Chapter 18 : The Birthday

3.5K 257 24
                                    

RIZKY

Bahkan setelah mereka menghilang dari pandanganku, aku masih tetap duduk termangu dikursiku. Dari pertama kali aku melihat sosok lelaki itu berjalan menghampiriku, aku sudah luar biasa kaget. Tapi ternyata itu masih preview dari serentetan kejutan yang dia siapkan untukku. Pesta yang dia rencanakan, keakrabannya dengan keluarga Regha, dan ditutup dengan peringatan halusnya. Atau mungkin ancaman?

Aku tak tahu apa yang dia ketahui tentang hubungan antara aku dan Regha. Regha sendiri tak pernah memberi petunjuk bahwa dia dan Zaki tadi akrab. Malah aku mendapat kesan kalau Regha tidak begitu menyukai Zaki. Berbeda dengan kesan yang coba ditampakkan oleh Zaki. Yang jadi pertanyaan adalah, apa maksud dan tujuan dari sikap Zaki tadi? Apa dia menyukai Regha? Aku tak menangkap kesan kalau dia seorang gay. Sama sekali.

"Siapa mereka, Ky?" tanya Ferdy yang tiba-tiba saja muncul dan kemudian duduk didepanku

Aku hanya menatapnya sejenak tanpa menjawab. Akhirnya aku menghela nafas untuk melegakan dadaku yang sedikit sesak, "Teman-teman Regha. Malam ini mereka mengadakan acara untuknya. Mereka juga mengundangku," jelasku pelan dan kembali meminum jus jerukku yang tadi sempet terlupakan.

"Huh? Bukan berita buruk kan? Kenapa kau terlihat. . . " dia tak meneruskan kalimatnya.

"Karena tadi dia memberiku peringatan secara tersamar."

"Peringatan?" tanya Ferdy bingung.

"Yep! Dia bilang tadi kalau dia telah mendapat amanat dari Ibu Regha agar dia menjaga Regha dengan baik. Jadi jika ada orang yang hendak macam-macam dengan Regha atau memanfaatkannya, maka mereka juga akan berurusan dengannya," ujarku dengan wajah tersenyum meski jelas sekali nada bicaraku menandakan kalau aku kesal.

Penjelasan itu membuat Ferdy tertegun sejenak, kaget. "Dia. . . . bilang begitu?" tanyanya tak percaya.

Aku mengangguk dengan senyum kecut, "Yup! Dengan jelas dan tegas!"

"WOOOOWW!" Ferdy bersiul keras, "Beruntung sekali Regha," gumamnya kemudian.

"Maksudmu?"

"Well. . . dia dikelilingi oleh orang-orang yang menakjubkan. Kau dan juga pemuda tadi. Jadi benar-benar iri," gumamnya masih dengan nada kagum. Aku mendengus kesal mendengarnya. Dasar! Liat cowok cakep, langsung deh! gerundengku dalam hati. Aku cepat-cepat bangkit dan meninggalkan Ferdy yang bengong. "Hei, apa yang salah?" protesnya.

REGHA

Sudah 3 jam aku berkutat dengan laporan ini. Masih ada transaksi setebal 2 senti yang harus kumasukkan. Mataku sebenarnya sudah perih. Otakku penuh dengan angka-angka. Tubuhku sudah lelah dan lengket dengan keringat. Sementara kamarku baunya lebih mirip ma tempat jin buang anak gara-gara beberapa kali aku membuang gas alam. Diluar, malam telah membungkus Bandung dengan selimut gelapnya.

Aku baru menyadarinya setelah aku merasa punggungku pegal, lalu menggeliat sembari melirik keluar jendela. Lampu-lampu kost an telah dinyalakan. Aku hampir-hampir tak mendengar suara penghuni kostan lainnya. Tumben amat sepi gini? pikirku heran. Pada kemana semua nih?

Untuk sejenak aku mengintip keluar dari kamar. Benar-benar sepi. Tak ada satu suarapun terdengar, kecuali derungan beberapa kendaraan yang lewat didepan kost. Serem juga kalo sepi gini. Karena tak tahan dengan suasana yang mencekam, aku memutuskan untuk kembali ke kamar untuk menuntaskan laporan tadi. Lebih baik aku segera menyelesaikannya. Semakin cepat, semakin baik. Beberapa catatan transaksi yang ada disana cukup membuatku mengangkat alis. Gak nyangka kalau sebuah panti jompo bisa mengalami begitu banyak transaksi dalam satu minggu. Jumlah nominalnya pun cukup bisa mengangkat alis. Pantes aja si Zaki tajir abis. Penghasilan mingguannya segini gede. Lagipula. .

Memoirs : The Triangle [ BoyXBoy] [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang