RIZKY
Begitu masuk ke rumah makan, aku melihat sekeliling dg agak sembunyi2. Aku tak melihat sosoknya. Apa mungkin masih dibelakang? tanyaku dalam hati. Aku berharap-harap cemas, hingga sesaat aku benar2 merasa konyol.
"Ky!" panggil Ibu yg duduk ditempat kasir dan melambaikan tangannya padaku.
Aku segera menuju pintu masuk bagian belakang rumah makan dan bergegas menghampirinya. "Bu!" sapaku dan mencium tangannya.
"Udah sarapan tadi?" tanya Ibu dan memberiku tanda untuk mengambil kursi lain agar bisa duduk disebelahnya.
"Sudah. Tadi kan Ibu udah bikinin rendang?" jawabku dan tersenyum. Setiap kali aku pulang beliau selalu memasakkan makanan kesukaanku itu dengan tangannya sendiri. Rasanya tak berubah tiap kali aku memakannya. Tetap rasa yang sama.
"Iya Ibu bikinnya tadi juga banyakan. Soalnya si Regha ternyata punya selera yg sama denganmu," seloroh Ibu sembari mengecek layar komputer didepannya.
"Regha?" gumamku heran.
"Iya! Dia suka banget sama rendang. Kaya kamu. Makanya tadi Ibu bawain dia juga supaya bisa ikut makan," jelas Ibu.
"Udah balik anaknya?" tanyaku berusaha terdengar wajar dan tidak terlalu ingin tahu.
"Sudah. Barusan aja. Dia kan ada kuliah jam 1," jelas Ibu sembari mengetikkan beberapa angka ke komputer. Yang membuatku kaget, setelah itu beliau mencopot kaca matanya dan menoleh padaku dg tatapan serius. "Ada apa?" tanya Ibu dg nada menyelidik.
Karuan saja aku jadi gugup mendadak. Ya Tuhan!! Masa beliau curiga sih? Padahal selama ini aku berusaha mati2an untuk bersikap santai, malah cenderung acuh pada Regha. "A-apanya Bu?" tanyaku agak pelan tanpa mampu menatapnya.
"Kenapa kamu tiba2 mendadak pulang kesini?" tanya Ibu lg.
Sumpah!!! Aku hampir saja menghela nafas panjang saking leganya. Tapi aku cukup bisa menahan diri. Terimakasih pada pengalamanku yg selalu menyembunyikan perasaanku diam2. Jadi aku tak gampang bereaksi gegabah. Kukira tadi beliau bakal menginterogasiku macem2. "Bukan hal yang penting Bu!"
"Terus?"
"Rizky akan Koas didaerah Bandung sini. Jadi perlu mengurus beberapa hal," jelasku.
"Jadi di desa pinggir kota itu?" tanya Ibu.
"Jadi Bu!" jawabku. Aku memang akan melaksanakan koas ku disebuah desa kecil diluar kota Bandung yg jaraknya bisa ditempuh dengan satu jam berkendara(bila lalu lintasnya normal) mobil.
"Ibu senang kamu akhirnya bisa koas didekat sini. Tapi. . . . , Ibu tadi mengira kau punya berita yg lebih menarik dari itu," kata Ibu sedikit mendesah.
"Lebih menarik? Emang Ibu mau Rizky koas diluar pulau?n tanyaku heran.
Dengan gemas beliau menepuk bahuku. "Bukan itu barokoko!""Terus?"
"Ibu kira teh tadinya kau mau kasih berita heboh dengan datang tiba2 gitu.""Berita heboh kumaha Bu?" tanyaku lagi yg jadi ikut2an keselip Sunda.
"Ya kali aja kamu mau bilang kalo kamu sudah menemukan calon mantu buat Ibu," sergah beliau.
Mendengarnya, aku hanya mampu menghela nafas panjang. Kalo Ibu sudah menyinggung hal itu, aku lebih suka memilih untuk diam saja. Ibu dan Ayah berasal dari Jawa Tengah. Sebuah daerah kecil di pinggir kota Semarang yg masyarakatnya banyak melakukan kawin muda. Ayah dan Ibu sendiri menikah di usia 21 tahun. Meski keluarga mereka telah hijrah ke Bandung sejak 20 tahun, namun pandangan mereka tentang pernikahan masih sama.
Dan selama ini senjata ampuhku untuk menghindari pembahasan lebih lanjut tentang hal itu adalah, diam.
"Kapan Ky? Kenapa belum juga ada? Bahkan pacar aja belum pernah ada yg kamu kenalkan ke Ibu," tanya beliau dg suara pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memoirs : The Triangle [ BoyXBoy] [Completed]
Teen FictionRegha, seorang anak kuliahan dari Majalengka terjebak dikisah dilema dimana perang batin dan akal menyelimutinya. Zaki, Seorang Konglomerat yang begitu membenci Regha karena kecerobohannya menyebabkan mobilnya ringsek Rizky, Seorang Dokter yang meng...