31. Masa Lalu

2.9K 193 4
                                    

Gue duduk sebelahan sama Baekhyun di ruang tunggu. Sedangkan Mami Park sibuk nelpon Papi yang masih dalam perjalanan pulang dari luar kota.

Hati gue rasanya khawatir dan sedih, mengingat suami yang gue cintai itu sedang berjuang melawan penyakitnya.

"Mbak Depi jangan sedih.. Bang Caplang teh orang yang kuat..
Mbak Depi percaya kan sama Baekki?" Baekhyun coba nenangin gue sambil ngusap bahu gue.

Gue nganggukin kepala sambil sesekali nunjukin senyum 'terpaksa' gue ke Baekhyun.

Dua jam berlalu, akhirnya seorang Dokter keluar dari ruang tempat Om Chanyeol dirawat.

"Perwakilan dari keluarga Park, mari ikut saya ke ruang Dokter. Anggota keluarga yang lain boleh menjenguk Tuan Park ke dalam, saat ini Tuan Park menderita koma."

Kami sekeluarga terkejut mendengar pernyataan itu. Hati dan perasaan gue terasa kacau, ruangan kecil itu seketika dipenuhi dengan linangan air mata.

"Devy.. kamu ikut Dokter ya?, biar kami yang jaga Chanyeol" kata Papi Park.

"Iya, Pi" jawab gue.

💉 Ruang Dokter
Kami duduk berhadapan untuk membicarakan kesehatan Om Chanyeol.

"Nyonya Devya, dengan berat hati saya harus memberitahukan hal ini"

Dokter itu ngasih sebuah catatan ke gue,
"Tuan Park sudah melakukan beberapa check up selama satu bulan terakhir. Dan menurut pemeriksaan yang saya lakukan, kondisi ginjal Tuan Park semakin memburuk akibat obat pereda rasa sakit berdosis tinggi yang terus-terusan beliau konsumsi. Meskipun saya sudah berkali-kali mencegah beliau, tapi beliau tidak mau peduli"

"Jadi, suami saya sakit ginjal, Dok?"

"Bukan hanya sekedar sakit, tapi bahkan ginjalnya sudah hampir tidak berfungsi lagi. Ditambah dengan efek samping dari obat yang bukan dari dokter, itu akan semakin memperparah keadaannya.
Seseorang yang ginjalnya bermasalah, akan cepat lelah dan sering mimisan. Dan sekarang adalah keadaan yang paling buruk, Tuan Park menderita koma akibat penyakitnya." jelas Dokter.

"Seharusnya, dalam masa penyembuhan, Tuan Park perlu memperbanyak istirahat, bukan malah mengonsumsi obat-obatan yang tidak sewajarnya. Memang, itu akan mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa sakitnya dengan cepat, tapi dampak yang timbul tidak sesederhana yang dipikirkan. Ini sangat serius" sambungnya.

Gue mendengarkan ucapan Dokter dengan berlinang air mata.
Kenapa harus orang yang gue cintai yang menderita kesakitan kaya gini?
Kenapa gak gue aja?
Di saat gue udah ngerasa nyaman sama Om Chanyeol, kenapa cobaan justru datang di kehidupan kami?

🌙 Malam harinya
Gue pulang ke rumah buat ngambil barang-barang yang sekiranya dibutuhin Om Chanyeol selama di rumah sakit.

Gue ngelihat ke arah ranjang tempat tidur yang terasa beda dari biasanya. Jam segini, biasanya Om Chanyeol suka gangguin gue, jailin gue, dan maksa gue buat masuk ke perdebatan yang gak ada gunanya.
Gue kangen semua itu, Om..

Waktu gue buka almari pakaian, gak sengaja gue nemuin sebuah kotak yang belum pernah gue lihat sebelumnya.

Gue ngambil kotak itu dan mulai bersihin debu yang melekat di atasnya.
Ternyata kotak ini masih tersegel dengan rapi, apa Om Chanyeol belum pernah buka kotak ini sebelumnya?
Terus ngapain dia nyimpen kotak ini kalau isinya aja gak pernah dia lihat.

Rasa penasaran mendorong gue untuk buka kotak itu tanpa persetujuan dari Om Chanyeol.

"Monmaap ya, Om.. Depi buka kotaknya"

Ternyata isinya semacam buku harian.
Tapi bahkan gak ada tulisan sama sekali di dalamnya. Di tengah-tengah halaman, ada foto Om Chanyeol dan Sana yang kayanya udah lama banget. Di foto itu, Om Chanyeol kelihatan bahagia di samping Sana.

Di halaman selanjutnya ada sebuah kertas yang terlipat. Saat gue buka, kertas itu semacam surat yang ditulis dengan tinta selama bertahun-tahun.

Gue baca surat itu,

"2011, Mataku terpejam saat untuk pertama kalinya laki-laki itu menyentuh dan merenggut segala yang kujaga sepanjang hidupku.
Ranjangku melesak saat ia mendaratkan bibirnya di atas bibirku dengan nafasnya yang memburu. Aku menghirup aroma bir yang cukup kuat dari dalam mulutnya. Benar, dia memang bukan peminum yang handal, bahkan dengan hanya tiga tegukan saja mampu membuatnya kehilangan akal sehat.
Aku berusaha untuk mencegahnya, tapi gejolak cinta yang begitu dalam berhasil mendorongnya untuk menanggalkan semua pakaian yang kupakai di malam itu. Tubuh kami menyatu tanpa sehelai benangpun, benar-benar tak ada yang menghalangi tautan di antara kami. Aku memeluknya begitu erat seolah tak ingin dosa terindah ini segera berakhir.

Ia bergerak di atasku, puluhan kali aku mendengar desahan dan erangan yang lolos dari mulutnya. Aroma bir dan kejantanannya bersama-sama menusukku begitu dalam, begitu manis, dan bahkan aku tidak bisa mengungkapkan betapa aku merasa beruntung karena menjadi yang pertama baginya. Benar, aku adalah gadis pertama yang merasakan hangat cairan cinta miliknya yang tumpah di rahim seorang wanita.

Dan untukmu Park Chanyeol, aku tidak pernah menyesal melakukannya bersamamu..
-Sana"

Air mata gue yang udah gue tahan sedari tadi akhirnya jatuh tepat di atas surat itu.
Betapa lemahnya gue yang hanya dengan sebuah tulisan aja bisa bikin gue ngerasa sakit hati.

Pada kenyataannya, gue gak akan bisa merubah sesuatu yang udah terjadi di kehidupan Om Chanyeol di masa lalu.
Gak akan bisa, meski gue netesin air mata darah sekalipun.
Semuanya udah terjadi, dan gue harus nerima laki-laki yang udah kehilangan keperjakaannya sebelum menikah.

Gue harus kuat.
Gue gak boleh ninggalin Om Chanyeol cuma karena masa lalunya yang kelam.
Gue harus nerima dia dengan apa adanya, dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
Karena ketika kita sudah menerima sesorang untuk kita cintai, pada saat yang sama pula kita juga harus menerima seburuk apapun masa lalunya.

"Devy.. kamu udah siap belum?
Ayo kita balik ke rumah sakit" ajak Mami Park dari balik pintu.

Gue tersadar dan buru-buru balikin barang penuh kenangan itu pada tempat awal. Seolah hingga detik ini gak ada satupun orang membangkitkan kenangan lama antara Om Chanyeol dan Sana.

TBC

KAWIN KONTRAK [PCY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang