BC(S): Unrequited

9.3K 332 89
                                    

Alohaloooo... gengs... ii balik lagi bawa spesial Milan POV. Ya ampun... tiba-tiba ada ide aja gitu setelah dengerin lagunya 'Cinta Luar Biasa - Andmesh Kamaleng'.

Maaf belum bisa lanjutin lapak sebelah dan yang lainnya. Maaf juga belum bisa lanjutin part Dear Anna 2 (part 2). 😣😣😣

❤❤HappyReadingGengs❤❤

Beberapa hari setelah Pak Bagas melamar Anna usai sidang__💙💙_______

"Waktu pertama kali ku lihat dirimu hadir
Rasa hati ini inginkan dirimu."

Suara gue yang serak-serak basah mulai mengalun diiringi musik dari gitar yang gue petik. Katanya cowok mau suaranya bagus ataupun jelek kalau udah nyanyi sambil main gitar tetep keliatan keren. Jadi meski suara gue gak bagus-bagus amat, gue pede aja. Lagian tampang gue kan ganteng. Milan gitu loh.

Sudut bibir gue terangkat. Wajah cantik lo di benak gue ikut jadi pengantar lagu yang gue nyanyikan.

Naw, lo masih inget gak pas pertama kali kita ketemu? Pohon rambutan. Gue inget, waktu itu gue pertama kali liat lo pas nyolong rambutan sama Kak Agni di samping toilet. Hari itu hari terakhir ospek dan gue harus menyaksikan tontonan gratis dimana Pak Karya -yang waktu itu belum gue tahu namanya- memergoki perbuatan lo sama Kak Agni. Beliau lalu meneriaki nama lo yang kata lo waktu itu kebetulan Pak Karya cuma inget nama lo doang.

Gue inget waktu itu muka lo lawak banget, Kak. Wajah menegang, mulut terbuka mata melotot, dan sebelah kaki lo menjuntai ke bawah karena posisi lo waktu itu lagi manjat pohon. Mana rok lo keangkat lumayan tinggi banhet lagi. Hahaa...

Lalu setelah itu lo nyengir kuda, menunjukkan tampang so imut. Detik berikutnya lo langsung rusuh turun sambil ngejatuhin rambutan yang lo pegang. Kak Agni pun sama rusuhnya, dia minta lo cepet-cepet turun, apalagi pas liat Pak Karya mendekat. Dan dari kejadian itu yang paling gue inget adalah rambut lo yang malah nyangkut di ranting saat lo nekat loncat, alhasil pendaratan yang seharusnya mulus jadi gagal karena lo malah gelantungan gara-gara rambut lo nyangkut. Gue heran sebenernya, gimana bisa itu rambut nyangkut segala terus kuat nahan lo sampe gelantungan segala. Gue cuma bisa ketawa ngeliat muka panik dan meringis lo.

Cewek absurad.

Begitulah kesan pertama gue ke elo.

Setelah lo dan Kak Agni lari terbirit-birit menggondol rambutan yang berhasil lo colong, gue pun mendekat ke pohon rambutan itu, Kak. Dan gue menemukan jepitan rambut lo yang jatuh. Sampai sekarang jepitan itu masih tersimpan aman di kamar gue. Awalnya gue mau balikin jepitan itu, tapi gue selalu lupa. Sampai akhirnya gue pun memilih buat menyimpannya.

"Hati  tenang mendengar suara indah menyapa. Geloranya hati ini tak ku sangka."

"Panci!"

Ah... gue inget waktu itu seseorang memanggil nama gue, maksud gue nama lain gue saat ospek. Orang itu pasti ngebaca papan nama yang menggantung di leher gue.

'Panci'

Ya nama perkakas dapur itulah yang gue pilih saat para kakak panitia menyuruh gue dan siswa baru yang akan mengikuti ospek untuk mencari nama pengganti kami. Dengan itu, gue pun memilih panci. Bukan apa-apa, benda itu suka ngingetin gue sama mama yang dengan begitu hebat dan gagahnya pernah menimpuk maling pake panci. Jadi kalau liat panci tuh berasa kaya liat pahlawan bertopeng gitu.

Suara orang itu terdengar begitu lembut sampai mengobok-obok lubuk hati gue. Dan saat gue menoleh ternyata yang gue dapati ternyata lo, Si Kakak yang ketahuan nyolong rambutan dan rambutnya nyangkut pas mau kabur.

Pak Doktor, ACC Dong! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang