Jennie dengan segera mengangkat panggilan dari Kai. Saat Jennie tengah berbincang dengan Kai, Jisoo memutuskan untuk pergi ke kamar Lisa dan bermain game di ponsel miliknya. Ia tidak ingin mengganggu kegiatan Jennie.
"Unni kenapa kau membiarkan Jennie tetap berpacaran dengan Kai?" Tanya Lisa kepada Jisoo.
"Bukan hak ku untuk menyuruhnya putus Lisa ya." Jawab Jisoo masih fokus dengan gamenya.
"Aish. Kau pacarnya unni. Kau punya hak." Ucap Lisa.
"Lalu kau pikir Kai itu apanya?" Tanya Jisoo.
"Yak Mino oppa kenapa malah tertembak." Kesal Jisoo saat Mino tertembak dan membuat timnya kalah.
"Ah mianhae Jisoo ya. Kali ini kita tidak bisa chikin dinner." Ucap Mino merasa bersalah.
"Tidak apa. Besok sepertinya giliran tim kita yang akan chikin dinner." Balas Jisoo.
Setelah menyelesaikan gamenya, Jisoo pun mencoba tidur di kamar Lisa. Walaupun pikirannya kalut akibat panggilan Kai di ponsel Jennie tadi, tapi ia mencoba untuk tidak memikirkannya. Ia sangat benci dengan sikap Jennie yang mudah berpaling. Atau bahkan tiba-tiba Jennie akan melupakan dirinya.
"Unni, apakah ini alasanmu menolak semua pria?" Tanya Lisa penasaran.
"Bukan. Aku menolak mereka karena kontrak kerja ku dengan YG." Jawab Jisoo lalu membalikkan tubuhnya menghadap Lisa.
"Sayang sekali. Padahal pria yang menyatakan cintanya kepadamu tampan-tampan. Ah bahkan mereka digilai banyak wanita." Ucap Lisa kepada Jisoo. "cobalah terima salah satu cinta mereka unni." Usul Lisa.
"Yak kau bahkan baru saja menolak cinta Jungkook. Kenapa menasihati ku seperti itu. Aish." Kesal Jisoo.
"Aku masih terlalu dini untuk berpacaran, beda denganmu yang semakin menua." Ledek Lisa lalu menertawakan unninya.
"Berhentilah berbicara. Aku ingin tidur." Balas Jisoo lalu memejamkan mata.
***
Pagi ini Blackpink akan flight menuju Haneda Airport. Mereka akan menghadiri acara penghargaan musik di Jepang. Jisoo semalam tertidur pulas di kamar Lisa dan melupakan keberadaan Jennie dikamarnya. Oleh sebab itu dengan segera saat bangun ia langsung menemui Jennie.
Saat Jisoo masuk kedalam kamarnya, Ia mendapati tubuh Jennie sedang menggigil. Dengan segera ia menghampiri Jennie. Ia taruh telapak tangannya di dahi Jennie untuk mengecek suhu badannya. Keningnya terasa sangat panas.
Tanpa menunggu lagi Jisoo segera mengambil plester demam di kotak P3K dan memakaikannya di kening Jennie.
"Aku buatkan bubur ya untukmu." Ucap Jisoo. Namun Jennie segera menggelengkan kepalanya.
"Tidurlah disampingku, semalaman aku kedinginan karena tidak dipeluk olehmu." Pinta Jennie. Dengan segera Jisoo berbaring di samping Jennie dan membiarkan adik kecilnya itu memeluk tubuhnya. Sangat erat.
"Siap-siap lah, kita akan ke bandara." Suruh Jisoo sembari membelai lembut surai Jennie.
"Ganti bajumu." Suruh Jisoo lagi.
Jennie melepas pelukannya ditubuh Jisoo dan langsung membuka lemari pakaian.
"Pilihkan aku pakaiannya." Pinta Jennie.
Jisoo bangkit dari kasur dan menghampiri Jennie. Ia memilihkan pakaian untuk Jennie. "Kau mau pakai scarf tidak?" Tanya Jisoo dan Jennie mengangguk. Jisoo memilihkan scarf bermerk Chanel. "Ish manja sekali si." Ledek Jisoo dan Jennie hanya mengeluarkan gummy smile.
Mereka sampai di Bandara Gimpo. Saat di bandara Jennie dan Jisoo memang sudah sepakat untuk tidak sedekat sebelumnya, tapi tetap saja dengan keadaan Jennie yang seperti itu Jisoo menjadi lebih perhatian kepada Jennie.
"Kepalamu masih pusing?" Tanya Jisoo sembari merapihkan topi yang dipakai Jennie.
"Masih, aku butuh istirahat unni." Jawab Jennie lalu berjalan masuk untuk check in tiket. Diikuti Jisoo dan Lisa dibelakang.
Setelah satu jam penerbangan mereka sampai di Jepang. Sesampainya di hotel Jennie kembali mengistirahatkan tubuhnya. Lain halnya dengan Jisoo yang masih asik membaca buku terbaru miliknya.
Menurutnya membaca buku bisa menghilangkan stres. Buku yang ia baca juga tidak main-main. Sangat banyak buku-buku filsafat yang sudah ditamatkan olehnya.
"Unni." Panggil Jennie.
"Wae?" Tanya Jisoo yang berada di sofa.
"Baca bukunya disampingku saja." Pinta Jennie.
Jisoo yang merasa tak tega segera berjalan menuju kasur dan merebahkan tubuhnya. Tanpa menunggu lagi tangan Jennie sudah melingkar di tubuh Jisoo.
"Aigoo. Kenapa manja sekali adikku ini." Goda Jisoo dengan mencubit pipi Jennie.
"Hanya adik?" Tanya Jennie.
"Adik yang merangkap menjadi pacar." Jawab Jisoo. Jennie tertawa lalu memendamkan wajahnya di ceruk leher Jisoo.
"Lalu jika aku pacarmu, Kai kau anggap apa?" Tanya Jisoo.
"Aku tidak kenal nama itu." Jawab Jennie masa bodo.
"Tidak kenal tapi telfonan semalam suntuk sampai sakit begini." Ucap Jisoo lalu lanjut membaca buku.
"Eoh.. kau cemburu unni?" Tanya Jennie dengan mendongakkan kepalanya.
"A-ani. Aku tidak cemburu." Jawab Jisoo gugup.
"Eih bilang saja kau cemburu. Iya kan?" Ledek Jennie.
"Yak kenapa kau tiba-tiba menjadi sehat begini?" Tanya Jisoo kesal.
"Aku senang kau cemburu." Jawab Jennie lalu mengeratkan pelukannya.
"Sudah ku bilang aku tidak cemburu Jennie ya." Bela Jisoo.
"Sudah jangan berbohong. Aku bisa melihatnya dari matamu." Balas Jennie.
Jennie tanpa aba-aba menaiki tubuh Jisoo dan menidurkan tubuhnya diatas tubuh Jisoo.
"Kim Mandeuk kau ini berat sekali." Ucap Jisoo, tapi Jennie tidak menanggapinya dan tetap berada diatas Jisoo. "Yak Jen-" Belum sempat Jisoo melanjutkan kalimatnya, Jennie terlebih dahulu mengecup bibir Jisoo.
"Jangan berisik, aku ingin tidur." Ucap Jennie lalu kembali menaruh kepalanya leher Jisoo.
Jisoo meraih wajah Jennie dan mengecup kembali bibir mungil Jennie. Lama kelamaan kecupan itu berubah menjadi sebuah lumatan. Tidak ada penolakan dari Jennie. Jennie bahkan cenderung menikmati tiap lumatan Jisoo dibibrnya. Hatinya bersorak gembira karena perlakuan Jisoo.
knock knock...