REGHA
Aku pasti sudah gila!!! pikirku panik. Belum pernah sekalipun, seumur hidupku, aku peduli apakah seorang cowok itu cakep atau nggak. Tapi kemarin, saat makan malam, saat pertama kalinya aku melihat Zaki setelah insiden aneh di sungai itu, tiba-tiba saja aku berpikir kalau dia . . . . , cakep. Maksudku, benar-benar cakep (Percaya deh! Aku sendiri bergidik ngeri waktu aku sadar kalo aku bisa mikir gini!). Profil wajahnya yang unik karena berdarah campuran, postur tubuhnya yang nyaris tanpa cela sehingga membuat semua baju serta atribut yang menempel ditubuhnya seakan-akan dibuat khusus untuknya, gaya bicaranya yang santai namun toh tertata, serta bibir tipisnya yang selalu basah memerah yang saat ini terlihat makin merona menggemaskan karena sambal pedas bikinan Mamah, membuat mataku hampir tak bisa kualihkan darinya.
Bahkan mataku justru menyusuri garis rahangnya, kembali pada bibirnya yang memerah, lalu turun pada jakunnya yang kemudian bergerak turun menelan makanan yang tadi dia kunyah. Tanpa sadar, aku ikut menelan ludah karenanya. Membayangkan bagaimana rasanya jika rasa bibir merah itu dilidahku membuat perutku mules mendadak. Saat itulah tiba-tiba saja dia mengangkat wajah dan berpaling melihatku. Untuk beberapa menit kami cuma saling bertatapan, begitu ngeh, dengan cepat aku memalingkan muka. Segera saja wajahku terasa panas luar biasa sementara dadaku dag dig dug gak karuan. Mati-matian aku mencoba bersikap biasa, tapi karena tak tahan, aku berpamitan selesai, lalu kebelakang untuk mencuci piringku.
AKU MIKIR APA SEEEEEEEEEHHHHH???!!!!!!
Sialan!!! Aku malah jadi semakin salah tingkah berada didekat Zaki. Karena itu aku lebih suka menghindar kalau kami berada dalam satu ruangan bersama. Ini gara-gara tingkah aneh kunyuk itu disungai tadi. Pasti karena itu! Ngapain coba dia pake acara pegang-pegang mukaku gitu? Tuh anak emang bener-bener sinting kali ya? Atau hal itu emang sudah biasa di Australia sono ya? Orang Arab kalo bertemu, biarpun sama-sama cowok juga saling cium pipi. Kebiasaan yang jelas bakal terlihat aneh kalo dilakuin oleh orang sini.
Tapi selama aku mencari info tentang si sinting itu, gak sekalipun aku menemukan budaya pegang pipi disebutkan pada situs-situs dari Australia. Jadi emang egomaniak sinting itu saja yang bener-bener udah gak waras!!! gerundengku dalam hati seraya melangkah keluar untuk duduk diberanda. Berniat mendapatkan sedikit udara segar untuk membersihkan otakku, sementara pikiranku terus menerawang.
Teringat akan kata-kata Zaki soal suasana sore itu. Bagiku sih biasa-biasa aja. Yang aneh justru dia yang bersikap seolah-olah sore itu adalah hal ajaib yang cuma bisa diliat seribu taun sekali. Apa yang aneh sih dengan matahari yang tenggelam. Orang saban hari terus terjadi! Tiap sore kalo matahari tenggelam juga keliatan kayak gitu. Dasar bule aneh!! Aku justru lebih heran dengan dia yang tiba-tiba aja mau berdiri begitu dekat dengaku, sehingga tubuh kami hampir melekat. Bahkan sedikit merinding saat aku mendengar suara pelannya yang nyaris berbisik ditelingaku. Bahkan dengan mengingatnya saja bisa membuatku bergidik sekarang.
Sialnya aku, saat diberanda, bukannya mendapatkan ketenangan, aku malah mendapati Asti yang lagi asyik ngerumpi ditelepon bersama temannya. Dan mereka sedang membicarakan Zaki.
Begitu melihatku, Asti segera berpamitan pada temannya dan menutup telepon. Dia nyengir malu padaku karena ketahuan dan buru-buru melangkah untuk masuk lagi kerumah.
"Neng si Zaki teh kasep pisan kitu? Meni semangat pisan ngawangkongna," sindirku padanya.
Untuk sejenak Asti yang berhenti melangkah hanya memandangku bengong. Sejujurnya aku sendiri lebih kaget dengan kalimat yang kuajukan tadi. Tapi aku memang ingin mendapatkan opini lain tentang Zaki. Takut kalau otakku benar-benar sedang error. Jadi, meski reaksi Asti sedikit membuatku malu, aku cuma membalasnya dengan ikutan nyengir.
"Ih si Aa mah nya, apal enteu ? Rerencangan Asti mah kuatka teu bisa kulem mun teu acan ningal foto Aa Zaki!" jawab Asti ikutan malu-malu. Aku tahu kalau kemarin Asti memang minta izin pada Zaki untuk mengambil fotonya dengan hp. Zaki sih bersedia tapi bareng dengan Zaki. Pasti foto itu telah ditransfer ke hp temen-temen Asti yang lain. (Ih si Aa, apanya yang nggak? Temen si Asti malah gak bisa tidur kalo belom liat foto Aa Zaki)
KAMU SEDANG MEMBACA
Memoirs : The Triangle [ BoyXBoy] [Completed]
Ficção AdolescenteRegha, seorang anak kuliahan dari Majalengka terjebak dikisah dilema dimana perang batin dan akal menyelimutinya. Zaki, Seorang Konglomerat yang begitu membenci Regha karena kecerobohannya menyebabkan mobilnya ringsek Rizky, Seorang Dokter yang meng...