Gadis yang kini duduk disampingku ialah teman waktu SMP ku dulu. Salwa Widyanti, orang yang selalu ada di sampingku.Aku, Salwa, Riva dan seseorang yang sekarang menjadi pengkhianat dalam hubungan persahabatan kami.
*
Flashback on"Nayla kamu mau kemana?" Tanya Alwa mencekal pergelangan tangan ku.
"Pengen nyamperin dia Al, kasian," Jawabku menatap wajah nya.
"Biarin,emang nasib dia kan dibully!" Lontar Alwa, aku menggeleng pelan lalu melepas cekalan tangan nya.
"Al, nggak boleh ngomong gitu!" Peringat ku lalu berjalan ke seorang gadis tampak terduduk dengan menahan tangis, Lebih tepatnya segerombolan orang.
"Pergi dari sini!" Lontar ku,tak lama mereka memberikan jalan untukku, Dan tak lupa menatap ku sinis.
"Nay, mending diem deh!" Ancam seorang perempuan yang tampak angkuh.
"Lu tuh baru famous disini jadi jangan sok!" Ucap yang lain memandang penampilan Nayla dari atas sampai bawah.
"Tapi kak, jadi famous nggak harus nge judge orang kan? Kita masih bisa kok nunjukkin lewat prestasi bukan sensasi!" Sindir ku, decakan sebal terlontar dari bibir mereka, beberapa merotasikan kedua mata nya malas.
"Ohh gitu ya, Lu lupa sama peraturan yang ada disini?Yang terkenal berkuasa disini?" Ucap kak Bagas yang sudah ada dihadapanku.
"Tap—"
"Lu mau jabatan sekretaris lu dicabut?!" Ancam nya membuat ku membulatkan mata tak percaya, apa membela seseorang yang tengah ditindas salah? Apa membela hak orang lain itu salah, jika ia mereka gila!
"Lebih baik semuanya hilang daripada melihat orang lain menderita!" Jawabku tegas menatap tajam manik mata kak Bagas.
"Ok! Mulai saat ini Shireenayla Putri Rizkinar, gw selaku ketua OSIS nyabut jabatan lu sebagai sekretaris OSIS!" Lontar kak Bagas berlalu pergi diikuti yang lainnya, aku hanya tersenyum nanar, lalu mengalihkan pandangan pada sesosok gadis yang tampak ketakutan.
"Hai kamu Dara kan?" Tanyaku. Gadis itu mengangguk lemah, Lalu berhamburan memelukku ia menangis.
"Makasih ya Nayla, kamu baik banget. Kamu ngerelain jabatan kamu demi aku. Maaf ya Nay," Lontar Dara merasa sangat bersalah.
"Its okay,I'm fine," Dusta ku. Sekretaris OSIS adalah impian ku. Impian banyak orang posisi dimana kita bisa mencapai semuanya.
"Nay, gw denger lu mundur jadi Sekre—"
"Riva, diem bentar please!" Potong ku saat Riva hendak melanjutkan ucapan nya.
"Sekarang kamu nggak sendiri, Inget ada kita Dara. Aku, kamu, Riva dan Salwa," Bisikku tepat ditelinganya ia menganggukkan kepalanya lalu tersenyum.
Flasback off
Aku membuka mataku sebuah tangan mengusap lembut punggung tanganku.
"Si pengkhianat nggak usah dipikirin!" Lontar Salwa ketus.
"Iya Nay, tenang ada kita kok. Bagaimanapun kondisi lu kita bakalan selalu ada di samping lu nggak kayak Dara," Timpal Riva.
"Jangan pernah nyebut tuh nama depan gw!" Kesal Salwa.
"Yeuh, si Nayla aja santuy, lu malah nge gas!" Lontar Riva membuat Salwa merotasikan kedua bola mata nya malas.
"Udah, lupain. Gw bahagia kita bisa kumpul lagi, terlepas dari semua masalah yang ada," Ucap ku, lalu kami bertiga pun berpelukan seperti teletubbies.
Boleh jujur aku sudah memaafkannya tapi tak semudah itu melupakan kan setiap goresan yang terukir oleh perbuatannya.
Aku kecewa. Sama halnya kertas yang sudah digores oleh pensil ataupun pulpen meski sudah dihapus mengunakan penghapus dan ditutup oleh tipe x tetap saja bukan akan meningalkan bekasnya. Sama halnya dengan hati dan perasaanku.
Sekali kamu sudah menbuat ku kecewa. Perasaan menerima mu kembali akan susah. Aku akan pastikan sahabat ku dan aku tak terjebak oleh perbuatan busukmu. Maaf aku memang egois. Egois untuk sahabatku. Itu tak salah kan?
Berkorban untuk orang yang selau membuat mu tersenyum tertawa dan selalu ada dalam suka duka. Percayalah aku tak sependendam itu. Aku selalu mempunyai seribu alasan di balik sifat yang membuat kalian heran.
Its me.
Vote nya mana yeorobun?
Revisi 29
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Love ✅
RomanceC O M P L E T E D untukmu sang pemikat hati..... sebuah perasaan memang harus diungkapkan... maaf aku hanyalah wanita yang ditakdirkan untuk menunggu..... menunggu sebuah kepastian dirimu.... menyatakan bukan hakku.... hingga sebuah perasaan it...