Pembuatan Karakter Dalam Novel

4.1K 224 5
                                    

Sumber : FB animon

1. Sesuai kebutuhan.
Kita bisa belajar dari dongeng, bahwa tiap cerita memiliki makna sendiri-sendiri. Malin Kundang yang tentang bakti kepada orangtua, atau Cinderella yang baik hati, rajin, dan pantang menyerah, akhirnya mendapat apa yang pantas dia dapatkan. Karakter-karakter ini dibuat atas dasar makna yang ingin disampaikan penulis. Karena ingin menyampaikan usaha yang nantinya akan berbuah hasil, maka pengarang membuat karakter yang pantang menyerah.
.
Jadi, sebelum menulis karaktermu, coba pikirkan dulu, apa yang ingin kamu sampaikan dan kepada siapa. Terkadang, ini gak harus pesan. Bisa saja cuma sekadar suasana atau keren-kerenan. Ya buatlah karakter yang menurutmu keren. Hehe. Sudahkah kamu membuat karakter yang bisa menyampaikan suaramu? Karena merekalah wakilmu dalam cerita yang akan menyampaikan suara itu.
.
2. Buat karakter yang berlawanan atau kontras.
Kamu bisa membuat antagonis atau karakter lain yang kontras dengan protagonis supaya si protagonis lebih menonjol. Kontras di sini gak berarti mereka beda jauh. Kadang, bisa saja tujuan mereka mirip, tapi cara mencapainya berbeda. Kita bisa lihat ini juga dari saudara tiri Cinderella yang pemalas dan jodoh Cinderella yang kehidupannya mewah, berbeda sekali dengannya. Tapi si saudara tiri juga sama-sama ingin mendapatkan Pangeran.
---------------
[Character Detailing]
Setelah menentukan karakter-karaktermu secara garis besar, mari lihat secara detail. Aku akan kasih tahu beberapa hal yang biasanya dilupakan penulis ketika membuat karakter:
.
1. Kelemahan, selain kelebihan.
.
2. Ambisi jangka panjang (mimpi atau cita-cita), selain tujuan/ambisi jangka pendek yang sesuai konflik dalam cerita. Meskipun mungkin tidak relevan, tapi ada baiknya karaktermu punya tujuan hidup juga di luar cerita, yang menandakan bahwa dia adalah manusia yang bukan hanya bergerak karena plot.
.
3. Aspek relatable, selain keunikan. Terkadang kita ingin membuat karakter yang unik, tidak pernah dibuat orang lain, sampai lupa kalau karakter itu juga sebaiknya merupakan refleksi dari orang-orang, yang membuat pembaca itu bisa merasa kalau karakter itu adalah mereka. Percuma unik, kalau pembaca merasa itu hanyalah karakter, bukan siapa-siapa.
.
4. Aspek panutan, selain realistis. Realistis memang perlu, tapi jangan lupa kalau kita membuat cerita fiksi, bukan non-fiksi atau biografi. Fiksi butuh bumbu. Sekalipun relatable, pembaca lebih suka melihat karaktermu berkembang dan berhasil, bukan stuck dan gagal terus mentang-mentang menurutmu dalam realita, orang seperti itu gagal mulu.
.
5. Ketakutan, kepercayaan, dan prinsip hidup.

Ilmu SastraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang