Pentingkah Narasi dalam Cerita?

916 71 23
                                    

NARASI DALAM CERITA

Narasi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam sebuah tulisan yang rangkaian peristiwa dari waktu ke waktu dijabarkan dengan urutan awal, tengah, dan akhir.

Tentunya banyak para penulis terutama penulis pemula mencari tips dan trik agar tulisan mereka menjadi menarik dan banyak diminati pembaca. Kali ini kami akan membeberkan sedikit rahasia yang wajib kamu ketahui sebagai seorang penulis buku.

1. Ajak Para Pembaca Seolah Berkomunikasi Langsung

Teknik ini akan membuat para pembaca merasa ngobrol dan menikmati tulisan kamu, seolah kamu sedang bercerita atau berbicara langsung melalui kalimat narasi dengan mereka.

Contohnya, dalam novel “Dilan : Dia Adalah Dilanku Tahun 1990”, karya Pidi Baiq.

Penulis benar-benar membuat suasana cerita hidup dengan mengajak berkomunikasi langsung kepada pembaca seperti kalimat ini :
“Aku langsung tersenyum, tapi sekaligus juga merinding. Ruangan rasanya jadi berbeda, entah apa namanya. Kamu mungkin bisa menganggapnya biasa saja, tapi aku bukan dirimu. Aku gak tahu harus berpikir apa dan harus gimana.”

Ini bukanlah kalimat dialog, ini adalah kalimat narasi yang ditulis Pidi Baiq untuk menceritakan perasaan seorang karakter di dalam ceritanya, dengan seolah mengajak berkomunikasi pada pembaca. Keren, kan?

Dalam buku-buku motivasi banyak juga dijumpai teknik penulisan seperti ini, contohnya buku mega best seller karya Ippho Santosa, “7 Keajaiban Rezeki”

Kamu bisa lihat, bagaimana para penulis besar tersebut bisa menghidupkan suasana membaca, dan sudah pasti para pembaca akan begitu asik membaca setiap halaman tanpa bosan.

2. Mulailah Sebuah Tulisan Dengan Hentakan

Rahasia selanjutnya adalah, memulai tulisan dengan hentakan.
Seketika saya penasaran dalam sekejap ketika membaca sebuah novel yang pada halaman pertama,
kalimat pertama, tiba-tiba berada ditengah-tengah dialog :

“Bagaimana menurutmu?”
“Berbaliklah dan biarkan kulihat dirimu.”
“Stanley, kau sudah memandangiku dari atas sampai bawah selama setengah jam…”

Ini yang saya temukan di halaman pertama novel Marc Levy yang berjudul “All Those Things We Never Said”.
Tidak ada narasi diawal, tidak ada basa-basi yang membosankan.
Langsung menarik pembaca masuk kedalam pusaran alur cerita dengan kuat.

Kamu bisa coba mulai menggunakan teknik seperti dalam setiap tulisan kamu. Akan lebih bagus jika kamu bisa berinovasi. intinya bagaimana kamu bisa memberikan hentakan kepada emosi para pembaca di detik-detik awal ia membaca tulisan kamu.

3. Jangan Menganggap Pembaca Bodoh

Ini kesalahan yang cukup sering dijumpai teruma tulisan dari para penulis pemula. Menjelaskan kembali maksud dari tulisannya dengan lebih detail dan rinci.

Niatnya memang agar para pembaca mengerti apa yang disampaikan, dan agar para pembaca tidak salah menangkap maksud tulisan. Tapi jangan sampai hal yang memang sudah jelas, diperjelas lagi dengan menambah kalimat.

Hello! Pembaca tidaklah sebodoh itu.
Jangan menganggap mereka tidak mengerti alur cerita yang kita maksud. Mereka pasti bisa menyimpulkan sendiri. Sederhan saja, orang-orang yang gemar membaca itu kebanyakan orang yang pintar. Kalau yang kurang pintar pasti malas membaca, makanya kurang pintar, iya kan?

Justru berikan mereka tantangan dengan tidak menjabarkan dengan detail alur cerita yang dimaksud.
Berikan saja petunjuk-petunjuk yang membuatnya penasaran.
Biarkan mereka menjadi detektif ketika membaca tulisan kita.

Cindy berjalan sendiri, beljalan menuju toko buku untuk membeli buku genre kesukaannya, saat di perjalanan, Cindy bertemu perampok yang ternyata musuh Ayahnya hingga ponsel Cindy lenyap dengan waktu singkat

Contoh diatas, terlalu menjelaskan dengan detail. Hingga membuat pembaca jenuh.

4. Tidak bertele-tele

Narasi yang membosankan bahasanya terlalu bertele-tele, pemborosan kata akan terjadi.

Indra pergi ke toko buku Grandmedia untuk membelinya novel Mariposa yang diinginkan Sandra, lalu ia membelikan boneka sapi seperti Acha, tidak lupa dengan sebuah es krim yang disukai Sandra, lalu ia pergi ke rumah Sandra untuk memberikannya kejutan.

Contoh di atas bikin jenuh kan, pasti yang bacanya aaan sih gaje bangat, apaan sih bahasanya gak bangat.

Coba seperti ini..

indra ingin memberikan kejutan untuk Sandra, bukan dengan bunga mawar, coklat, apalagi kue anniversary! Kejutan yang akan membuat mata Sandra berkaca-kaca,

Saat baca ini,pasti pembaca penasaran.

Kak, lebih penting narasi atau dialog tag? Narasi, kenapa?
Pernah gak sih kalian baca novel atau wattpad, 1 part dialog tag? Enggak kan, justru lebih banyak narasi dibandingkan dialog tag.

Gunakan narasi 70%
Dialog tag 30%
Atau
Narasi 50%
Dialog tag 50%
Cerita juga tidak bagus jika terlalu bnyak percakapan, tapi narasinya hanya 30%

kak, diksi perlu gak sih di dalam narasi?
Tidak juga, kenapa? Narasi yang penting mudah dipahami, membawa pembaca bisa membayangkan cerita tersebut, pembaca bisa menjiwai cerita itu. Bukan dari diksi atau kalimatnya elok, melainkan mudak diahami dan asyik. Aku pernah baca narasi nya penuh diksi, justru malah membuat aku jenuh, karena terlalu formal, forlmal boleh saja tapi tidak membuat pembaca suntuk.

Narasi memang harus EYD & sesuai KBBI, kecuali dialog tag boleh bahasa gaul.

Sumber : Tinta Penulis

Ilmu SastraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang