Chapter 6 : Confronting

5.5K 301 27
                                    

REGHA

Rumah pada alamat yg tertera di kartu nama Zaki benar-benar menakjubkan. Rumah itu bergaya Eropah klasik dg tiang-tiang ala gedung Yunani kuno yg menakjubkan. Ukurannya kira-kira lima kali lebih besar drpd rumahku yg ada di Majalengka. Pintu pagarnya yg tinggi hanya memberikan pemandangan luar dari lantai dua ke atas. Dan itu sudah cukup membuatku terkesan sekaligus terintimidasi.

Gila!!! Rumahnya segede sarang jin! pikirku ngeri.

Aku menoleh pada Vivi dan Regi yg juga tengah bengong menatap bagunan didepan kami. "Bener ini kan alamatnya?!" tanyaku ragu.

"Kalo menurut alamatnya sih emang ini Gha," sahut Vivi.

"Gila ya Cin! Rumahnya keren abiz!" gumam Regi sembari terus menatap keatas. Sesekali dia menyeruput es rumput laut yg tadi dibelinya.

"Ya udahlah Gha. Lo pencet gih bel nya," kata Vivi.

Bukannya langsung melakukannya, aku malah komat-kamit berdo'a. Entah kenapa, belum lagi berhadapan dg orangnya, aku sudah keder duluan. Jadi ngerasa kaya mau bertamu kerumah pejabat besar aja.

"Jij baca mantera apaan sih Cin? Pelet ya? Ajarin ikke dong?" pinta Regi penasaran.

"Pelet nenek lo kiper!!" gerutuku sewot yg cuma dijawab dengan cengiran oleh Regi. Nih anak bener-bener deh. Bisa aja nemuin celetukan ngaco disuasana kaya gini. Mungkin aku harus berguru padanya, agar aku bisa tetap menemukan sesuatu yg lucu dalam kondisi kritis, gerundengku dalam hati. "Bismillah!" doaku pelan dan memencet bel yg ada disebelah pintu pagar.

Kamipun menunggu dalam cemas.

"Jij tinta lupis bawa dutanya kan cin?" tanya Regi sambil kembali menyeruput es nya lewat sedotan.

"Udah Gi! Nih ada dalam tas dan. . . " kalimatku terputus oleh pintu pagar yg terbuka dengan suara deritan pelan.

Sosok Zaki yg tampak basah kuyup dan hanya menggunakan celana boxer muncul dari baliknya. Dadanya yg telanjang tampak basah. Ada sedikit busa yg menempel dilengannya yg kekar dan sebagian dadanya yg bidang.

Untuk sejenak aku dan yg lain cuman bisa sukses bengong menelusuri penampilannya yang ala tarzan kota itu. Air masih menetes dari rambutnya, turun ke dagunya. Mengalir terus ke leher, dan dada tegapnya yg sedikit berbulu, lalu turun kedaerah perut dan pusarnya yg ditumbuhi rambut-rambut kehitaman sedikit tebal, untuk kemudian berhenti pada kolor boxer hitamnya. Boxer basah itu mencetak jelas apa yg ada dibaliknya.

Sebagian air dirambutnya jg ada yg jatuh ke bahu lebarnya, dan mengalir lewat lengan kekarnya. Ditangan kanannya dia juga memegang semacam spons busa.

Hening!!

Kami hanya saling menatap bengong!

Lalu keheningan kami dipecah oleh suara Regi yg megeluarkan suara tersedak keras dan kemudian batuk-batuk hebat. Dia sampai terbungkuk-bungkuk dan gelas storyfoam yg dia pegang terjatuh. Tangan Regi menutup hidung dan mulutnya. Sepertinya es rumput laut yg dia sedot berganti arah setelah melihat Zaki yg muncul dengan penampilan horornya. Vivi segera tersadar dan dengan tanggap membantunya.

"Masuk!" kata Zaki kemudian pada kami, lalu tanpa menunggu, dia melangkah kedalam.

"A-astajim!!" ujar Regi pelan dan berusaha mengendalikan batuknya lagi. "Ya Allah Ciiiinn!!! Diana seksi bangeeeett!!!" seru Regi heboh sembari mengusap wajahnya dari sisa-sisa semburan es rumput lautnya tadi.

"Dasar sinting! Lo gak inget kalo kita kesini buat Regha?!" gerutu Vivi dan kembali mengulurkan tissue pada Regi untuk mengusap sudut bibirnya.

"Abis diana tiba-tiba muncul pake gaya tarzan gitu! Siapa yg tahan coba?! Neeeeekk. . . jij pegang deh dada ikke!! Serasa mawar meledak!! Pantat ikke serasa berdenyut kenceeeengg!!!! Ya Olooooooohhh!!!!!!!" celoteh Regi. Dia lalu berpaling padaku. "Cin-cin, ntar kita minta foto bareng yuk ma diana?! Ikke mo upload di twitter ma facebook ikke! Bencong-bencong se Indonesia pasti pada heboh! Hihihihi. . . . ," ujarnya centil cekikikan sembari jejingkrakan.

Memoirs : The Triangle [ BoyXBoy] [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang