Alohaaaa.... ii datang lagi nih. Maaf yaaa updatenya malem soalnya ii baru sempet nyelesein part 16 ini tadi. Jadi tuh tadi kan pas selesai UAS ii sama temen-temen ii foto breng dulu yaaa buat kenang-kenangan sebelum nanti sibuk PPL. Nah terus tadi juga diskusi soal PPL dulu sama temen-temen. Eh pas mau pulang, temen-temen ii yang lainnya malah ngasih KEJUTAN di kampus. Astaga ii terharu banget mereka tiba-tiba keluar dari kelas bawa-bawa donat madu sambil nyanyi pibesdey pibesdey gitu wkwkwk... Nah terus tuh yaaa temen-temen ii tuh pada ke rumah gitu, jadi deh baru bisa lanjut tadi. Masa mereka mau ii usir kan gak enak. wkwkwk dududu dudu duduuu...
Oke deh sekian curhatnya.
Sekarang siap-siap setelah dibuat kesel sama Pak Dino, siap-siap juga dibuat kesel sama Pak Bagas.
Et tapi jangan lupa votenya yaa... komennya juga. ii tunggu...
***HappyReadingGengs***
Sehabis berdebat panjang lebar dengan Pak Dino dua hari yang lalu, gue selalu bangun agak siang dari biasanya. Malam setelah perdebatan alot itu gue terus berpikir keputusan apa yang harus gue ambil.
Jujur saja ini keputusan terberat dalam hidup gue selama ini. Gue yang biasanya asal ambil keputusan kini harus berpikir berkali-kali untuk mengambil keputusan ini.
Menerima lamaran Pak Bagas mungkin satu-satunya solusi yang gue punya. Pak Bagas pun juga satu-satunya laki-laki yang memenuhi kriteria yang nenek ajukan terutama dalam hal sesuatu yang lebih dari Pak Dino. Ada satu dari Pak Bagas yang lebih dari Pak Dino, gelar S3 dan hajinya itu bisa jadi senjata untuk gue jika tiba-tiba nenek menolak Pak Bagas. Tapi mengetahui motifnya menikahi gue membuat gue ragu untuk menerima lamarannya.
"Aaaarrrggghhhh..." gue meremas rambut gue kuat-kuat.
Ini kepala rasanya mau pecah.
Belum skripsi gue ini gimana gustiiiiii... Pak Bagas sama Pak Dino kapan tobatnya sih jadi manusia yang suak ngerecokin kehidupan orang?
Gue tuh butuh piknik tahu...
Setelah marah-marah tidak jelas, tiba-tiba saja ingatan gue kembali pada kejadian menyebalkan saat di kafe Ce dua hari yang lalu dengan Pak Bagas.
"Menikahlah dengan saya."
Ucapan yang entah lamaran atau perintah itu terdengar tegas dan lugas. Tidak ada keraguan sedikit pun di nada bicaranya. Gue yang mendengarnya pun hanya bisa diam dengan mulut yang sedikit terbuka. Sepertinya roh gue langsung lepas dari raga molek gue, membuat kaki gue terasa begitu lemas. Pernyataan seperti ini sungguh di luar dugaan. Gue benar-benar tidak menyangka Pak Bagas akan berbicara sepertu itu buat gue. Kalau saja gue belum makan, sepertinya apa yang Pak Bagas bilang akan jadi kenyataan atauh bahkan gue bukan hanya pingsan dong. Bisa mati gue. Jantung gue kan lemah denger ginian.
Memasuki detik keempat, mulut gue langsung menyemburkan tawa yang begitu keras. Bahu gue sampai naik turun dibuatnya. Untungnya di kafe ini pelanggannya hanya ada gue dan Pak Bagas, jadi gue tidak perlu takut membuat orang lain terganggu.
Ini benar-benar lucu. Sangat-sangat lucu. Pak Bagas ini emang selera humornya receh kayanya. Tapi gue gak bisa dibencandain gini. Hati gue lemah sama hal-hal kaya gini. Kalau gue khilaf bilang iya gimana urusannya coba?
Gue masih asik tertawa saat Pak Bagas menatap tajam ke arah gue. Dan sialnya gue baru menyadari hal itu. Melihat Pak Bagas yang malah menatap ke arah gue dengan wajah yang serius dan tidak ada niatan untuk tertawa atau bahkan menyunggingkan bibirnya sedikit pun, perlahan membuat tawa gue memudar dan hilang ditelan udara yang berkeliaran.
"Eeeeehehe..." Dengan terpaksa gue menghentikan tawa gue yang mendadak hambar,"Ekhm ekhm." gue membetulkan posisi duduk gue. Nampak edikit salah tingkah karena Pak Bagas belum juga mengalihkan atensinnya tau setidaknya sedikit menurunkan kadar ketajamannya. Gue gak biasa ditatap seperti itu sama Pak Bagas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Doktor, ACC Dong! ✔
RomancePART SUDAH TIDAK LENGKAP Complete✔😊 Prolog dan Part 1-37 serta ekstra part di tengah cerita. Bonchap menyusul. Hanya kisah seorang mahasiswi bernama Anna yang diteror nikah terus sama neneknya di saat dia kesulitan dapet acc dari dosen pembimbingny...