13. Good Day Or Bad Day?

19.6K 861 89
                                    

Haii... haiii... diakhir tahun ini ii balik lagi, sekarang beneran up yaa... bukan gara-gara kepencet pas iseng-iseng lagi. Ini update penutupan di tahun 2018 yeee... Dan ii seneng loh... followers ii udah nambahin lagi, makasih ya yang udah repot-repot follow ii, maaf gak bisa follback semuanya. Harapan ii di akhir tahun 2018 tentang akun ii ini siiih... semoga aja followers ii genap 400 atau bahkan lebih hehe... tapi kalau gak kesampean juga gak apa-apa, bukan rezekinya ii tahun ini berarti hehe.

Duuuh part ini benar-benar ujian kaya Pak Bagas. Isinya tiba-tiba ilang jadi ii kudu muat ulang.

Oke deh langsung aja yaaaa...

Et tapi jangan lupa Vote dan Komennya yaaa... akhir tahun 201 nih temen-temen silent readers harus vote yaaa... ditunggu loh.

***HappyReadngGengs***

Langit di atas gue menampakkan warna biru yang cerah dihiasi awan-awan putih berbentuk abstrak yang menggantung seolah saling berpegangan. Secerah hari ini, hati gue pun mendadak cerah setelah tadi tidak sengaja mendengar obrolan antara Vikro, Julian, dan Jimi. Seperti biasa, gue langsung angkat kaki begitu melihat batang hidung Vikro berkeliaran di sekitar gue, lalu gue akan bersembunyi dan melihatnya dari kejauhan. Tidak ada yang berubah dari kebiasaan gue saat melihat Vikro, semua sama saja, kecuali tadi gue sempat tertangkap basah melarikan diri darinya. Gue harap Vikro tidak curiga sama sekali.

Sebenarnya yang membuat gue berseri-seri hari ini adalah penyataan yang keluar dari mulut Vikro sendiri mengenai hubungannya dengan Yasinta Ririe, si Primadona kampus.

Flashback on...

"Wiiih... yang baru dapet telpon dari cewek cakep." goda Jimi sambil merangkul bahu Vikro yang baru saja mendudukan diri di sampingnya.

Memasang telinga tajam, gue maju selangkah ke depan engan hati-hati agar pembicaraan mereka lebih terdengar. Kegaduhan di area lapang olahraga secara tidak sadar, gue memanjangkan leher gue untuk lebih leluasa meraup udara yang membawa suara perbincangan ketiganya.

"Haha bisa aja lo." balas Vikro sambil menengadah menatap awan-awan yang lewat dengan gerakan yang teramat pelan meski sebenarnya tidak.

Nafas cowok yang rambutnya basa oleh keringat itu terengah-engah. Dadanya naik turun dengan cepat, menandakan dia benar-benar kelelahan. Kondisi Jimi dan Julian pun tidak jauh beda dengan Vikro. Ketiga cowok populer itu dan tim basket kampus memang baru saja mengadakan turnamen persahabatan. Meski sebenatar lagi akan lulus, Vikro dan kedua sahabatnya masih tetap aktif di UKM.

"Jadi kenapa dia gak nonton?" kini giliran Julian yang bertanya sambil memainkan bola basket di telunjuk tangannya, membuat bola itu berputar cepat, sementara sorot matanya mengarah pada Vikro yang ada di depannya.

"Ada jadwal dadakan katanya." jawab Vikro sambil menekuk ke atas kakinya yang tadi selonjoran, lalutangannya yang saling bertautan dibiarkan bertengker di atas lututnya.

"Uhuhuuuuu sedih pasti lo gak ditontin sama doi." goda Jimi sambil tertawa-tawa.

"Biasa aja." jawab Vikro sambil menundukan kepalanya lalu menggeleng-gelengkan kepalanya hingga keringatnya ada yang berjatuhan.

"Masa sih, Bang?" tanya Julian dengan nada menggoda.

"Yeeee... gak percaya." balas Vikro.

"Gue heran deh, sebenernya hubungan lo sama Sinta itu apaan sih?" tanya Jimin kemudian.

"Pake ditanya, seluruh penghuni kampus ini juga udah tahu kali kalau Bang V sama Yasinta itu pacaran." Julian menjawab mewakili Vikro yang malah menyunggingkan sebelah bibirnya.

Pak Doktor, ACC Dong! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang