"Ada apa?" Tanya ku sinis ke arahnya yang tengah menatap halaman rumahku.Kami sekarang bersama di teras rumah bercat monokrom.
"Lu tau sebelum Farrel nembak Shila dia udah suka sama lu,sayangnya lu nggak peka," Ucap Fathir menatapku lekat.
"Gw emang nggak peka,gw cuma butuh kepastian."
"Nunggu ditembak? Komitmen dan nyali orang beda-beda," Lontar Fathir, ada benar nya juga.
"Gw hargain cowok yang nyatain perasaanya langsung. Justru gw suka sama cowok yang berani. Orang yang menyatakan berarti dia siap dengan jawaban ya atau tidak," Bela ku.
"Tapi sayangnya semua cowok nggak kayak gitu, sama kayak gw," Ucap Fathir,"Gw suka sama lu."
"Semua udah terlambat Thir, semenjak gw tau lu dah milik Salwa. Gw sekarang nyaman sama lu!" Jawabku,Fathir tersenyum dan mengacak rambutku tanpa rasa bersalah.
"Fathir!!" Lontar ku sambil mengerucutkan bibir.
"Lucu," Ucap Fathir," Kayak Bebek!" Lanjutnya,sungguh menyebalkan.
"Rese!"jawabku kesal,menatap nyalang ke arah nya.
"Lu tau alasan Farrel nembak Shila? Itu karena balas budi."
"Gara-gara berantem?" Fathir menganggukkan kepalanya.
Tubuhku beku ketika aku melihat Shila mengobati luka Farrel. Seharusnya aku yang disana mengobatinya bukannya Shila. Ini semua sebab ku jadi aku yang harus bertanggung jawab.
"Dan lu tau alasan dibalik posesif nya Farrel? Ditambah bencinya dia sama Rio?" Aku mengangguk faham.
Entah kenapa firasat ku tidak enak. Ia berjalan mendekat kearahku, aku refleks mundur. Tapi gerakan kakiku terhenti karena dinding kelas yang tepat dibelakang ku. Tubuhku tak bisa bergerak seolah terhipnotis oleh tatapannya. Dia mencondongkan wajahnya menghapus jarak diantara kami.
"Bugh!"
Tubuhku terjatuh ke arah kiri dari posisiku semula. Seorang laki-laki yang aku kenal telah mendorongku hingga membuat sedikit memar di siku tanganku. Tapi dengan adanya dia aku telah diselamatkan dari DIA yang hendak menciumku.
"Pulang!" Ajaknya paksa.
"Dia itu suka sama lu, dia takut lu terluka lagi gara-gara Rio," Jelas Fathir.
"Waktu hujan itu Farrel minta lu turun kan? Dia pulang ngambil jas hujan biar lu nggak kehujanan. Saat dia sampai, dia ngeliat lu sama Rio."
"Dia kecewa Nay, marah. Dia ceritain semuanya sama gw. Lu tau dibalik sifat dingin dan kasarnya ada makna tersurat," Ucap Fathir menatapku.
"Turun!" Ucapnya ketika kami baru 1/2 perjalanan.
"TURUN!" bentaknya.
"Tap—"Farrel sudah berlalu meninggalkanku dipinggir jalan. Aku terdiam sesaat.
Ketika rintik demi rintik air hujan menyentuh kulitku aku tersadar dan segera mencari tempat teduh. Di sebuah kios kosong disana banyak yang sama seperti ku meneduhkan dari derasnya air hujan.
"Hachimmmm," Sudah sekian kalinya aku bersin.
"Hachimm," Aku masih terus bersin. Aku tipikal orang nggak kuat dingin. Aku akan terus bersin sama seperti saat ini.
"Bersin sekali lagi dapet jaket nih!" Lontar seseorang. Aku menengok kearahnya.
"Hachim!" Aku menutup area hidung dan mulutku dengan kedua telapak tanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Love ✅
RomanceC O M P L E T E D untukmu sang pemikat hati..... sebuah perasaan memang harus diungkapkan... maaf aku hanyalah wanita yang ditakdirkan untuk menunggu..... menunggu sebuah kepastian dirimu.... menyatakan bukan hakku.... hingga sebuah perasaan it...