REGHA
Kakiku terasa bagai tak bertulang. Tanpa dapat ku tahan lagi, aku jatuh bersimpuh di lantai dengan tangan kanan yang memegang dadaku. Tanpa ku sadari, tanganku mencengkeram erat kemejaku. Memilinnya dengan kuat, berharap dapat menenangkan debaran jantungku yang mulai terasa menyakitkan. Nafasku jadi tersengal-sengal, dan tak terasa, mataku mulai mengabur.
"Ya-ya Yu-Tuhan," bisikku lirih dengan nada terputus karena kehabisan udara. Tangan kiri yang menopang tubuhku mulai gemetaran. Tak ingin terbaring di lantai, aku menyandarkan punggungku pada meja kerja Zaki, "Bu-bule sinting......" Aku memejamkan mataku rapat-rapat. Mencoba mengenyahkan semua kejadian beberapa saat tadi.
Tapi aku tak bisa!
Benakku memiliki keinginan sendiri. Dengan begitu jelasnya, ia memutar kembali kejadian tadi. Bagaimana bibir Zaki yang terasa sedikit dingin menyentuh bibirku. Bagaimana dengan lembutnya dia mengulum dan sedikit menghisapku. Juga sensasi mengejutkan saat lidahnya menyentuhku. Jelas terbayang sehingga nyaris aku merasa kalau aku baru saja mengalaminya kembali.
Tubuhku kembali menggigil tak terkendali. Butuh hampir sekitar 20 menit bagiku untuk menenangkan diri. Berulang kali menarik nafas dan menahan kuat-kuat, agar mataku tetap kering. Aku tak akan membiarkan bule pengidap megalomaniak akut itu tahu kalau dia telah berhasil mengguncangku. Kalau aku melakukannya, aku pasti bisa melihat senyum sinis penuh kemenangannya itu tersungging di wajahnya. Aku tak akan memberinya kepuasan itu. Jadi aku harus kuat!
Begitu bisa tenang, aku segera keluar dan langsung menuju kedepan rumah, meski dengan langkah sedikit limbung karena kakiku tiba-tiba saja terasa seperti kaki dari karet. Seperti yang kuduga, manusia satu itu telah menungguku di dalam mobil. Namun, alih-alih duduk di kursi sebelah kemudi, dia malah duduk di bangku belakang. Dengan kata lain, dia menjadikanku sopirnya hari ini. Aku menggertakkan gerahamku. Tapi tanpa mengatakan apapun, aku segera masuk ke dalam mobil dan langsung menyalakannya.
Tak ada sedikitpun kalimat yang kami lontarkan selama perjalanan. Zaki tampak sibuk dengan dokumen-dokumen yang ada di tangannya. Aku memusatkan perhatianku pada jalanan didepanku, tanpa sedikitpun meliriknya. Bukan hal mudah. Karena tubuh dan pikiranku bisa dengan jelas dan cepat kembali mengingat ciumannya tadi. Aku harus menggigit kuat-kuat bibirku beberapa kali untuk sekedar mengalihkan perhatianku.
Sial!!!
Itu adalah ciuman pertamaku. Dan saat melakukannya, ku bayangkan aku bersama dengan orang yang ku cintai, dalam suasana romantis dan menuh magis. Bukan dalam ruang kerja membosankan dan bersama dengan seorang lelaki. Terlebih lagi dengan bule setengah sinting yang memiliki masalah kepribadian. He stole it from me! He stole my first kiss!! Sesuatu yang bagiku sangat berharga, dan mungkin bermakna seperti sebuah lap tissue baginya.
Ya Allaaaaaahhh................
Tanganku mencengkeram kemudi dengan erat hingga terasa sedikit menyakitkan. Mataku dengan sendirinya melirik ke arah spion yang ada diatasku, melihat ke arah Zaki. Dia tertidur, batinku saat melihatnya duduk bersandar dengan mata yang terpejam. Dan dia terlihat begitu tenang dan nyaris angelic. Siapa sangka kalau dia membuka mata dan mulai bicara, dia berubah menjadi seorang pemuda sinting dengan masalah kepribadian kompleks. Aku menghela nafas dan membelokkan mobil yang ku kendarai. Kami mulai memasuki kawasan panti. Aku menurunkan kaca mobil, tersenyum pada 3 orang satpam yang berjaga melambaikan tangan saat melihatku.
Saat aku menghentikan mobil di tempat. parkir, aku mendapati Zaki masih belum bangun. Aku juga tak punya keinginan untuk membangunkannya. Jadi aku hanya diam disana, mematikan mesin mobil, membuka seatbelt ku, lalu diam menatap kaca spion yang memantulkan sosok Zaki di belakangku. Dan seperti biasanya, mataku merambati profil wajahnya, dan berhenti pada bibirnya yang kini sedikit terbuka. Bibir itu tak semerah biasanya. Sedikit pucat meski masih terlihat basah dan menggoda. Bibir yang beberapa jam tadi menempel pada bibirku. Bibir yang tadi melumat dan mengulum bibirku dengan lembut dan sensualnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memoirs : The Triangle [ BoyXBoy] [Completed]
Ficção AdolescenteRegha, seorang anak kuliahan dari Majalengka terjebak dikisah dilema dimana perang batin dan akal menyelimutinya. Zaki, Seorang Konglomerat yang begitu membenci Regha karena kecerobohannya menyebabkan mobilnya ringsek Rizky, Seorang Dokter yang meng...