22. Apa Kabar Hati?

13.1K 736 148
                                    

Alohaaaaaiii... ii balik lagi nemenin malem minggu kalian yang mungkin hampa, dududu dudu duduuuu. Maaf ya baru up soalnya baru ada waktu ngetik kemarin malem sama malem ini. Sekarang pulang dari SD ii langsung tidur aja, cape banget. Minggu sekarang ii kebagian kelas 2 dan itu subhanallah banget. Harus banyak ngelus dada. Tapi walau begitu mereka tetep lucu-lucu. Gemesin banget pokoknya.

Oh ya terus juga laptop ii tadi sempet ngadat. Masa error T_T mana skripsi belum kelar huhuuuu. Oke deh cukup curhatnya. Langsung ajaaa....

Jangan lupa ramein notif ii yaaa.... makasih semuanya.😊🍎

***HappyReadingGengs***

Menggeser posisi duduk adalah hal yang gue lakukan entah untuk yang keberapa kali sejak empat puluh menit yang lalu. Gue gugup, canggung, dan juga ingin kabur. Ya gimana gue tidak ingin kabur kalau yang sekarang ada di hadapan gue adalah Abiansya Vikro. Siapa itu Abiansya Vikro? Memangnya siapa lagi Vikro dalam hidup gue selain Vikro yang dulu pernah gue suka. Mungkin. Ya mungkin karena gue juga masih ragu apakah gue sudah bisa melupakan Vikro atau tidak. Nyatanya gue selalu terserang gugup dan rasanya ingin kabur saja jika bertemu dengan Vikro. Tapi di satu sisi jantung gue malah berdebar-debar dengan tidak karuan. Tidak bisa gue pungkiri, gue begitu senang bisa berduaan begini dengan Vikro.

Astaga Anna sadar!

Ingat Pak Bagas!👳

Ingat juga Vikro sudah punya Yasinta Ririe.👸

Tapi omong-omong soal Yasinta, hubungan Vikro dan primadona kampus itu sebenarnya belum jelas kebenarannya. Banyak yang bilang jika mereka pacaran, tapi ada juga yang bilang jika mereka hanya teman. Entahlah yang mana yang benar, semua masih simpang-siur.

Diam-diam gue memperhatikan Vikro yang tengah serius memeriksa skripsi gue di laptop, tentunya setelah gue berusaha mati-matian untuk menengkan diri. Dia ganteng banget, sumpah. Apalagi kalau lagi mode serius begini aura ke-manly-annya jauh lebih terasa. Tapi makin gue perhatian Vikro ini malah terlihat seperti Pak Bagas. Sekilas memang wajah Pak Bagas dan Vikro itu mirip, gue baru sadar.

Pak Bagas...👳👀

Gue menggumamkan nama dia dalam hati. Gue kembali tidak habis pikir dengan jalan pikirannya. Kenapa dia malah meminta bantuan Vikro di saat dia tahu gue itu punya rasa pada saudaranya itu? Pak Bagas itu memang sulit sekali dibaca. Dia tidak bisa ditebak. Pak Bagas itu terlihat ceria sekaligus misterius. Dia seperti banyak menyimpan rahasia.

"Hmmm... oke yang ini udah tepat..." Vikro mengangguk-anggukan kepalanya.

Gue tersenyum kecil melihatnya. Gak apa-apa, Anna. Lo akan baik-baik aja. Lo gak usah takut, malu, atau minder lagi kalau ketemu Vikro. Lo harus menghadapinya. Lo Pasti bisa.

Ingat kata Imil👦, hadapi jangan dihindari.

Berbagai sugesti gue kirim ke otak gue supaya gue bisa lebih tenang dan itu cukup ampuh. Ya cukup ampuh untuk membuat gue setidaknya tidak ada niatan kabur lagi meski jantung gue masih berdebar-debar tidak karuan.

"Yang ini tadi indikatornya mana ya?" Vikro bertanya sambil menatap gue yang tengah terbengong-bengong memperhatikannya.

Gue terkesiap dan langsung menggaruk pipi. Astaga malunya tercyduk.

"Ah... mana Vi coba liat dulu." kata gue berusaha senormal mungkin.

Tanpa banyak bicara Vikro lalu menyerahkan laptop di tangannya pada gue. Gue menerimanya dan langsung mengambil alih. Gue pun mencari halaman yang Vikro inginkan.

"Yang ini..." Gue menyerahkan kembali laptop gue setelah halaman yang dimaksud ketemu.

"Nah iya yang ini, coba gue liat dulu yaaa..." Vikro kembali mengambil alih laptop gue.

Pak Doktor, ACC Dong! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang