Jennie memasuki kamarnya setelah mengatakan hal itu kepada Jisoo. Jennie yang semalam suntuk tidak bisa tidur karena memikirkan kekasihnya itu terlihat sangat buruk. Rambut yang berantakan serta lingkaran hitam disekitar area matanya yang bengap pun memperlihatkan betapa tersiksa dirinya saat itu.
Kekasihnya, Kim Jisoo pun tidak berbeda jauh. Semalaman ia hanya memainkan ponselnya karena tidak bisa tidur. Ia yang biasanya tidur bersama Jennie yang setia memeluknya, tiba-tiba saja merasa asing ketika tidak ada wanita itu disampingnya.
"Sana temui dulu Jennie unni." Suruh Lisa kepada Jisoo.
Jisoo lalu mengangguk dan berjalan menghampiri Jennie di kamar. Sebelum membuka pinta, ia menarik nafas dalam lebih dulu untuk menghilangkan kegugupan yang ia rasakan.
Sampai akhirnya ia bisa melihat Jennie yang tengah duduk menunggunya.
"Mianhae."
Mendengar permintaan maaf Jennie, Jisoo hanya mengangguk tanpa ada sedikit pun niat untuk mendekati tubuh Jennie.
"Apalagi yang kau umpati dariku?"
Jennie diam. Mulutnya terasa kaku untuk menjawab pertanyaan dari suara husky Jisoo.
"Perjanjian bodohmu dengan sajangnim?"
Jennie lantas menatap Jisoo heran. Bingung bagaimana kekasihnya bisa mengetahui soal perjanjiannya ketika dirinya bahkan belum memberitahu apapun kepada Jisoo.
"Itu semua untuk kebaikanmu Ji."
"AKU TIDAK PERNAH MEMINTAMU MELAKUKAN ITU!" Teriakan Jisoo yang mampu membuat Jennie mengeluarkan air matanya.
"Oh atau kau menikmatinya? Menikmati setiap perlakuan Lisa kepadamu?"
"Jaga bicaramu!"
"Lalu apa? Kau melakukannya tepat didepan mataku Jennie-ya. Apa kau tidak merasa bersalah saat melakukannya?"
"SUDAH KUBILANG, AKU MELAKUKANNYA UNTUKMU!"
"Untuk membuatku muak?"
Jennie menarik nafasnya dalam lalu berjalan menghampiri Jisoo. Berdiri tepat dihadapan sang kekasih.
"Apa hanya kau yang boleh berkorban? Lalu aku, hanya bisa menikmati setiap pengorbananmu? I can't Jisoo-ya!"
"Aku berkorban tanpa menyakiti hatimu, tapi kau? Apa kau pernah tahu seberapa sering aku memikirkan untuk menyudahi hubungan ini? Tidak Jennie-ya."
"Look at me!" Pinta Jennie dengan kedua tangannya meraih wajah Jisoo. Memaksakan tatapan mereka bertemu.
"Kenapa kau hanya menyalahkanku? Salahkan juga dirimu yang selalu berkorban untukku."
"Kalau begitu apa aku juga harus menyalahkan Lisa yang tidak tahu apapun? Yah biar ku beritahu, semua masalah ada padamu Jennie Kim."
Jisoo kemudian membalikkan tubuhnya untuk pergi meninggalkan Jennie. Namun belum juga ia meraih gagang pintu, Jisoo kembali berhadapan dengan kekasihnya.
"Jangan lupakan juga hubungan manismu dengan Kai dibelakangku."
"Sehebat apa dia saat diranjang? Mungkin saat itu jika aku tidak memergoki, kalian sudah berlanjut melakukannya disini."
PLAAK
Suara yang keluar saat tangan Jennie menampar pipi Jisoo. Kesabarannya mulai habis. Tidak habis pikir kekasihnya bisa mengatakan hal yang begitu menyakitkan.
"Lagi?"
PLAAK
PLAAK
PLAAK
"Gomawo." Ucap Jisoo dengan menghapus darah yang keluar dari ujung bibirnya.
"Kita putus."
Mendengar perkataan Jennie barusan, Jisoo tanpa menunggu langsung keluar dari kamar kekasihnya. Oh lebih tepatnya mantan kekasih.
Ia segera masuk kedalam kamarnya dan menutup pintu dengan kencang. Menyebabkan kedua adiknya yang daritadi penasaran terkejut. Mereka tahu betul jika kedua unninya itu baru saja bertengkar hebat.
"Chaeng-ah, apa ini salahku juga?" Tanya Lisa dengan wajah khawatirnya.
Chaeng yang menyadari perubahan Lisa itu segera memeluk tubuh adik bongsornya. Berusaha untuk menenangkan Lisa.
"Tidak Lisa-ya. Kau tidak melakukan hal yang salah sedikitpun."
Jisoo POV
Kalian dengarkan apa yang dikatakan Jennie barusan? Ya. Kita sudah tidak memiliki hubungan apapun. Jennie baru saja memutusiku.
Aku tahu jika aku juga bersalah dalam situasi ini. Namun yang tidak kusangka adalah ketika Jennie dengan mudah mengatakan bahwa kita sudah 'putus'. Aku bisa apa? Memohon agar ia menarik perkataannya? Mian, aku bukan orang seperti itu. Aku tidak akan mengganggu keputusannya sedikit pun.
Akhir-akhir ini aku memang sering memikirkan untuk berpisah darinya dan mungkin ini adalah jawaban Tuhan atas segala hal yang kupikirkan.
Bisa dibilang ini adalah langkah terbaik bagi hubungan kami. Jennie layak bahagia dengan seseorang yang sepadan dengannya. Bukan denganku yang hanya bisa bermain game dan membuatnya menderita.
Mianhae, Jendeuk-ah!
Jisoo POV end
***
Jennie POV
Kami baru saja menyelesaikan tur asia. Rasanya sangat menyenangkan bisa bertemu blink disetiap pertunjukkan. Apalagi ketika melihat ribuan pyongbong yang menyala membentuk sebuah lautan cahaya merah muda. Terasa segala usaha yang kita lakukan tidak sia-sia.
Namun dibalik segala kemeriahan itu, ada hati yang kesepian. ya, hati ku. Hati seorang Jennie Kim merasa amat kesepian setelah ditinggal pergi sang pujaan hati. Mian, bukan ditinggal melainkan meninggalkan.
Seusai konser aku yang biasa menghampiri Jisoo dan memeluk tubuhnya, akhir-akhir ini hanya bisa memeluk guling sembari memperhatikan wajah cantiknya dari layar ponsel.
Jisoo benar-benar hilang dari pandanganku.
Lagi kenapa juga waktu itu dia bisa-bisanya berpikir gila soal hubunganku dengan Kai. Memang aku pernah menyuapi ataupun berpegangan tangan dengan Kai, tapi itu juga hanya sekali saat masa pendekatanku dengannya.
Tidak salah memang jika aku melabelimu bodoh, Jisoo-ya!
Diantara semua rasa tersiksaku, hal yang paling menyiksa adalah melihat Jisoo yang masih memperhatikanku. Walaupun tidak menunjukkannya secara langsung, tapi Jisoo yang selalu menyuruh Lisa membawakanku makan sebelum tidur serta Jisoo yang meminta tolong Chaeng untuk menemaniku sebelum tidur. Mampu membuat rasa menyesalku bertambah.
Aku pernah mendengar percakapan Jisoo dengan Lisa di ruang ganti. Saat itu Jisoo mengatakan,
"Setidaknya dengan begini Jennie bisa menemukan kebahagiaannya sendiri."
Saat itu rasanya aku ingin membalasnya saja dengan mengucapkan,
"Bagaimana aku bisa bahagia jika kebahagiaanku adalah dirimu,
Kim Jisoo?"Mungkin takdir ku dan Jisoo memang untuk berpisah. Aku Jennie Kim adalah salah satu gadis beruntung karena pernah memiliki Kim Jisoo sebagai kekasihku.
"I'm so proud I got to love you once"
END