Haloooo... dikarenakan jadwal pagi ini dicancel jadi ii update deh. Disarankan buat ngedengerin lagu Thinking Of Out Loud-Ed Sheeran yaaaa.. yang di atas.
Oke deh jangan lupa Vote dan komennya yaaaa... ditunggu banget.
***Happyreadinggengs***
Gue melihat ke arah Pak Bagas dan payung na'as yang terseret angin itu secara bergantian. Sekarang satu-satunya harapan untuk melindungi Pak Bagas dari hujan saat di luar hilang sudah tersapu angin. Terus ini jadinya gimana? Gue beneran ganti baju di mobil ini dengan Pak Bagas yang ada di dalamnya juga?
"Payungnya..." ucap gue lirih, meratapi payung itu yang kini tergeletak tak berdaya dengan posisi yang terbalik.
Gue mendengar Pak Bagas menghela nafas berat,"Begini saja..."
Dosen pembimbing gue yang mulutnya terkenal rese dan suka ceplas-ceplos itu menjeda kalimatnya dan beranjak berdiri meski setengah membungkuk karena terhalang atap mobilnya. Gue memperhatikan gerak-geriknya dengan seksama. Pak Bagas membalikkan tubuhnya ke arah belakang, meraih kemejanya yang digantung rapi di sisi pintu jendela bekalang lalu mengambil sesuatu. Gue sempat bingung dan bertanya-tanya apa yang Pak Bagas ambil dan gue baru mengetahui apa yang Pak Bagas ambil ketika dia membalikkan kembali badannya. Ternyata dia mengambil dasi kotak-kotaknya. Gue menyerngit bingung ketika Pak Bagas mengacungkan dasinya itu di depan gue.
"Itu buat apa, Pak?" tanya gue dengan susah payah karena gigi atas dan bawah gue yang masih saling beradu. Gue pun menggosok tubuh gue sendiri karena merasa kedinginan. Sementara itu kening gue pun mendadak agak pening.
"Saya akan tutup mata saya pake dasi ini jadi kamu bisa leluasa ganti baju, ok?" tukas Pak Bagas seperti tidak ingin dibantah, tapi dengan wajah yang terlihat tanpa dosa sama sekali.
Inikah solusi terakhir?
Rasanya gue ingin berteriak dan mencakar wajah tampannya. Kenapa dia tidak mengerti juga? Bukan masalah dia akan mengintip atau tidaknya yang jadi kendala utama, gue percaya dia tidak akan mengintip. Masalahnya keberadaan dia yang membuat gue tidak tidak leluasa ganti baju. Hn!!!!
Doktor sih gelarnya, tapi kalau gak peka buat apa?
Gue masih gelisah di tempat, tapi tidak punya pilihan lain selain mengikuti solusinya tadi. Satu-satunya payung yang menjadi harapan sudah tersapu angin dan gue hanya bisa menangis dalam hati meratapi kesialan gue ini.
"Ya-yaudah deh, Pak." Gue menyerah pada akhirnya. Sepertinya Pak Bagas begitu sungguh-sungguh dengan kata-katanya sehingga gue tidak punya celah sedikit pun untuk menolak.
"Nah gitu dong," Senyum semanis guela itu berkembang di bibirnya, "oh ya celananya sekalin ganti aja soalnya kan juga basah." sambung Pak Bagas sambil melilitkan dasinya untuk menutup matanya kemudian menalikan ujung dasi itu di bagian belakang kepalanya.
No!!!!!!! Bagas Wiratama NO!
"Ce-celana juga?" tanya gue terbata,"enggak deh... baju aja."
"Loh kenapa? Celana kamu juga basah kan?" tanya Pak Bagas sambil memalingkah wajah pada gue.
Rasanya gue hampir berhenti bernafas saat Pak Bagas menoleh ke arah gue. Entah kenapa dia terlihat tampan dan seksi dengan dasi yang menutupi matanya itu. Oh sial, Anna! Apa yang lo pikirin?
"Sekalian aja, kalau setengah-setengah sama aja bohong."
Gue menghela nafas berat dan berharap semoga hujan ini segera mereda. Terjebak dengan Pak Bagas di dalam mobil karena hujan dengan keadaan di mana gue kehujanan dan harus ganti baju serta Pak Bagas yang menutup matanya pakai dasi menjadi ujian tersendiri untuk gue. Belum lagi tubuh gue yang menggigil kedinginan rasanya ingin segera dilapisi oleh selimut yang tebal. Gue nyaris frustasi sendiri. Gue pun berusaha mengatur nafas dan menenangkan diri. Setelah dirasa gue cukup tenang, gue pun bersiap-siap meluncur ke belakang mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Doktor, ACC Dong! ✔
RomancePART SUDAH TIDAK LENGKAP Complete✔😊 Prolog dan Part 1-37 serta ekstra part di tengah cerita. Bonchap menyusul. Hanya kisah seorang mahasiswi bernama Anna yang diteror nikah terus sama neneknya di saat dia kesulitan dapet acc dari dosen pembimbingny...