Menulis kok perlu Teknik?

889 104 18
                                    

Biasakan Vote sebelum membaca, dan tinggalkan kritik dan saran selepas membaca.

🌿🌿🌿

Langsung saja, yaa.🐼

Perkenalkan, nama saya Isma Nadya. Ada sebagian yang memanggil saya 'Nad', tapi ada sebagiannya lagi yang memanggil 'Isma'. Terserah kalian mau memanggil apa saja. Hehe.

Oh iya, catat, yaa. ISMA NADYA, bukan ASMA NADIA. Karena seringkali banyak orang yang keliru dalam memahami setiap kali saya memperkenalkan diri.

Saya lahir di Marabahan, pada 26 Juli 2001. Usia saya belum genap 19 tahun, tentu kalian bisa menghitungnya dengan melihat tanggal dan tahun kelahiran saya. Saya seorang Mahasiswi di Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

Oke, untuk perkenalan itu saja dulu. Silakan japri jika ingin bersahabat dan tahu selebihnya tentang saya. Saya tidak menutup diri, kok.

TEKNIK MENULIS

Jadi ... mudahnya, teknik menulis itu adalah tahap-tahap yang dilakukan ketika kita akan membuat karya. Entah secara sadar atau tidak, masing-masing penulis pasti melakukannya.

Apa saja sih tahap-tahapnya?

Simak baik-baik, yaa.
👇🏻👇🏻👇🏻👇🏻

1. Tahapan Pratulis (Prewriting)
Tahap ini merupakan tahap awal, yang mana di dalamnya terdapat berbagai kegiatan sebelum melakukan proses menulis. Mulai dari penentuan ide, tema, mind maping dan outline.

2. Tahap Penulisan (Drafting)
Penulis menuangkan semua ide yang ada dalam pikirannya pada tahapan ini. Memulai penulisan naskah hingga selesai dengan kaidah yang telah ditentukan, baik menggunakan standar penerbit atau standar pemerintah tentang perbukuan.

3. Tahap Revisi
Revisi berarti memperbaiki, bisa berupa menambah atau mengurangi tulisan yang berlebihan. Selain itu, menambah informasi yang mendukung, mempertajam perumusan penulisan, mengubah urutan penulisan pokok-pokok pikiran, menghilangkan informasi yang kurang relevan dan sebagainya.

4. Tahap Penyuntingan Mandiri (Self-editing)
Pada tahap ini penulis mengulang kegiatan membaca draf, kemudian menambah atau mengurangi naskah secara matang.

5. Tahap Publikasi
Tahap ini merupakan tahap akhir dalam sebuah penulisan. Tentunya setelah tulisan tersebut diselesaikan, penulis akan mempublikasikan tulisannya baik itu melalui internet, redaksi majalah, dll.

Nah, selain teknik menulis, self editing juga penting loh.

Apa sih itu self editing?

Self editing adalah penyuntingan mandiri atau dalam kata lain, penulis mengedit tulisannya sendiri sebelum diserahkan kepada penerbit. Jadi, dalam hal ini penulis tidak hanya sekadar mengandalkan editor.

Tujuannya apa?

Tujuannya yaitu agar penulis bisa memahami standar kepenulisan yang diminta oleh penerbit. Selain itu, juga akan membuat naskahnya lebih rapi.

5  hal yang harus diperhatikan dalam melakukan Self Editing, di antaranya:

1. Jangan Cepat Puas dengan Draf Pertama
Draf pertama ibarat adonan roti yang belum mengembang maksimal. Perlu beberapa menit untuk mengaduk atau mixer agar mengembang dengan sempurna. Nah, seperti itulah self editing. Jangan puas terhadap draf yang sudah selesai. Coba baca ulang dan perhatikan secara seksama, cari kesalahan kosa-kata atau penulisan lain.

Disarankan untuk membaca naskah dengan keras, supaya memudahkan kita dalam menemukan kesalahan-kesalahan.

2. Hindari Jatuh Cinta pada Karya Sendiri
Biasanya, ada penulis yang terlalu memuja hasil karyanya. Merasa tulisannya sudah bagus. Namun, bagus saja tidak cukup. Jatuh cinta ini memicu rasa egoisme. Cenderung eman dan enggan mengakui bahwa masih banyak kekurangan dan ketidaklogisan dalam karya yang dibuat. Maka sulit menerima kritik dan saran dari orang lain.

