33.Merelakan 2

130 5 0
                                    


Aku memasuki kafe monokrom, mata ku terus berpendar mencari meja nomor empat yang katanya telah disediakan oleh Rio. Hari ini memang aku sudah ada janji dengan Rio. Katanya ia ingin membicarakan sesuatu, entahlah.

Aku berjalan pelan menuju meja nomor empat. Lalu menarik kursi untuk aku duduk. Sebelum sempat aku menarik sebuah tangan sudah mencapai Sandaran kursi itu dengan cepat. Aku terkejut, ditambah lagi orang yang menarik bangku itu.

"Farrel?" Lontarku tak percaya.

"Lu ngapain disini?" Tanya Farrel balik menatap ku dengan raut wajah binggung.

"Gw ada janji sama temen. Mending lu cari meja lain deh,ini dah dipesen."

"Lu ngusir?" Tanya Farrel dingin.

"B-Buk--Bukan gitu. Masalahnya kan ini udah dibooking nah terus kursi nya cuma ada dua,nanti kalau lu duduk disini temen gw dimana?" Jelasku,ia tampak menahan kesal.

"Lu nggak liat nih kafe rame?" Ketus nya.

"Kalau ada yang kosong,gw pindah!" Jawab Farrel lalu duduk di kursi yang menjadi perdebatan kami, aku mengalah, toh yang dikatan Farrel memang benar.

Hening.

Kafe monokrom. Sesuai namannya kafe ini cenderung berdekorasi dengan warna-warna monokrom yang terlihat sangat Instagramable. Kebanyakan pengujung disini adalah anak muda yang sekadar berbincang, Anak jaman sekarang main nya kafe.

Fasilitas disini sangat lengkap. Mulai tersedia nya wifi gratis yang menjadi incaran banyak orang,datang kesini untuk menikmati wifi itu berjam-jam padahal ia hanya memesan sebuah minuman,Ah lupakan.

Makanan dan minuman disini enak-enak, ditambah harganya yang terjangkau kalangan Mahasiswa bahkan kantong siswa SMA dan SMP.

"Maaf mas, mbak,ini makanan nya," Ucap seorang pelayan membawa sebuah mini brownies dan pancake madu. Minuman milkshake oreo dan capucino.

Aku dan Farrel saling pandang. Siapa sebenarnya yang telah memesan ini.

"Makasih mbak," Ucap Farrel. Aku meraih handphone ku lalu menghubungi Rio,Sebal. Bukannya Rio yang menjawab malah yang terdengar suara wanita,Alias operator.

"Lu tadi janjian sama siapa?" Tanya Farrel sambil menyesap capucino nya.

"Rio," Jawabku.

"Oh."

"Lu?" Tanyaku.

"Rio," Jawabnya santai, tanpa beban.

"Kok lu santai aja sih,orangnya aja nggak ada!" Lontar ku kesal.

"Percuma,lu nggak peka apa emang bego si?" Tanya Farrel menatapku lekat, what dia mengatai ku apa tadi?

"Maksud lu?" Tanyaku tak percaya sambil berusaha menahan kesal.

"Percuma ngomong sama anak kecil nggak bakalan ngerti," Lontar nya sambil memakan pancake madu.

Aku terus menghubungi nomor Rio tak terjawab,tiba-tiba nomornya sudah tak aktif.

Aku meminum milkshake oreo dan memakan kue brownies, semoga ini bisa sedikit membantu.

"Nay?" Panggil Farrel.

"Apa?!" Ketusku tak perduli.

Ia mendekat kearahku. degdegdeg, kenapa jantung aku kayak gitu bunyinya? Ayolah,Farrel milik Salwa. Dan selamanya Farrel nggak akan kamu milikin,Nay.Please, wake up in your dream.

"Kayak anak kecil tau nggak,udah pake rok abu-abu makan belepotan," Ucapnya sambil mengusap Lembut ujung bibirku dengan selembar tissue.

"Thanks," Jawabku. Ia menjauhkan badan nya,aku tersenyum kearahnya. Senyum yang sama untuk orang yang sama.

Kami sibuk dengan kegiatan memakan kami masing-masing. Tak ada percakapan,hening. Hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring, dengan background tambahan suara bising pengunjung restoran yang mengobrol atau suara pelayan dengan pelanggan nya.

"Salwa?" Ucap Farrel menatap ke belakangku. Aku membalikkan badan disana ada Salwa dan Fathir yang tengah tersenyum sambil bergandengan tangan, "Kok lu berdua?" Tanya Farrel menatap tangan mereka yang sudah bertautan sangat erat.

"Gw pacaran sama Fathir," Lontar Salwa menatap Fathir dengan senyuman, senyuman yang begitu tulus dipenuhi dengan cinta.

"Bukan nya lu sama Nayla baru mensive ya? Lu nggak duain Nayla kan?" Tanya Farrel. Aku mengigit kuku ku ketika dalam suasana canggung, ini waktunya, boom itu akan  meledak.

"Sorry Rel gw cuma bantuin Nayla,semua itu nggak nyata," Jawab Fathir. Mataku membulat seketika tak percaya dengan apa yang dibicarakan oleh Fathir.

"Nayla cuma pengen lu sama Shila bersatu. Shila tau Nayla suka sama lu, oleh sebab itu Nayla nggak pengen lu ditolak sama Shila," Jelas Fathir menatap ke arahku. Aku bangkit berdiri tapi sebuah tangan mencekal lenganku.

"Kalian tuh sama-sama saling suka tapi memendam,nyiksa diri tau ngak sih! Sukanya sama siapa jadian ya sama siapa," Lanjut Fathir,Farrel melepaskan cekalan tanganku,lalu membisikkan sesuatu yang membuat air mataku lolos seketika.

Author pov on

"Kenapa endingnya kayak gini?" Tanya Yasha kesal, memandangi lantai bawah.

"Ini belum ending,Sha!" Jawab Rio, bersandar pada sandaran tangga pembatas.

"Terus?" Tanya Yasha binggung.

"Lu beruntung pernah milikin dia," Lontar Rio, tersenyum miris.

"Ck. Nanya apa, jawab apa nggak nyambung lu!" Elak Yasha.

Hening.

"Iya,gw beruntung. Tapi gw nya aja nggak tau diri malah nyakitin dia. Tapi thanks tonjokan nya pas waktu gw mutusin Nayla," Jawab Yasha.

"Hm, gw akan pastikan cepat atau lambat mereka bakalan bersatu," Ucap Rio menatap Nayla yang tengah menagis dibawah,ia sendirian.

Andai bukan dalam misi ia ingin membawa tubuh gadis yang tengah menagis itu ke dalam pelukannya. Salwa dan Fathir?  Kedua orang itu memang ia suruh pergi ketika Farrel keluar kafe.

"Lu nyakitin diri lu sendiri."

"Ini lebih baik dek,daripada cinta sendiri. Gw cuma pengen ngeliat dia bahagia,walaupun alasan bahagia dia bukan gw," Lirih Rio, tersenyum miris.

"Kakak gw jadi bucin kan,yaudah cabut tadi Dad udah nelpon katanya suruh ke kantor," Ucap Yasha merengkuh tubuh Rio berpelukan ala laki-laki.

"Lu cowok hebat kak!" Bisik Yasha.

Author pov off
_____________________________________

Ketauan kan sekarang siapa sebenernya pacarnya salwa. Dan siapa dalang dibalik ini semua. Tapi ini belum mau akhir kok. Masih banyak chapter yang membuat aku lembur bagai quda.

Maaf kan bila banyak typo betebaran... Nggak boleh nggak maafin,lagi bulan puasa lho ntar dosa

Salam Hangat author

Jan lupa vote
Revisi 33

Be My Love ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang