Follow Instagram: @story_queenrani
Violet tersenyum begitu melihat Jordan memasuki kamarnya kembali, gadis itu mengulas senyuman lebar yang nyatanya adalah senyum palsu. "Kau sudah bangun? Apa kau merasa pusing, Vee?" Tanya Jordan khawatir yang entah kenapa membuat Violet merasa muak dengan kekhawatiran pria itu.
"Sudah, dan pusing? tentu saja tidak." Balas Violet menjawab, ia terdiam begitu melihat Jordan memeluknya dengan erat. Rasanya ia ingin menangis lagi, menumpahkan segala kekesalannya dan bertanya pada Jordan. Mengapa pria itu melakukan semua ini padanya? Namun kembali Violet bersikap biasa saja begitu mengingat ia harus pergi dari kerajaan ini, khususnya dari hadapan Jordan. Dan ini adalah salah satu skenario yang harus ia laksanakan, bersikap berpura-pura seolah tak terjadi apa-apa.
"Kau terlihat begitu tegang, Vee. Serius kau tidak apa-apa?" Kembali Jordan bertanya begitu merasakan tubuh Violet tegang di pelukannya, tetapi yang membuatnya heran hanyalah kenapa gadis itu tidak membalas pelukannya.
"Aku tidak apa-apa, serius. Lagipula mungkin kau salah sangka, aku hanya berdebar begitu kau memelukku." Violet menunjukkan wajah meronanya, yang sebenarnya wajah menahan kesal bukan malu.
"Berdebar karena ku?" Kekeh Jordan lalu melepas pelukannya dan membuat Violet mendesah nafas lega.
"Ehm----ya, karena mu." Jawab Violet lalu ia terpekik keras begitu merasakan tubuhnya melayang, Jordan menggendongnya ala bridal style.
"Kau lucu sekali, kenapa hari ini kau terlihat begitu menggemaskan di mataku, Vee? Aku semakin mencintai saja." Tukas Jordan lalu kembali terkekeh pelan.
Bullshit!
"Love me too, Evan!" Pungkas Violet ikut terkekeh, ia kemudian tersenyum lebar ketika melihat Jordan menatapnya lekat. Di dalam dirinya, sebenarnya ia merasa berdebar. Jantungnya berdetak tak karuan, namun Violet harus menutupi ini semua. Ia harus melupakan perasaannya terhadap Jordan atau ia juga akan ikut tersakiti.
"Wah, kau sudah bisa menggodaku ya?" Jordan mengerutkan keningnya lalu tertawa.
"Kata siapa aku menggoda? Aku hanya menjawab pernyataan cintamu!" Kata Violet lalu ia kembali tertawa, yang malah di anggap Jordan tawa mengejek.
"Tapi bagiku kau menggodaku. Ah sudahlah, sebenarnya aku datang ke sini karena makan siang sudah siap. Ayo kita ke ruang makan, Vee!" Ajak Jordan sembari mengecup pipi Violet singkat, dan hanya di balas gadis itu dengan senyuman tipis.
"Ayo, tapi sebelum itu. Turunkan aku, Evan! Kau tidak mungkin menggendong ku kesana kan?" Violet merengut.
Jordan tertawa kecil. "Ku anggap ucapanmu sebagai tantangan, Vee... Aku akan menggendong mu sampai kesana. Aku akan menunjukkan kepada semua orang, seberapa romantisnya Raja mereka kepada calon Ratu Addison!" Jordan membalas lalu mulai berjalan ke arah pintu sembari menggendong Violet yang kini menatap diam ke arahnya.
Calon Ratu? Mungkin maksudmu Aprodhitè! Ingin sekali Violet membalas perkataan Jordan dengan kata-kata itu. Tetapi ia mengurungkan niatnya dan hanya bisa terdiam dengan mengulas senyuman tipis.
Jordan menggendongnya ke arah ruang makan dengan begitu mesra, Violet dapat menatap wajah tampan Jordan dari jarak sedekat ini. Kalau boleh di akui, Jordan memang sangat tampan. Hampir setara dengan Albern---kembarannya---apalagi rambut silver pria itu yang terkadang berkilau di terpa cahaya, semakin menambah pesonanya. Namun entah kenapa mulai detik ini, setelah mengetahui kebenaran mengenai Evan-nya. Violet sudah tidak merasakan pesona Jordan lagi, ia malah mengganggap Jordan sebagai virus yang harus ia jauhi, mulai sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny of the Princess Demon [Completed]
Fantasía#1 in Fantasy [24/12/2018] ❝Cause, when fate unites us. Believe me, Princess. You can't run away from me. Because, I'm Destiny of the Princess Demon.❞ ••• ㅤ ㅤBanyak yang mengatakan bila Violetta Glory Smith...