3. Perdalam PUEBI dan KBBI
Aplikasi PUEBI dan KBBI bisa didapatkan di playstore, ya. Perlunya belajar PUEBI dan KBBI untuk mengetahui letak kesalahan dalam tulisan kita. Misalnya kesalahan tanda baca, kata baku, dll.

4. Memperkaya Diksi (Pilihan Kata)
Salah satu sisi lain yang tidak kalah penting adalah pengayaan terhadap perbendaharaan kata. Perbendaharaan kata membuat kalimat yang dihadirkan mengalir luwes dan tidak monoton. Penuh variasi untuk menghindari kebosanan pembaca akibat sering menemukan pengulangan kata yang sama.

Banyak cara untuk menemukan diksi keren, salah satunya membaca karya milik orang lain.

5. Memangkas Kalimat yang Tidak Efektif
Memangkas kalimat yang bertele-tele itu perlu. Tujuannya apa? Agar pembaca tidak bingung membaca tulisan yang kita buat. Selain itu, pemangkasan serangan "aku" juga perlu diperhatikan, khususnya untuk tulisan yang menggunakan sudut pandang orang pertama. Dalam satu paragraf, hanya boleh mengandung maksimal 3 serangan "aku" atau "ku".

Tanya Jawab :

1. Aku mau tanya

Selain kata ku dan aku. Kau, yang, kamu, nya juga berlaku kah?

Jawab : Iya😉

Yang, kamu, -nya, juga berlaku untuk serangan/pemborosan kata. Tidak hanya "aku".

Yang jelas, dalam satu kalimat  atau paragraf usahakan minimalisir pemborosan. Jangan ada penjelasan berulang.

2. Nama : Chintia Nur Khasanah
Pertanyaan : Kak, kalau misalnya kita langsung nulis gituh, bebas, tanpa outline tapi udah tahu ending ceritanya. Kemudian bagaimana misalnya mengurangi kata aku dalan setiap paragraph, Kak?

Jawab : Tidak masalah. Outline tidak berpengaruh terhadap pemangkasan.

3. Nama : Ikha
Pertanyaan : bagaimanakah cara menghindari malas editing karena biasanya melihatnya saja sudah tdk mau bahkan ketika mengedit masih ada yg tertinggal?

Jawab : Saya lempar pertanyaan balik. Kakak menulis, tulisannya ditujukan untuk apa? Untuk diikutkan event, dipubliskasikan di Wattpad/media lain, atau untuk dikirim ke penerbit?

Kalau tulisannya ditujukan untuk hal-hal yang saya sebutkan di atas, baiknya kembali kepada kesadaran diri masing-masing.

Kalau kita saja malas untuk melihat tulisan sendiri; apalagi merapikannya, lalu bagaimana dengan orang lain? Bagaimana dengan juri yang akan menilai tulisan kita? Bagaimana dengan pembaca? Atau bagaimana dengan editor?

Kecuali, kalau tujuan kita menulis hanya untuk menumpahkan uneg-uneg, lalu membiarkan tulisan itu menjadi file berdebu sesudahnya. Tidak apa-apa, silakan bermalas-malas.

4. Nama: Hiromy
Pertanyaan: Bagaimana cara menyadari bahwa kalimat yang kita gunakan kurang efektif?

Jawab :
Kalimat efektif adalah kalimat yang disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku, seperti unsur-unsur penting yang harus dimiliki setiapkalimat (subjek dan predikat); memperhatikan ejaan yang disempurnakan; serta cara memilih kata (diksi) yang tepat dalam kalimat.

Cara menyadari bahwa kalimat yang kita gunakan kurang efektif. Coba baca ulang kalimatnya. Apabila terkesan membosankan, bertele-tele, maka kalimat itu kurang efektif. Paling tidak minimalisir typo.

Walaupun nanti terbit berbayar, self-editing juga penting.

Tidak semua editor selalu dalam keadaan mood yang baik loh, Kak.

Terima Kasih.

Tinggalkan pertanyaan di kolom komentar jika ada yang kurang di mengerti ♥️

Ilmu SastraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang