DOTPD | Part 21 - Camping

8.8K 664 24
                                    

Follow Instagram : @c.ha26

Saat ini semua Bis telah sampai di lokasi tujuan perkemahan. Semua siswa-siswi turun dari Bis mereka kompak bersama masing-masing kelompok yang sudah ditentukan sebelumnya.

Deniz tampak lesu saat menginjakkan kaki keluar dari Bis nya, Abigail dan Bennella tampak begitu riang berbeda sekali dengan Vallgio yang sedari tadi mengatupkan bibirnya datar saat melangkah mendekati adiknya, ia kemudian mencubit pipi Abigail yang membuat sang empu meringis dan berteriak marah padanya.

"Kau menyebalkan sekali sih kak! Lihat? Pipiku memerah, ck!" Ketus Abigail yang dibalas tawa mengejek oleh Vallgio.

Vallgio semakin membuat Abigail protes ketika pria itu kembali mencubit kedua pipi adiknya yang sudah memerah dengan begitu keras hingga Abigail lagi-lagi meringis. "Biarkan saja! Ini karena kau sudah membuat kakak tampanku ini terjebak dengan sekumpulan kedua gadis genit alias jalang sekolah itu, ck!" dengusnya lalu meninggalkan Abigail yang berteriak dan hendak membalas perbuatannya.

Sedangkan di Bis lain, Bis kuning tepatnya. Saat pintu Bis itu sudah terbuka dengan lebar, Penelope juga Annabella segera keluar dari dalam Bis dengan langkah begitu cepat. Tak heran kedua gadis itu bersikap demikian karena Benzie dan Lucas tak henti-hentinya menggombal atau menyeringai nakal kepada mereka, ehm... Atau lebih tepatnya pada Penelope.

Lalu Hans turun dari dalam Bis yang paling akhir, pria remaja itu tampak sangat Cool dengan jaket kulit casual nya yang bertuliskan logo Cool-Squad dan topi berbahan sweater berwarna abu-abu. Sikap Hans kelihatan begitu berbeda saat ia menuruni tangga Bis yang terakhir, pria remaja itu sempat mengulas senyuman tipis.

"Hans?" Panggil seseorang dan membuat langkah Hans yang tengah berjalan menuju semua siswa-siswi yang sedang berkumpul, terhenti. Hans menoleh sekilas dan mendapati Albern tengah menghampirinya bersama Flora, Alenzio, dan Violet. Hans mengulas senyuman tipis kepada keempatnya.

"Ya, Prince? Eh, maksudku... Albern?" Tanya Hans demikian.

Albern tersenyum dan meraih pundak Hans untuk dirangkulnya, "Kau berjalan sendirian? Dimana teman-teman sekelompok mu? Terutama Benzie, dimana pria playboy itu." Kemudian Albern membawa Hans menghampiri perkumpulan siswa-siswi yang sepertinya tengah menunggu kehadiran ketiga kepala sekolah yang akan menjadi penanggung jawab dalam acara perkemahan ini.

"Duluan." Balas Hans singkat, jelas, dan padat.

"Hm?" Albern yang tak suka bila Hans selalu menjawab pertanyaan yang di ajukan nya dengan sedikit kata-kata, menegur sahabat kesayangannya itu.

Hans sendiri menghela nafas kemudian memilih melepas rangkulan Albern, "Mereka sudah pergi duluan, Albern. Oh ya, sebaiknya aku mengikuti mereka sekarang." Sahut Hans lalu melangkah menjauhi ketiga temannya yang saat ini tengah menatapnya dengan sorot terpukau---karena pria remaja itu kali ini berbicara cukup panjang, kecuali Albern yang memang mengetahui bila Hans takkan pernah bisa membalas ucapannya dengan begitu singkat.

"Pria itu! Ck ck. Padahal kita hanya masih ingin bertanya dan berkumpul bersama namun ia malah sudah lebih dahulu pergi meninggalkan kita!" Pungkas Alenzio sambil membuka jaket berbulunya, entah kenapa ia merasa sangat kepanasan. Padahal cuaca di Hutan Edelweiss saat ini begitu dingin karena sebentar lagi akan turun salju pertama, tetapi Alenzio malah merasa kepanasan dan dahinya terus mengeluarkan keringat.

Violet yang melihat tindakan Alenzio segera menghentikan pria bermata hijau kecoklatan itu. "Eh! Apa yang kau lakukan, Alenzio? Kau bisa mati kedinginan. Cuacanya begitu dingin dan bisa membuat darahmu membeku, sebaiknya kau mengenakan jaketmu kembali, Zio!" Kata Violet lalu melepas syal di lehernya dan memakaikannya pada Alenzio, tetapi sayang sekali sebelum gadis itu menyelesaikan niatnya. Alenzio sudah lebih dahulu menghindar dengan cepat.

