Self Editing

764 28 3
                                    

Melati Jewel adalah nama pena dari Melati Maeky Permata, seorang perempuan berdarah Jawa yang lahir pada bulan November tahun 1997. Sejak usia 11 tahun sudah menyukai dunia tulis-menulis namun mulai serius menggelutinya pada tahun 2010. Saat ini aktivitasnya selain menulis lepas yaitu mengenyam pendidikan kuliah di salah satu universitas di Kota
Hujan. Ia juga menjadi tim editor di @projectmenulis.sila dan salah satu penerbit indie yang baru berdiri di tahun ini.

Karyanya berjudul _Di Antara_ telah diterbitkan oleh Guepedia Publisher (2019). Ia juga telah berkontribusi dalam menulis 12 buku antologi cerpen dan puisi berjudul _Kejutan Sebelum Ramadhan Jilid 10_ (Nulisbuku 2013), _Lovebirds_ (Nulisbuku 2013), _Gradasi Asa_ (Raditeens 2018), _Dermaga Rasa_ (Raditeens 2018), _(Bukan) Jatuh Cinta_ (Raditeens 2018), _Jatuh Bangkit Kembali Jilid 1&2_ (One Peach Media 2019), dsb. Tulisannya yang lain dapat ditemui di platform online wattpad dan storial.co dengan mengetik nama penanya di kolom pencarian.

Saat ini, ia tengah menyusun sebuah buku yang sebelumnya telah ditulis di akun instagram @kado_ibu. Sapa dia di akun instagramnya https://instagram.com/melati.jewel

Materi : (Dalam bentuk PDF)

List pertanyaan

1. Kak gi mana ya cara buat tulisan kita tuh ngena ke hati orang walau dah di edit berkali-kali tapi tetep kita rasa bahasa kita tuh nggak kena ke hati orang? Terus kalo nulis naskah itu kita ngetiknya sesuai selera kita pas nanti di bukukan atau ngetik biasa?
Maafkan banyak tanya dan maaf kalo gak sesuai tema 🙈

Jawaban No. 1

Cara tulisan kita ngena ke hati gimana? Maka tulislah dari hati, sebab apa pun yang keluar dari hati pasti akan tersampaikan dengan baik ke hati juga 😊

Meski sudah diedit berkali-kali kok masih sama rasanya? Itu tandanya:
1) Barangkali tulisan kita belum benar-benar dari hati
2) Kita kurang banyak wawasan/bahan bacaan. _Penulis yang baik adalah pembaca yang baik pula, iya kan?_ 😉

Perkara nulis itu ya memang sesuai selera kita. Di mana kita mampu menulis? Di jenis tulisan apa? Genre apa, dsb. _Ngetiknya?_ ya ketik aja seperti kita biasanya menulis 😊

2. Idealnya _proofreading_ tuh dilakukan brp kali? Soalnya kadang udah diedit ulang aja masih ada typo terlewat 😂...terus juga penting nggak punya partner untuk kroscek tulisan kita (atau seberapa penting)), ...makasi

Jawaban No 2

Proofreading sebaiknya dilakukan sampai benar-benar tidak ada typo sama sekali, ya. Oleh sebab itu harus sangat teliti sekali.

Minimal sekali itu sudah baik. Mau dua/tiga kali juga boleh. Tapi ingat, jangan kelamaan proofreading, nanti malah 'tenggelam' sendiri  dengan tulisan kita 😁

3. Aku sering banget nih pas ngedit naskah / revisi buat dikrim ke penerbit, tapi malah selalu kepikiran buat ganti alur mulu😓nah, itu gimana ya cara mengatasinya? kadang pusing sendiri gitu, karena gak pernah puas sama tulisan sendir dan itu wajar gak sih?

Jawaban No 3

Pengin ganti alur cerita itu memang godaan yang berat, ya.

Rasanya kayak kurang ini-itu dalam tulisan kita. Tapi, nggak baik kalo sering gonta-ganti. Kita kesannya jadi nggak konsisten, dong.

Supaya nggak tergiur utk itu gimana?
Siapkan outline/kerangka tulisan. Buat patokan serta batasan2 untuk tulisan kita dari awal sehingga ketika di tengah jalan atau di akhir ketika mengedit ada godaan untuk mengubahnya pun kita punya acuan.

Oh iya, mengubah jalannya tulisan itu tak selamanya salah lho. Kalau selama mengedit kita menemukan keganjilan atau hal2 yang dirasa kurang pantas untuk dituliskan di dalam naskah, maka alangkah baiknya jika kita mengubahnya jadi lebih baik 😊

4. Aku kan baca cerita terjemahan kak, tapi aku sedikit heran😅 karena ada kata yang tercetak miring namun tidak seperti cerita asli Indonesia. Nah apakah pengeditan di sana memang ada perbedaannya kak? Aku baca novel terjemahan dari Amerika kak

Jawaban No 4

Sebenarnya kalau diamati, pengeditan di tiap penerbit itu berbeda-beda meski patokannya sama, yaitu mengacu pada KBBI dan PUEBI.

Apalagi naskah terjemahan, jelas ada perbedaannya. Pasti banyak istilah-istilah asing dan bercetak miring yang bertebaran di sana.

5. Kak misalkan kita minta saran pada teman,  berarti kita memberikan naskahnya?

Jawaban No 5

Tentu, dong!

Kalau tidak kita sodorkan naskah, bagaimana mereka bisa memberikan saran/kritik/testimoni? 😁

Ilmu SastraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang