REGHA
Aku menyumpah pelan saat berjalan keluar dari kantin. Sumpah mampus!! Bule sinting itu benar-benar tahu cara membuatku naik darah. Gayanya yang sok ngebos dan untouchable itu terkadang membuatku ingin melempar benda apapun yang ku pegang ke mukanya. Dan sikap sok playboy-nya semakin membuatku tak menyukainya. Adu argumen yang pernah kami lakukan dulu sepertinya tak membuatnya berpikiran lain. Tapi siapa yang bisa disalahkan? