23. Bad Mood

11.9K 738 184
                                    

Alohaaaaaloooo selamat malam. ii balik lagi. Ngebut nih, biar cepet selesai. Alhamdulillah setelah mood nulis yang rusak parah akhirnya ii bisa rampungin part ini malem-malem. Dududu dudu duduu...

Vote dan komennya ditunggu ya. Ramein notif ii dong. Makasih semuanyaaa... love love loveeeee...

***HappyReadingGengs***

Ceklek...

Pintu ruang penguji terbuka, menampakkan sosok Milan dengan balutan jas hitam yang nampak pas di tubuhnya. Senyum manisnya terpatri di sana, menambah kadar ketampanannya. Wajah tegang dan gelisahnya kini telah berubah menjadi raut lega dan kebahagiaan. Selendang bertuliskan Milan Fazrizky, S.Pd tersampir di bahunya.

"Imiiiil...." gue jadi yang pertama kali berteriak saat Milan keluar.

Aas, Asa, Intan, Aida, Yogi, Darman, Lukman, , dan yang lainnya bangkit dari duduk mereka. Kami pun segera menggerumbuni Milan yang tengah senyum-senyum di depan pintu.

Hari ini adalah sidang skripsi gelombang pertama. Milan, Aas, Asa, Intan, Aida, Yogi, dan Darman ikut di sidang gelombang pertama dari kelas gue karena skripsi mereka sudah selsai. Aas dan yang lainnya sudah selesai sidang dan Milan kebagain nomor urut paling terakhir.

Tiap kali selesai sidang wajah-wajah mereka terlihat begitu berseri-seri sampai-sampai Asa, Intan, dan Aida menangis terharu. Gue ikut senang dan bahagia melihat kelegaan mereka. Rasanya aura kebahagiaan dan kelegaan itu terpancar sampai ke relung hati gue. Melihat bagaimana antusiasnya mereka bercerita saat di dalam ruang sidang, membuat perasaan gue menggebu-gebu. Gue jadi semakin tidak sabar untuk segera menyelesaikan skripsi gue.

"Weeeesss... brooooh selamat yaaaa..." Yogi merangkul bahu Milan dengan gemas, lalu menepuk-nepuknya.

"Cieeee cieeee sarjana nih yeee... selamat yaaaaa... nih hadiah buat lo." Asa menimpali sambil memberi Milan sekuntum mawar merah.

"Selamat Milaaaan...." Yang lainnya ikut menyahuti dan memberikan hadiah yang mereka bawa untuk Milan.

"Makasih semuanya...." jawab Milan di sela-sela tawanya menerima banyak hadiah.

"Gimana di dalem broooh?" tanya Kelvin yang saat itu ikut nimbrug.

"Luar biasa, gue dibantai abis-abisan sama Pak Bagas." jawab Milan seraya menggelengkan kepalanya. "Halaman kutipan sama penerbit bukunya aja pake ditanyain segala coba. "

"Seriusan?" tanya kami smeua terlihat penasaran dan juga takut.

"Sumpah, mana nanyanya gak woles ajir, skripsi gue pake di lempar segala gara-gara tadi gue sempat lama jawabnya. Ya gimana gak lama gue kan gak merhatiin sampai detai penerbit bukunya segala."

"Sumpah anjir emang bener nanyanya gak woles itu mukanya minta ditabok banget." curhat Yogi ikut menimpali. Yang lain mengangguk-angguk mengiyakan.

"Terus gimana?" tanya Intan kemudian.

"Gue jawab asal aja eh untungnya bener haha..."

"Hahaaaa beruntung lo." kata Darman dan Lukman.

"Itu dosen penguji lainnya gimana pas itu?" tanya Aida.

"Malah ngeliatin gue doang." jawab Milan.

"Pak Bagas killer banget yaaa pas ngujinya?" Mila yang baru bergabung bertanya dengan raut wajah tegang.

Pak Bagas ini memang terkenal sebagai dosen penguji yang killer abis. Dia tidak segan-segan melempar atau merobek skripsi mahasisiwanya jika dianggap masih kurang layak di mata dia atau mahasiswanya kurang memberi jawaban yang memuaskan atau parahnya lagi terlihat kurang matang dan percaya diri saat menyampaikan isi skripsinya. Dengar-dengar dari senior yang sudah lulus pun banyak yang nangis jika dosen pengujinya Pak Bagas.

Pak Doktor, ACC Dong! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang