10. Perjodohan Pak Bagas & Kesialan Gue Lainnya

19.1K 954 86
                                    

***Happyreadinggengs***

Maaf yaaa... updatenya tengah malem. Tadi ii ketiduran soalnya cape tadi sore abis pulang dari desa tempat KKN ini. Tati tuh ii sama anak-anak KKN lainnya silaturahmi ke sana untuk yang ke sekian kalinya. Ii seneng dan bersyukur banget soalnya kelompok KKNnya tetep kompak dan sering ngumpul sampe sekarang, terus warga desa sana juga selalu nyambut baik dan ngerepin terus kalau ii sama temen-temen ii mau ke sana tuh. Dan yang paling ii inget kalau ke sana tuh pasti pertanyaan pertamanya 'ii udah nemu jodoh di sini tea?' atau kalau engga 'Gimana yang di sana?' wkwkwk... Udah ah malah curhat. Oh ya tadi dijalan juga ada kecelakan mobil pribadi sama mobil aqua yang gede itu, ya ampun serem ih mobinya sampe penyok. Gak tahu ada korban atau enggak, semoga aja enggak kita doain aja ya...

Ya udah ah.... langsung aja...

Tapi Jangan Lupa vote dan kesan-kesannya. Ditunggu banget loh...

***

Dua jam kemudian bimbingan hari ini pun akhirnya selesai. Gue langsung menggeliat sebelum menjatuhkan diri di sandaran sofa yang gue duduki. Pak Bagas yang duduk di samping gue pun melakukan hal yang sama.

Gue sangat bersyukur karena bimbingan kali ini berjalan dengan lancar tanpa ada tikungan seperti bimbingan-bimbingan sebelumnya. Meski gue sempat pesimis bimbingan kali ini akan lancar mengingat tadi Tante Arum sempat membuat gue berpikir bimbingan gue bakalan dibelokin lagi, tapi ternyata beliau tidak mengganggu sama sekali. Setelah menyuguhkan cemilan, Tante Arum benar-benar pergi dan meninggalkan gue dengan anak laki-lakinya itu untuk bimbingan.

Gue juga turut bersyukur karena bimbingan kali ini lolos dari coretan-coretan berupa gambar tidak jelas dari Pak Bagas. Setidaknya gue tidak perlu melihat gambar-gambarnya yang aneh bin ajaib. Entah Pak Bagas itu tidak pintar menggambar atau apa, gambarnya itu tidak pernah lebih baik dari gambar anak kelas satu SD.

Yang patut gue rutuki adalah ketidak fokusan gue setelah kejadian tatap-tapan tadi dengan Pak Bagas. Suasana yang semula santai tiba-tiba saja berubah canggung. Sempat tertawa lepas sama-sama sih, tapi tetap saja setelah itu kecanggungan kembali menyelimuti. Selain itu gue banyak ditegur Pak Bagas karena pikiran gue yang melayang melanglangbuana kemana-mana. Untungnya gue bisa kembali fokus setelah banyak memakan cookies buatan Tante Arum.

Menghembuskan nafas, gue pun melihat-lihat sekeliling halaman yang dipenuhi banyak bunga. Sebuah senyum terukir di bibir gue. Tapi begitu gue menoleh ke arah samping kanan gue mendapati Pak Bagas yang tengah memejamkan mata. Aliran darah di tubuh gue seakan berhenti membuat gue tertegun memandangi pahatan wajah Pak Bagas yang terlihat begitu sempurna dari samping, meski wajahnya terlihat begitu tirus.

Dahinya yang terpampang bidang dihiasi rambut yang tertata sedikit acak-acakan membuat siapa saja tidak tahan untuk menyentuhnya, termasuk gue yang saat ini mati-matian merantai tangan gue untuk tetap diam. Turun ke bawah, kini alisnya yang tersusun rapi pun membuat gue tidak bisa mengalihkan perhatian gue dari sana. Belum lagi bulu matanya yang lentik berpadu dengan hidungnya yang bertengger mancung di sana, membuat gue gelisah sendiri karena jantung gue semakin berpacu dengan cepat.

Dan ya... jangan lupakan bibi tipisnya yang sedikit terbuka memperlihatkan sedikit gigi kelincinya yang membuat Pak Bagas begitu menggemaskan dan seksi di saat yang bersamaan untuk saat ini. Dagu lancip yang terhubung dengan rahangnya yang tegas dan kokoh pun tidak kalah mengoda gue, membuat otak gue terus mengumandangkan pertanyaan 'kenapa gue baru sadar Pak Bagas semempesona ini?' Tapi begitu tatapan gue turun ke leher jenjangnya, sebuat tawa kecil tidak bisa gue cegah. Ganteng sih, tapi sayang gak punya jakun.

Pak Bagas yang telah memejamkan matanya pun tiba-tiba membuka matanya dan langsung menoleh ke arah gue. Gue yang tadi asik cekikikan seketika langsung bungkam. Sorot mata sayunya menangkap basah gue yang menertawakannya. Ada segurat rasa ketakutan sendiri saat sorot mata Pak Bagas perlahan tapi pasti mulai menajam. Gue membetulkan posisi duduk gue, lalu segera tersenyum kikuk.

Pak Doktor, ACC Dong! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang