6. Mau Untung Malah Buntung.

17.1K 968 190
                                    

Hai... ii balik lagi bawa lanjutan ceritanya. Ada yang nungguin gak?

Kalau kangen jangan lupa vommentnya yaaa.... Makasih loh...

Oh ya, ii juga minta rekomendasi dari kalian dong buat visualisasi cewek yang gak terlalu tinggi, tapi berisi, dan berwajah imut-imut buat karakter cerita ii yang lain. Dan juga ii minta rekomendasi lagu-lagu romantis kalau bisa buat yang tema dark romance. Kasih tahu ya kalau kalian tahu lagu-lagu yang pas.

Oke deh cukup pembukaannya, langsung aja...

***Happyreadinggengs***

Breeeeeemm...

Asap tercipta dari gesekkan maha dahsyat antara ban motor gue dengan jalan aspal yang bertugas menjadi penompang para kendaraan besi yang berlalu-lalang di sini. Bukan sulap atau sihir gue bisa tahu kalau aspal itu berasap, tapi kaca spion yang bertengger gagah di setiap sisi kiri dan kanan Yonyx membuat gue jadi tahu keadaan di belakang, termasuk wajah kesal Pak Polisi yang sekarang tengah mengejar gue.

"Annaaaaaaaa....!" suara Pak Bagas tersentak gara-gara gue tancap gas gak kira-kira.

Tangan Pak Bagas mencengkram bahu gue kuat-kuat, membuat gue semakin yakin bahwa Pak Bagas sekarang sedang panik-paniknya. Aduuh... skripsi gue gimana nih? Gue takut gara-gara kejadian ini imbasnya malah ke skripsi gue.

"Annaaaaaaaaaaa..... berhenti! Jangan kebut-kebutan!" teriak Pak Bagas.

"Pegangan Pak... Ini darurat." Gue ikut teriak mengingatkan Pak Bagas.

Ini dosen kalau jatuh kan nanti brabe, bukan cuma skripsi gue aja taruhannya, tapi gue sendiri juga bisa diseret ke meja hijau. Gak elit banget kasus gue ntarnya, masa iya kasusnya 'Mahasiswi Menjatuhkan Dosen Pembimbingnya Dari Motor Gara-gara Dikejar-kejar Polisi'. Mau ditaruh di mana muka kece gue?

Dan untungnya setelah itu Pak Bagas pegangan ke gue eerrr lebih tepatnya meluk gue dari belakang membuat gue tanpa sadar mengendurkan laju gas Yonyx saking syoknya. Jantung oooh jantung....

Ternyata gini ya rasanya dipeluk cowok dari belakang?

Hangat.

Tapi geli.

Gue baru sadar kalau lagi dikejar-kejar polisi pas liat di kaca spion itu polisi makin deket dengan motor gue. Tanpa pikir panjang gue pun langsung narik gas lagi membuat Pak Bagas makin kencang meluk gue. Entah gimana ceritanya, dia agak narik gue ke belakang, terus wajahnya ditumpuin di pundak gue. Geli sih, tapi masa iya gue toyor kepala Pak Bagas? Gak sopan, meski dia juga gak sopan sama gue karena berani peluk-peluk segala. Ini Pak Bagas modus enggak sih? Eh tapi kan emang gue yang nyuruh dia buat pegangan.

"Annaaaaaaaaaaa.... Jangan kebut-kebutan di belakang ada polisi. Nanti kamu bisa ditilang." Pak Bagas kembali berteriak. Mungkin dia gak mau mati konyol di tangan mahasiswinya. Mungkin juga dia mulai berfikir kalau kejadiannya kaya gini lebih baik dia ACC skripsi gue dari dulu.

"Apa, Pak?" tanya gue antara fokus ke jalan dan fokus nyerna suara Pak Bagas ynag kemakan angin.

"Jangan kebut-kebutan di belakang ada polisi nanti kamu ditilang..." teriak Pak Bagas lebih keras dari tadi.

Gue ngelirik dia lewat spion dan tawa gue hampir aja pecah gara-gara ngeliat wajah memprihatinkan Pak Bagas. Rambutnya terbang ke mana-mana dan bibir tipisnya kebawa angin pas ngomong, pokoknya penampilannya gokil banget. Ekspresi takutnya apalagi. Gue cuma bisa mengatakan dalam hati supaya Pak Bagas cepet tobat jadi dosen maha resenya biar kalau sekarang terjadi apa-apa dosanya gak kebanyakan atau angap aja gue ajak kebut-kebutan ini sebagai penggugur dosa-dosanya selama ini.

Pak Doktor, ACC Dong! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang