17. Keputusan

14.8K 835 171
                                    

Alohaaaa... ii balik lagi mumpung lagi senggang, jarang-jarang kan ii up jam segini. Tapi tolong jangan diteror up cepet-cepet yaaaa... apalagi next... next... next... lanjut... lanjut... lanjut... dan sebangsanya gitu doang,sejujurnya ii suka gimana gitu berasa didikte dan diperintah hehe. Jadi mohon pengertiannya. Oke siap setuju semua demi kenyamanan bersama?

Di part ini kalian harus jeli yaaa... karena ada sesuatu yang ii siapin hehe.

Oh ya ii juga dapet kabar katanya Pak BGS versi dunia nyata mau pindah tugas ke DIY woooooy. Uhuhu entah harus seneng atau sedih, hehe. Denger-denger juga udah pindah dari kampus tempatnya ngajar di Jakarta, tinggal nunggu kabar aja kapan pindah dari kampus ini. Sedih gak sih? Ya pokoknya apapun itu kita sama-sama doain yang terbaik ya buat Pak Dosennya. Oh ya kalau nanti kalian yang tinggal atau kuliah di Yogyakarya ketemu Pak BGS kasih tahu ii ya hehe...

Oke deh jangan lupa vote, komen, dan follow akun ii. IG juga deng...

hanarisa123

yang poto profilnya mirip bocah. yang suka disangka anak sekolahan. Wkwkkw dududu dudu duduuu...
Polbek? DM aja yaaa...

Ramein notif ii yaaa... suntuk nih nugas mulu.

***HappyReadingGengs***

Tangan keriput nenek yang tidak diinfus menjadi sasaran gengaman gue. Suara detik jam yang bergerak menjadi pemecah kesunyian di antara keheningan ruangan inap nenek. Suasana di sini begitu tenang karena kini nenek gue tengah terlelap setelah tadi meminum obat. Di ruangan ini hanya ada nenek seorang yang dirawat karena pasien yang sebelumnya menghuni ruangan ini beberapa saat lalu baru saja pulang.

Genggaman tangan gue yang semakin menguat, mengiring gue untuk membawa tangan nenek yang keriputnya semakin terasa ini menempel di kening gue. Gue memejamkan mata dan sekali-kali mencium punggung tangan nenek gue yang urat-uratnya sudah sangat terlihat.

Air mata yang sejak tadi gue tahan-tahan lolos begitu saja tanpa bisa gue cegah kembali. Rasanya dada gue begitu sesak melihat nenek berbaring di bangsal dengan kepala yang berbalut kain kasa. Nenek pasti sangat kesakitan, ingin rasanya gue menggantikannya. Nenek sudah sangat tua, tidak seharusnya dia merasakan sakit semacam ini. Untungnya dokter bilang kondisi nenek tidak terlalu parah. Tidak ada tulang yang retak atau sampai patah, hanya kepanya saja yang mengeluarkan darah karena terbentur sesuatu yang cukup tajam. Untungnya lagi, benturan itu hanya menimbulkan goresan yang tidak terlalu dalam. Tapi tetap saja, gue masih takut dan was-was.

Menyadari air mata gue yang kembali meluncur tanpa permisi, gue pun buru-buru menghapusnya dengan punggung tangan gue tanpa melepaskan genggaman tangan gue pada telapat tangan nenek sebelum ada orang yang melihatnya. Gue termasuk jajaran cewek yang jarang sekali menangis sekalipun didera berbagai masalah. Mungkin sesekali, jika gue merasa dada gue benar-benar sesak, seperti sekarang contohnya. Maka menangis menjadi alternatif untuk gue mengeluarkan beban di hati gue. Tapi sejak bergelut dengan skripsi, akhir-akhir ini gue emang agak sering menangis.

"Nek..." ucap gue lirih,"Enek cepet sembuh ya... Enek kan mau ngeliat Anna nikah."suara gue tercekat di bagian akhir.

Detik jam yang bergulir menjadi pengganti jawaban dari nenek. Gue menjauhkan tangan nenek yang gue genggam dan tatapan gue beralih mengamati wajah nenek yang terpejam. Gue pun mengelus-ngelus kepala nenek penuh sayang.

"Anna udah putusin, Nek, Anna bakalan nikah secepatnya sesuai keinginan Enek." lanjut gue setelah beberapa detik yang lalu hanya mengamati wajah pucat nenek.

Gue meremat tangan nenek tanpa sadar ketika mengatakan kata-kata itu. Sebenarnya ini adalah keputusan yang sangat berat, tapi gue memang harus memilih. Toh cepat atau lambaut gue emang akan menikah.

Pak Doktor, ACC Dong! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang