4.Penjelasan

255 12 0
                                    


"Aku nggak tau apa yang dimaksud Fathir waktu itu," Jelasku.

Virna hanya diam menatap Nayla tanpa ekspresi.

"Aku dah tau kok kamu nggak perlu khawatir. Aku tau yang kamu lakuin kok!" Jawab Virna setelah lama hening.

Virna memang tau tentang semua yang berhubungan dengan kisahku. Dia sudah kuanggap seperti keluargaku sendiri.

"Udah kan? Balik ke kelas yuk!" Ajak Nita.

Kami bertiga pun keluar dari mushola dan berjalan menuju kelas kami yang berada di lantai 2.

"Vir,Ta,kalian duluan aja gw mau ngomong sama Nayla. Boleh kan?" Ucap Fathir hati-hati sekaligus meminta izin kepada Virna.

"Boleh. Tapi jaga jarak ya!" Jawab Virna menaiki anak tangga bersama Nita.

"Ribet ya harus izin ke Virna dulu udah kayak izin ke calon mertua," Ledek Fathir.

"Virna itu kenal banget sama aku. Ibu aku juga kenal banget sama dia. Yah jadi intinya kita saling jaga," Jelasku Fathir hanya mengangguk.

"Lu risih nggak sih kalau dia over kayak gitu?" Tanyanya lagi.

"Dia sahabat aku. Bukannya sahabat itu menuntun pada kebaikan? Selagi itu baik kenapa nggak?" Jawabku.

"Oh ya buat yang tadi makasih ya," Ucapku sambil tersenyum.

"Iya, maaf ya cuma itu ide gw," Jawabnya.

Kami berjalan beriringan menuju kelas. Farrel.

"Ide kamu briliant. Untung kamu bantu aku, aku takut Shila nolak Farrel cuma gara-gara aku," Ucapku.

"Lu nggak cemburu, kecewa, sedih, galau?"tanya Fathir menatap ke arahku.

"Cemburu? Aku siapa dia. kecewa?sedikit.sedih? Nggak ada gunanya. galau? Ya kali lagian Farrel jadian sama sahabatku. Aku cuma takut Shila terluka," Jelas ku Fathir merangkulku berjalan menuju Farrel dan Shila yang tengah bernyanyi dan bermain gitar didepan kelas Farrel.

"Eh, double date nih kita!" Celetuk Shila.

Aku duduk disamping Shila yang sedang mengengam tangan Farrel.

"Cemburu? Aku siapa dia—" What? Kenapa ini? Bukannya Shila sahabat aku masa cemburu dia pacaran sama pacarnya.

"Fath, nanti lu anter Nayla pulang ya. Gw sama Shila mau beli es krim dulu," Ucap Farrel. Fathir hanya mengangguk mengiyakan.

"Nggak usah kok, aku jalan aja," Jawabku cepat.

"Nay?" Ucap Farrel

"Rel, aku kan dah biasa jalan lagian rumah aku deket,"elakku,

"Fathir aja mau, batu banget sih lu!" Bentak Farrel.

Aku terkejut. Ini sifat Farrel yang paling aku tidak suka. Nyelekit.

"Sorry, gw cuma khawatir," Lirihnya.

*
*

"Nay, gw disuruh Farrel pleaseee!!" Bujuk Fathir mengiringi langkahku dengan motor matic hitamnya.

"Yaudah nanti kalau Farrel nanya bilang aja ke dia kalau kamu nganterin aku, padahal enggak. Simple kan?" Jawabku santai sambil terus berjalan.

"Bohong dong," Tanyanya.

"Berbohong demi kebaikan nggak papalah," Jawabku asal, lalu. Mempercepat langkahku.

Langkah ku terhenti ketika melihat Farrel dan Shila berasa di kedai es krim yang berjarak 3 meter dari posisi ku.

Aku dengan terpaksa segera naik motor Fathir dan memegang tasnya sebagai pembatas antara kami.

"Ayo,sampe gerbang kompleks!" Ucapku menepuk bahunya.

Aku sempat menoleh ke arah kedai es krim itu ketika kami melewatinya. Senyum yang dulu kunantikan, senyum yang dulu membuatku terhipnotis kudapatkan walau artinya berbeda. Tapi aku bersyukur bisa melihat senyuman spesial itu yang udah kaya martabak.

Farrel.

______________________________________

Oke emang sih sampai detik ini cerita ini belum ada yang baca, tapi aku optimis pasti bakalan ada yang baca...

Budayakan membaca ya....

Vote

Revisi 4

Be My Love ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang