19. Pembuktian

14.2K 828 237
                                    

Alohaaaaaa.... ii balik lagi dududu dudu duduu.... Jarang banget kan ii up jam segini. Oke deh langsung aja. Jangan lupa vote, komen, dan follow yaaa...

Ramein notif ii. Makasih sebelumnyaaaa...

Pesan : hati-hati syok.

Ost Part ini Marry Your Daughter -Brian McKnight 😍🍎

***HappyReadingGengs***

"Dijaaah... Khodijah..." nenek menanggil-manggil mama dengan suara seraknya.

Gue segera beranjak dari duduk gue setelah sebelumnya menyimpan file yang baru saja gue edit. Sekarang ini gue emang sedang mengerjakan revisian skripsi gue sekalian menjaga nenek. Meski konsentrasi gue terpecah-pecah, tapi gue tetap mengerjakan revisian skripsi gue agar bisa cepat selesai.

"Iya, Nek? Mama pulang dulu. Enek mau minum?" tanya gue seraya menarik kursi tunggu dan mendudukan diri di sana.

"Iya..." jawab nenek gue dengan suara paraunya.

"Bentar Anna ambilin."

Gue pun mengambil air mineral yang ada di nakas, llau membukanya dan memasukan sedotan yang sudah disediakan. Saat gue memasukan sedotan ke dalam botol air mineral itu, nenek berusaha untuk terduduk dari posisi tidurannya. Gue pun dengan sigap buru-buru menyimpan kembali botol air mineral itu dan membantu nenek untuk duduk. Nenek sempat menyerngit, mungkin kepalanya jadi pening karena gerakannya bersamaan dengan itu gue memebtulkan posisi bantal nenek agar nenek bisa duduk dengan nyaman. Setelah memastikan nenek duduk dengan nyaman, gue pun mengambil air mineral itu dan membantu nenek meminumnya.

Nenek selesai minum dan gue pun menyimpan kembali minuman kemasan itu di nakas. Setelahnya gue kembali menghadap nenek.

"Anna pijitinn ya, Nek." gue berinisiatif untuk memijat kaki nenek dan nenek pun mengangguk sebagai jawaban.

"Gimana skripsi kamu? Udah selesai?" tanya nenek gue tiba-tiba.

Masya Allah sekali nenek gue nanyain kabar skripsi gue. Biasanya kan cuek.

"Belum, Nek, tuh lagi dikerjain." kata gue sambil menunjuk laptop gue yang berada di karpet lantai dengan dagu gue.

"Ya udah mending kamu lanjutin lagi aja biar cepet selesai." saran nenek gue.

Gue menggelengkan kepala kecil lalu tersenyum,"Gak ah, Nek, mau istrirahat dulu sambil mijitin Enek, liat layar laptop mulu mata sakit."

Nenek menghela nafas,"Ya sudah kalau begitu."

Keheningan pun terjadi setelahnya karena gue langusng diam, tidak buka suara lagi. Nenek juga melakukan hal yang sama seperti gue, diam. Matanya yang kini kembali tertutup menjadi salah satu pembeda dengan diam yang gue lakukan, mungkin nenek kembali tidur atua hanya memejamkan mata.

Sebenarnya gue tengah memikirkan sesuatu yang sepertinya kalian tahu. Ya... apalagi memangnya jika bukan cara menyampaikan kabar dengan baik tanpa membuat nenek gue syok bahwa dosen pembimbing gue melamar gue dan mau tidak mau perjodohan anatara gue dan Pak Dino harus dibatalkan. Gue takut... Takut jika nenek gue tidak memberi restu dan tetap memaksakan keinginannya menikahkan gue dengan cucu temannya. Sekarang ini nenek sedang sakit, bagaimana jika nenek gue bilang kalau ini adalah keinginan terakhirnya? Gue harus bagaimana lagi selain menerima perjodohan itu dan meminta maaf yang sebesar-besarnya pada Pak Bagas?

Ragu. Gue selalu ragu untuk berbicara masalah itu. Gue ingin mengatakannya, tapi kata-kata itu seakan tertahan di ujung lidah gue. Gue tidak ingin mendengar penolakan dari nenek gue. Anggaplah gue pengecut, tapi gue benar-benar takut nenek gue tidak menyetujuinya.

Pak Doktor, ACC Dong! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang