk melewati gorden jendelanya. Kemudian gadis itu menguap kecil sembari melirik ayahnya yang tampak tersenyum hangat. "Ini sudah siang ya, Daddy?"
Pemuda itu mengangguk cepat. "Ya, my princess! Ayo bangun, Mommy bisa marah bila kita tidak turun ke ruang makan segera sekarang ini." Kata pria itu lagi sembari membalas ucapan putrinya, lantas melangkah berlalu keluar dari kamar, gadis itu sendiri mengangguk mengiyakan kemudian berdiri dan menyusul ayahnya yang sudah terlebih dahulu pergi ke ruang makan.
•••
Di ruang makan, tampak gadis tersebut duduk diam sembari menikmati santapan dihadapannya. Ia kemudian meminum susu vanila kesukaannya yang telah disediakan oleh ibunya sembari membersihkan sisa makanan yang hinggap dibibirnya. Gadis itu lalu menatap kedua orang tuanya yang tampak duduk diam seperti biasa, tanpa berbicara satu sama lain-hal yang sudah menjadi pemandangan setiap harinya ketika mereka makan bersama di meja makan.
Karena merasa bosan, gadis itu berniat kembali ke kamarnya hendak mengambil ponsel. Namun suara yang memanggil namanya kembali terdengar lantas membuat niatnya kembali ke kamar harus terhenti. Kembali ia duduk di kursi meja makannya kemudian menatap wanita dewasa yang memanggilnya barusan, wanita yang tak lain adalah ibu dari gadis itu.
"Apa rencanamu hari ini, Violet?" Tanya wanita itu sembari menatap putrinya dengan lembut, gadis yang dipanggil Violet itu terdiam sejenak mendengar nada bicara sang ibu. Ia menyukai bila ibunya itu berkata lembut padanya, ia merasa begitu aman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny of the Princess Demon [Completed]
Fantasy#1 in Fantasy [24/12/2018] ❝Cause, when fate unites us. Believe me, Princess. You can't run away from me. Because, I'm Destiny of the Princess Demon.❞ ••• ㅤ ㅤBanyak yang mengatakan bila Violetta Glory Smith...