Follow Instagram : @c.ha26
Akhirnya pagi pun tiba, semua siswa-siswi sudah bersiap di aula sembari membawa tas berisikan perlengkapan mereka selama berkemah di Hutan Edelweiss. Semuanya berkumpul secara teratur sambil menunggu kehadiran ketiga kepala sekolah yang akan mengumumkan kelompok berkemah mereka.
Violet sendiri memakai hodie berwarna putih dikepalanya kemudian mengeratkan mantel berbulu yang membalut tubuhnya, ia menghembuskan nafas singkat dan muncul buih-buih asap tipis yang menandakan bila cuaca kota London begitu dingin. Sejujurnya jika cuaca sedingin ini, biasanya Violet akan mengeratkan selimut yang membalut tubuhnya diranjang seraya menonton film di televisi sambil meminum segelas coklat hangat.
Tetapi, Violet sedang tidak ingin melakukannya sekarang. Ia juga jenuh bila harus berdiam di gedung kamarnya terus atau berjalan-jalan menyusuri Academy. Ia bosan. Untuk itu ia sangat antusias dengan perkemahan ini walau awalnya ia sedikit takut, ia antusias karena ini pertama kalinya Violet akan keluar dari Academy dan menjelajah alam setelah hampir berbulan-bulan tinggal di Academy tanpa diperbolehkan keluar sama sekali.
Violet memilih untuk duduk di samping Flora yang tengah berbincang bersama Abigail dan Albern. Tampak Albern menggenggam tangan Flora di hadapan Abigail, namun jika Violet perhatikan tidak ada satupun tanda kecemburuan di mata Abigail saat melihat itu. Jadi, apakah mereka memang benar-benar putus kemudian Albern menjalin hubungan dengan Flora? Apa mereka putus secara baik-baik?
Albern memperhatikan tingkah adiknya, ia yang telah memiliki kekuatan Demon sepenuhnya memiliki sedikit kekuatan walau itu hanya berlari cepat, penglihatan tajam, dan membaca pikiran. Albern membaca pikiran Violet dan terkekeh, kenapa adiknya berpikir demikian?
Kenapa adiknya harus penasaran tentangnya seperti ini? Albern hanya berharap bila Violet tidak menganggap nya tidak-tidak atau menyebutnya playboy seperti Benzie. Karena ia tidak seperti itu, pikiran Violet seakan mengatakan bila Albern meninggalkan Abigail dan berselingkuh pada Flora. Padahal kenyataannya tidak begitu, ada alasan kenapa ia meminta Abigail menjadi kekasih pura-puranya waktu itu. Selain untuk membuat perasaan Violet padanya meluntur, ada hal lainnya juga.
"Hai, Violet. Kau cantik sekali," puji Albern pada adiknya, melihat wajah Violet yang sangat mirip dengan Crysan---ibunya. Membuat Albern merindukan sosok wanita yang telah melahirkannya tersebut.
Violet tersenyum tipis kemudian berterima kasih, "Thank you. Kau juga tampan, Al!"
Al? Bisakah aku memintamu mem
anggilku dengan sebutan kakak? Bisik Albern dalam hatinya saat mendengar panggilan Violet padanya.Albern kembali mengalihkan tatapannya menatap ketiga kepala sekolah yang mulai memasuki kawasan aula. Mereka membawa secarik kertas kecil yang Albern yakini adalah kertas berisikan nama-nama kelompok untuk perkemahan nanti. Albern sangat berharap bila ia akan sekelompok dengan Flora juga Violet, agar ia bisa mudah menjaga kedua gadis tercintanya.
"Perhatian semuanya! Tolong tenang karena saya akan membacakan nama-nama kelompok kalian!" ketika semua tatapan para siswa-siswi teralih padanya dengan segera Zien kembali berkata. "Saya akan memberitahukan bila Cool-Squad tidak akan disatukan melainkan dicampur dengan anak-anak lainnya." suara derai sorak bahagia para siswa-siswi terutama siswi perempuan yang bahagia mendengar perkataan Zien.
Sedangkan Cool-Squad mendengus sebal kecuali Benzie yang memang dari awal memiliki rencana menggoda para siswi-siswi cantik dan sexy. Kembali Zien melanjutkan perkataannya. "Kelompok pertama, Deniz, Peter, Jeremy, Elise, dan Mauryn. Kalian berada di team merah," mendengar ucapan Zien tak urung membuat Deniz berdecak sebal karena ia akan sekelompok dengan Elise yang menurutnya pasti sangat merepotkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny of the Princess Demon [Completed]
Fantasía#1 in Fantasy [24/12/2018] ❝Cause, when fate unites us. Believe me, Princess. You can't run away from me. Because, I'm Destiny of the Princess Demon.❞ ••• ㅤ ㅤBanyak yang mengatakan bila Violetta Glory Smith...