REGHA
Aku masih tak percaya dg semua yg terjadi beberapa menit tadi. Bukan hanya krn Mas Rizky, yg biasanya begitu kaku, dan kukira akan memecatku, dg begitu lembut dan perhatiannya menenangkanku. Tapi jg sikapku yg benar2 memalukan. Tak ubahnya anak kecil yg kolokan, aku menangis sepuasnya dalam pelukan Mas Rizky. Aku tak bisa menahan diri, bahkan nyaris tak sadar dg apa yg kulakukan. Sikap Mas Rizky benar2 membuatku merasa cengeng dan lemah. Sikapnya membuatku merasa kalau aku bisa mengandalkannya. Bahwa dia ada disisiku untuk mendukungku. Bahwa aku tak sendiri. Hal itu membuatku nyaman, tahu bahwa aku tak sendiri.
Kenyataan yg cukup mengagetkanku.
Selama ini, aku bahkan sangat jarang berbicara dengannya. Meski telah bbrp bulan aku bekerja pd Bu Indri, Mas Rizky adalah sosok yg biasanya hanya kulihat dari kejauhan. Kalo berpapasan, paling2 kami hanya saling mengangguk dan tersenyum kecil. Pembicaraan verbalku dgnya tak pernah lebih dari 5 kalimat. Sosoknya selalu misterius bagiku. Kepribadiannya asing. Yg ku tangkap hanya kesan pendiam, tak banyak bicaranya. Bagiku dia adalah sosok yg membuatku segan.
Tapi tadi, aku benar2 telah mempermalukan diriku didepannya. Cowok mana cobayg bisa nangis sedemikian hebatnya dipelukan cowok lain.Demi Tuhan! Aku seorang mahasiswa! Bukan balita!
Dasar bodoh! rutukku dalam hati kesal.
Masih kuingat tadi usapan lembut Mas Rizky di rambutku. Ucapannya yg mencoba menenangkanku. Mungkin setelah 10 menit yg lama, aku baru bisa menguasai diri. Aku melepaskan pelukanku pd Mas Rizky cepat2 dg kepala makin tertunduk.
"Kamu lebih baik kembali ke kost mu dulu. Tenangkan diri. Tunggu aku disana, kita akan bicara. Sebentar lagi Ibu jg pulang. Aku akan mencoba un. . ."
"Jangan Mas!!!" potongku cepat. "Tolong jangan katakan apapun pada Ibu!" pintaku.
"Tapi mungkin Ibu bisa membantu dan. . ," Mas Rizky terdiam saat aku menggeleng cepat.
"Saya nggak mau ngerepotin Ibu Mas!" dalihku. Aku tahu Bu Indri orang yg sangat baik. Tapi uang 40 juta bukanlah urusan enteng. Aku tak akan lagi punya muka kalau sampai aku melibatkan beliau.
Mas Rizky akhirnya menghela nafas dengan penolakanku. "Ya sudah! Kamu pulang dulu. Tunggu aku di kostan mu!" kata Mas Rizky.
"Mas Rizky tau tempatnya?" tanyaku, kembali tanpa melihatnya.
"Aku pernah mengantar Ibu kesana, hanya saja waktu itu kamu pulang kampung," jelasnya dan menepuk bahuku pelan, kemudian berlalu.
Kini, saat aku berada disini, dan sadar kalau Mas Rizky akan datang, aku baru menyadari bahwa kamarku sedang berada dalam kondisi chaos! Barang2 berserakan.Bbrp celana dalam kotor berserakan. Tanpa membuang waktu aku segera membereskannya. Aku jelas tak ingin memberi kesan jelek pada Mas Rizky.
Hanya berselang beberapa detik setelah kamarku tampak rapi, terdengar ketukan pada pintu kamarku.
"Yaaa. . !" sahutku dan segera mendekat. Untung saja selesai, pikirku.Aku membuka pintu, dan sedikit kaget saat melihat Regi dan vivi berdiri didepanku. Regi berpose seakan-akan dia model sebuah pakaian kuntilanak seksi, sementara Vivi cuma nyengir saja padaku.
"Kalian!" kataku pelan dan menghembuskan nafas.
"Ih! Kok gitu sih?" tegur Regi cemberut. "Mestinya jij seneng dong ikke mawar maen ke kostan lo yg joorr. . . " celotehan Regi terhenti saat dia masukkekamarku. "Aje gile!!! Adinda ampar Cin?! Tumben kamar jij rapi jali gindang? Biasanya disana ada kolor ijo. Trs dipojokan ada celana dalem jij warna krem. Disana buku. Trs dibelakang pintu ada gambar Pamela Anderson telenji. Eh. . . masih ada!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Memoirs : The Triangle [ BoyXBoy] [Completed]
Teen FictionRegha, seorang anak kuliahan dari Majalengka terjebak dikisah dilema dimana perang batin dan akal menyelimutinya. Zaki, Seorang Konglomerat yang begitu membenci Regha karena kecerobohannya menyebabkan mobilnya ringsek Rizky, Seorang Dokter yang meng...