"Assalamu'alaikum," Ucap seseorang mengetuk pintu rumahku."Waalaikumsalam," Jawabku sambil membukakan pintu untuk sang tamu.
"Hai!" Sapa Farrel dengan senyum menghiasi wajahnya.
"Farrel?" Jawabku terkejut dengan kedatangannya.
"Siap-siap gih kita bakal jalan-jalan," Ucapnya,aku terdiam cukup lama.
"Gw dah izin sama Bu'le dan Om," Lanjutnya.
"Tunggu!" Ucapku.Farrel menunggu didepan rumah dengan memainkan handphonenya,aku kembali masuk ke dalam rumah untuk bersiap.
"Yuk!" Ajakku. Ketika aku sudah siap dengan kemeja berbahan kaos biru mudaku ditambah dengan celana panjang berwarna navy.
*
Perasaan ku bercampur aduk, sudah sejak lama aku menunggu hal ini. Kupikir ini hanyalah angan, tapi sekarang menjadi realita.
"Nonton yuk!" Ajaknya mengandeng tanganku lembut. Cukup terkejut barang sesaat lalu tak lama kembali tersadar.
Aku tersenyum hingga sampai di bioskop. Kami mengantre untuk sebuah tiket, untungnya antrian nya tak panjang.
"Aquaman 2!" Ucapnya kepada seorang wanita yang duduk dibalik Komputer.
Seketika senyumanku memudar.
"Kok Aquaman kenapa nggak Ralph and venelope?" Tanyaku lebih tepatnya tak setuju.
Ia menghembuskan nafasnya kasar.
"Terserah kalau lu nggak mau lu nonton aja sendiri!" Ketusnya.
"Yaudah," Jawabku lalu pergi ke luar area bioskop dan berjalan menuju lift.
Aku tak tahu mengapa Farrel berubah secepat itu. Farrel memang sulit ditebak sama halnya seperti perasaan ku terhadapnya yang sulit ditebak sesuai sikapnya. Tapi kuyakin dibalik siapa dingin dan ketusnya Farrel masih ada sifat hangatnya di bagian kecil hatinya walau itu hanya kemungkinan kecil.
Aku melangkah keluar lift. Aku tak tahu harus kemana sekarang. Melihat keadaan lantai bawah dari lantai 2 membuatku sedikit rileks. Setidaknya aku sedikit melupakan tentang Farrel.
"Sendirian atau ditinggalin?" Tanya seseorang yang tak asing ditelingaku.
"Eh Rio!" Ucapku sambil tersenyum ke arahnya
"Ikut gw yuk, ada rekomendasi es krim yang cocok buat orang yang lagi galau," Godanya.
"Apaan sih Rio!" Ucapku tak Terima.
Rio berjalan bersisian dengan ku,kami sesekali basa basi.Langkah kakiku terhenti ketika kami hendak menaiki eskalator.
"Ada apa?" Tanya Rio menatap ku dalam.
"Takut," Ucapku. Masih tak mau beranjak dari tempat ku berpijak. Ia tersenyum dan meraih tanganku sebelah kiri dan mengengamnya.
"Sekarang turun terus pegangan ke aku," Ia mulai melangkahkan kakinya ke eskalator.
Aku perlahan mengikutinya, kakiku bergetar hebat.
"Jarang ke mall ya neng?" Ledek Rio.
"Rio,Aku takut tau, aku biasanya pake lift!" Belaku tak Terima, enak aja.
Aku semakin mengeratkan pegangan tangan ku. Aku menutup mataku.
"Siap-siap kita bentar lagi nyampe," Lontar Rio membuyarkan ketakutan berlebih ku.
"1,2,3...ayo!" Ia melangkahkan kakinya. Aku hanya bisa mengikutinya walau jujur kakiku masih sedikit bergetar.
"Lucu!" Lanjutnya.
Aku menyadari sesuatu bahwa aku masih mengenggam tanganya.
"Maaf," Lirihku, ia hanya tersenyum.
"Kamu tunggu sini ya aku mau mesenin es krim dulu. Kamu mau apa?" Tanyanya.
"Aku ikutin kamu deh." Jawabku.
Sebuah flash kamera berhasil menarik perhatianku. Rupanya Rio masih stay di tempat tadi sambil memotret ku.
"Kayak paparazi deh yo!" Lontar ku.
"Heheheh, Nayla pegangin bentar ya mau ambil eskrimnya dulu!" Pinta Rio.
"Gw liat ya hasilnya tadi. Sandinya apa nih?" Tanyaku ketika melihat ternyata handphonenya terkunci.
"I love you," Ucap Rio.
Aku mencoba membukanya tapi tak bisa.
"Kok nggak bisa?" Tanyaku. Ia tertawa.
"Bukan,itu makannya bales dong tadi gw ngomong apa!"ucapnya.
"Rio!" Aku sudah frustasi.
"Nggak bakal gw kasih tau!" Tegas nya yang membuat ku geram.
"I love you too!" Ucapku dengan sangat terpaksa.
"Apa?" Tanyaku.
"Rio sayang Nayla," Lontar Rio
Aku menaikkan satu alisku.
"Coba aja!" Ia berlari menuju ke meja kasir.
Aku mencoba membukanya dan ternyata benar. Rio ada-ada aja. Aku membuka galeri.
Melihat hasil jepretan tadi. Tak hanya itu terdapat foto-foto ku yang lain. Ternyata Rio fans berat ku. Masa setengah galeri isinya foto aku semua yang menarik perhatianku adalah sebuah foto yang sepertinya sudah sangat lama.
Sebuah gerakan cepat menyambar hape itu. Rio lah pelakunya.
"Hehehe, ketahuan deh!" Ucapnya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Bughhh.
Sebuah hantaman melesat keras di pipi putih Rio. Aku menghampirinya ia meringis kesakitan dan mengelus pipinya.
"Rio--Lu nggak papa?" Tanyaku khawatir.
"Farrel kamu apa-apaan sih!" Ucap seseorang dari balik punggung Farrel.
Orang itu adalah Shila.
"Ayo pulang!" Ia menarik tanganku paksa.
Jangan lupa vote
Revisi 6
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Love ✅
RomanceC O M P L E T E D untukmu sang pemikat hati..... sebuah perasaan memang harus diungkapkan... maaf aku hanyalah wanita yang ditakdirkan untuk menunggu..... menunggu sebuah kepastian dirimu.... menyatakan bukan hakku.... hingga sebuah perasaan it...