26. Bingung Judul (Dududu dudu duduu)

11.6K 690 188
                                    

Alohalaoloooo.... semua ii balik lagi nih. Cepet kan baliknya hehee... secepat merima ajakan balikan mantan eaaaah....

Mohon maaf kalau typo masih bergentayangan yaaaa....

Vote dan komennya ditunggu ya teman-teman. Ramein notif ii... makasih loooh loveee youuu... love Pak Bagas jugaaa...

***HappyReadingGengs***

Sejak kejadian memalukan di pasar tadi gue tidak berani melihat ke arah Vikro. Gue selalu nunduk tiap kali berbicara dengan dia. Sepanjang jalan menuju rumah gue terus merutuki diir karena selalu ceroboh dan akhirnya malu-mlauin diir sendiri dan orang lain juga tentunya.

Begitu gue sampai di rumah gue langsung memarkir motor di samping toko. Nenek yang sedang menyapu daun-daun di bawah pohon mangga yang berada di samping kamar gue menoleh ke arah gue. Nenek menyimpan sapu lidi yang dipegangnya di pohon mangga itu, lalu mendekat ke arah gue. Sementara itu Vikro yang parkir tidak jauh drai gue sedang mengibas-ibaskan rambutnya.

"Udah pulang?" tanya nenek gue.

"Iya, Nek." jawba gue sambil sun tangan.

Vikro berjalan ke arah gue dan nenek lalu ikut menyalami nenek gue. Nenek gue terlihat menatap Vikro bingung sambil memicingkan matanya dan beberapa kali membetulkan letak kacamatanya. Tapi detik berikutnya nenek langsung tersenyum.

"Ini siapa, Na?" tanya nenek.

Orang yang dulu Anna sebut-sebut sebagai calon suami yang bakal Anna kenalin ke Enek.

Mengingat fakta itu malah membuat gue miris sendiri. Dulu gue memang selalu berandai-andai Vikro akan jadi suami gue dan cowok yang saat ini berdiri di samping gue inilah yang akan gue kenalkan ke nenek gue sebagai calon gue. Tapi sekarang? Begitu angan gue menjadi kenyataan di mana gue membawa Vikro ke rumah dan bertemu dengan nenek, sayangnya Vikro tidak gue kenalkan sebagai calon suami gue melainkan sodara dari calon suami gue.

"Temen Anna, Nek," jawab gue,"sodaranya Pak Bagas juga."

"Eh sodaranya Nak Bagas? Pantesan dari tadi tuh Enek liat-liat mirip Nak Bagas." kata nenek gue sambil mengusap-usap lengan Vikro.

Vikro mengulas senyum manis,"Iya saya sodaranya Bang Bagas, Nek, haha banyak yang bilang emang mirip." jawab Vikro dengan canggung.

Nenek mengangguk-angguk mengerti."Ya udah ayo masuk dulu ke rumah." ajak nenek gue.

"Ah... lain kali aja Nek, saya sebentar kok ke sininya mau beli roti soalnya udah ditungguin ayah di rumah."

"Oh... gitu... ya udah nanti kapan-kapan, main ke sini ya." kata nenek gue.

"Iya, Nek, nanti kalau kapan-kapan kalau Bang Bagas ke sini saya ikut." jawab Vikro dengan senyum canggung.

Setelah perbincangan singkat dengan nenek gue, gue pun mengantarkan Vikro untuk masuk ke toko lewat pintu samping. Sementara itu nenek gue kembali melanjutkan kegiatan menyapu halamannya. Baru saja beberapa langkah sampai di pintu samping, gue lihat Kupi beserta pemiliknya masuk pekarang rumah gue dan parkir di bawah pohon jambu air seperti biasa.

Milan membuka helmnya dan membetulkan rambutnya. Begitu dia melihat gue dia langsung tersenyum dan melambaikan tangan. Tapi senyumnya perlahan memudar saat melihat Vikro yang ada di samping gue. Milan pun berlari kecil ke arah gue.

"Hei..." Milan menyapa gue, lalu tersenyum pada Vikro. Cowok yang ada di samping gue itu membalas senyuman Milan.

Kecanggungan tiba-tiba menyelimuti atmosfir di sekitar gue. Biasanya Milan langsung selonong boy gitu masuk ke dalam rumah karena saking seringnya dia main ke sini, sejka ngurusin skripsi saja dia jarang main ke rumah.

Pak Doktor, ACC Dong! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang