Chapter 9 : The Reality

4.8K 290 4
                                    

REGHA

Pernah mendengar ungkapan "Don't judge a book from its cover"? Atau jangan menilai kacang dari kulitnya?(bener ada nggak sih ungkapan ini? Temenku yg kasih tahu. Padahal setahuku cuma ada ungkapan 'seperti kacang lupa kulitnya'. Bodo ah! Kalian ngerti kan maksudnya?hehehe. . . ). Sebelum ini aku tak pernah peduli untuk meluangkan sedikit waktuku supaya aku lebih memahami ungkapan itu. Kukira itu hanya ungkapan biasa-biasa saja yg cuma ada dalam pelajaran SMP atau SMA. Tidak bermakna dan nggak perlu aku ingat.

Tapi ungkapan itu terus terngiang ditelingaku. Apalagi setelah aku sedikit lebih mengenal orang-orang yg biasanya hanya kulihat dari jauh.

Yang pertama Zaki!

Kesan pertamaku adalah dia seorang pemarah, sombong dan selalu merasa berada diatas awan. Aku nyaris berpikir bahwa dia adalah seorang superegomaniak sinting yg terbiasa memerintah, dan luar biasa nyeremin. Keresahan yg kurasakan saat berada didekatnya berbeda dengan keresahan yg kurasakan pada Mas Rizky. Kalau pada Mas Rizky, ketidaknyamanan yg dulu kurasakan saat didekatnya lebih karena segan dan menghormati. Tapi Zaki. . . . , dia nyeremin dalam artian yg sebenarnya. Bayangan wajahnya yg marah, mata melotot serta bentakan murkanya masih kuingat dengan jelas hingga kini. Dia cocok untuk jadi pemeran antagonis dalam sinetron-sinetron ga jelas yg banyak tayang di Tv kita.Semua itu ditunjang dengan roman mukanya yg memang terkesan tegas dan aristokrat banget. Sepertinya, diantara kontur wajah indo nya, dia sedikit mewarisi gen ibunya jg. Masih kuingat sedikit sosok wanita yg photonya pernah kulihat di rumahnya. Meski wajah Zaki emang asli produk campuran dua ras yang berbeda. Hidungnya yg mancung dan lurus, disertai tulang hidung yg tinggi dan tampak garis samar diatas belahan bibirnya membuat sorot mukanya sedikit terkesan angkuh. Tubuhnya yg tinggi besar dan selalu berjalan tegap pun cukup membuatnya menonjol. Dia punya tubuh seorang perenang yg memiliki bahu lebar, dada bidang dan garis pinggang melengkung sempurna, menyempit dg pas dipinggul untuk ukuran tubuhnya. Dan juga gaya berpakaian dan semua atribut serta kendaraan yg dia pakai membuatnya nyaris tampak tak tersentuh. Hampir semua bajunya terlihat seperti khusus dijahit untuk tubuhnya. Pas dan membungkus tubuhnya dg bagus namun tetap menampilkan struktur tubuhnya yg menarik. Melebar dibagian dada, dan menyempit dipinggang. Bahkan t-shirt yg dia pakai juga terlihat pas. Kok bisa ya?

Aku juga pernah sedikit mencari-cari opini dari beberapa orang mahasiswa. Zaki memang dikenal agak sombong dan bergaul dengan orang-orang tertentu. Anehnya, semua itu bertentangan dengan hasil wawancara yg kulakukan dengannya.

Seperti permintaannya dulu, aku menghindari topik yg berhubungan dengan keluarga atau panti jompo yg berada dalam penanganannya. Dari wawancaraku, yg bisa kutangkap, Zaki adalah seorang pemuda yg matang untuk ukuran usianya. Dia tahu apa yg ingin dia lakukan, atau yg sedang dia lakukan. Sikap tegas dan percaya diri yg dia tunjukkan lebih karena sifatnya yg memang pemimpin. Zaki tahu kalau dia memiliki posisi yg tidak hanya berefek pada dirinya, tapi juga orang-orang disekitarnya. Baik itu teman-teman atau pekerja dibawahnya.(Dia tetap memintaku tidak mencantumkan ungkapan 'pekerja dibawahnya' tadi. Sok feodal banget. Dan aku sama sekali gak ngerti apa maksudnya. )

Saat kutanya apa pendapatnya tentang orang yg menganggapnya sombong dan bergaul dengan orang-orang tertentu saja, dia tertawa dan bertanya, apa orang-orang yg memberikan opini itu pernah mencoba berhubungan dengannya?

Aku tak bisa menjawabnya. Zaki bilang, itu hanya pendapat orang yg tak mengerti apa pun tentang dirinya. Dan dia tak peduli pada pendapat mereka. Yang jelas, saat orang bersikap baik dan menghormatinya, Zaki pun akan membalasnya dengan kebaikan dan hormat. Tapi saat mereka acuh dan diam saja, diapun tak mau bersusah payah mendekati mereka. Toh hidupnya terus berjalan tanpa mereka. Lain jika mereka memang mencari gara-gara.

Aku sendiri tak bisa membantahnya. Bener juga kan? Bagaimana dia bisa akrab dengan orang-orang itu kalau mereka tak mencoba mendekatinya? Nggak lucu juga kalau tiba-tiba dia bersikap sok asyik dan akrab. Yang ada mereka pasti memandangnya dg aneh. Saat kukemukakan alasan bahwa mungkin mereka hanya segan, Zaki hanya mengangkat bahu dan berkata, itu hak mereka. Dia tak punya kuasa untuk meminta mereka bersikap lain.

Memoirs : The Triangle [ BoyXBoy] [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang