Suasana didalam lift benar-benar canggung. Semenjak keributan didalam mobil tadi, baik Jisoo maupun Jennie tetap mendiami satu sama lain.
Pintu lift yang langsung terhubung dengan apartement orang tua Jennie terbuka.
Eomma Jennie yang baru selesai menyiapi makanan untuk keduanya pun langsung berhambur memeluk mereka bergantian lalu megajak duduk bersama di meja makan. Pelayan juga sudah selesai menata berbagai macam makanan diatas meja.
"Eomma sengaja menyiapkan chikin ini untukmu Soo yaa." Ucap Eomma dengan senyumnya.
"Terima kasih eommanim."
Mereka pun makan bersama. Jisoo hanya fokus memakan chikinnya dengan sesekali mengobrol bersama Eomma Jennie. Sedangkan Jennie, ia hanya memainkan makanannya. Tidak selera.
"Jennie ya kenapa hanya diacak-acak makanannya?"
"Aku tidak lapar eomma." Jawab Jennie.
Jisoo hanya menatap Jennie sekilas.
"Makanlah."
Ucap Jisoo dengan tangannya yang sudah siap menyuapi Jennie satu sendok nasi. Jennie menengok menghadap Jisoo lalu membuka mulutnya. Ia menerima suapan Jisoo.
Selesai makan bersama, Jennie masuk ke kamarnya untuk mandi. Lalu Jisoo sedang bersama eomma Jennie. Mereka duduk diruang tengah sembari menonton acara tv.
"Soo yaa!" Panggil Eomma Lembut.
"Iya, eommanim."
"Jennie bercerita jika selain denganmu, ia juga menjalin hubungan dengan lelaki lain."
Jisoo diam, mencerna setiap perkataan yang wanita paruh baya itu katakan.
"Tapi Jennie tidak bisa memutusi lelaki itu karena sajangnim kalian melarangnya. Jennie takut jika kau mulai jenuh dengan semua keadaan yang sedang kalian berdua hadapi."
"Sajangnim sendiri belum tahu tentang hubungan ku dan Jennie. Beberapa hari lalu aku dan sajangnim membuat perjanjian eomma." Ucap Jisoo.
"Perjanjian apa? Apa Jennie sudah mengetahuinya?"
"Perjanjian tentang kontrak ku. Aku membiarkan semua memberku melakukan debut solonya lebih dulu, dengan syarat sajangnim tidak boleh sedikit pun mencampuri urusan pribadi Jennie. Baik urusan percintaan maupun yang lain."
Ucap Jisoo lalu meminum jus jeruk yang disiapkan eommanim.
"Jennie tahu dan dia tidak setuju. Dia menangis karenaku, maaf eomma aku membuat anakmu menangis."
"Aniya Jisoo ya, kau tidak salah. Wajar Jennie menangis karena dia memang mencintaimu."
"Tadi juga kami bertengkar." Ucap Jisoo lalu tersenyum miring.
"Jinjja? Pantas Jennie daritadi hanya diam. Dasar anak itu."
Sudah pukul 9 malam, Jisoo yang sejak lama berbincang dengan eommanim pun ijin untuk pulang.
Jennie yang daritadi diam-diam memperhatikan eomma dan kekasihnya itu dari meja makan pun hanya menghempaskan nafas kasar saat Jisoo meminta ijin kepada eommanya.
"Hati-hati Soo yaa!" Ucap eommanim sebelum pintu lift tertutup. Jisoo hanya tersenyum sembari melambaikan tangannya.
Jennie segera menghampiri eommanya saat Jisoo sudah pergi.
"Eomma tidak harus menjelaskannya lagi kepadamu kan?"
Jennie mengangguk lalu memeluk tubuh eommanya erat. Ia tahu betul jika Jisoo sangat menyayanginya.