"Tidak! Aku tidak bisa mengenakan syal mu, Violet. Sebaiknya kau saja yang mengenakan itu, udara disini begitu dingin dan tidak baik untuk kesehatanmu!" Tukas Alenzio menolak. "Dan ya, aku tidak membutuhkan jaket ini." Kekehnya kemudian.

Violet mengerutkan keningnya tak mengerti dengan alasan Alenzio menolak niat baiknya itu. Albern dan Flora yang merasa Alenzio tengah terjebak dengan kebodohan pria remaja itu sendiri segera membantu Alenzio. Albern mendengus sebal, seharusnya jika Alenzio merasakan kepanasan. Ia setidaknya bisa menjauh dari Violet atau tidak, Violet akan curiga padanya.

"Ayo, Violet! Biarkan saja Zio. Sebaiknya kita ke perkumpulan sebelum ketiga kepala sekolah datang!" Sahut Flora kemudian menarik lengan Violet dan berjalan meninggalkan Albern dan Alenzio.

•••

Hutan Edelweiss yang begitu asri membuat Violet merasa begitu betah. Ia bisa melihat banyaknya pohon Cemara, serta pohon besar yang tidak ia ketahui namanya menyebar memenuhi sekitar Hutan. Ditambah cuaca yang saat ini tengah memasuki musim dingin, membuat suasana Hutan tersebut begitu alami.

"Jangan sendirian ditempat sepi seperti ini, bisa saja ada hewan liar di dekatmu dan hendak memakanmu!" Tukas Vallgio dengan nada dibuat-buat semengerikan mungkin, membuat Violet bergidik samar padanya.

Violet hanya diam dan kembali menatap pemandangan di depannya. "Kenapa kau disini?" Tanya Violet mengalihkan pembicaraan mereka, Vallgio tersenyum tipis lalu tangannya tiba-tiba saja merapikan syal Violet yang terlepas dilehernya.

"Aku hanya berjalan-jalan dan menemukan seorang gadis cantik tengah diam sendirian." Balas Vallgio membuat Violet tersipu dengan ucapan terakhirnya.

Violet memilih duduk di salah satu pohon besar yang tumbang, gadis itu menghela nafas tatkala cuaca dingin terus menembus dirinya. Ia mengusap kedua tangan sampai terasa hangat kemudian menempelkannya pada kedua pipi wajahnya yang telah pucat.

"Kalau kau tak kuat kedinginan, sebaiknya kita kembali ke Tenda. Dan ya, kenapa kau tidak membantu Albern atau Flora memasang Tenda? Ck ck, kau ingin enak saja ya tanpa mau berusaha membantu!" Gurau Vallgio yang mendapatkan pelototan tajam oleh Violet.

"Aku hanya ingin berjalan-jalan dan menikmati pemandangan indah ini, aku mungkin tidak akan bisa lagi melihat pemandangan ini karena sangat jarang aku bisa berkemah seperti ini," terakhir kali dengan Anthony ku, lanjutnya dalam hati.

Vallgio ikut duduk di samping Violet lalu menarik kepala gadis itu agar bersandar di bahunya, Vallgio kemudian memeluk Violet dari samping dengan jaketnya yang cukup besar dan hangat. "Kapan-kapan saat liburan Academy nanti, kau bisa ikut Cool-Squad berkemah. Kami biasanya melakukan kegiatan tersebut saat pergantian tahun!" Kekeh Vallgio.

"Tentu," Violet mendongak menatap Vallgio. "Aku akan ikut, pasti menyenangkan!"

Tatapan Violet pada Vallgio entah kenapa terasa begitu manis, Vallgio terperangah namun kemudian ia tersadar dan kembali bersikap seperti biasa. Vallgio lantas mengangguk dan beranjak dari duduknya, mengajak Violet agar kembali ke Tenda mereka saat mendengar suara Zien memanggil. Meminta semua siswa dan siswi berkumpul bersama untuk melakukan api unggun.

Sayangnya, Violet tidak tahu. Bila sejak tadi ketika ia memasuki kawasan Hutan dan menikmati pemandangan tempat tersebut, ada seorang pria yang menatapnya dengan sorot tertarik dari atas pohon Cemara tertinggi. Pria yang melihat Violet, karena begitu tertarik dengan aroma vanila yang mengelilingi gadis itu.

Sesaat Violet dan Vallgio telah pergi, pria tersebut menyeringai. Kemudian turun dari atas pohon dan mulai meninggalkan tempat tersebut.

To Be Continued.

A/n:
Gimana chapter ini?
Semoga suka<3
Sebenarnya aku udah nulis sampe chapter 28, tapi bakalan dipublish semua pas Tamat tanggal 20 Januari 2019.

Menurut kalian siapa Pria tersebut? Ada yang bisa menebak :v

Biasanya kan ceritaku mudah sekali tertebak :p

Published | 4 Januari 2019

With Love, Rani & See you next part!🤚🏼

Destiny of the Princess Demon [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang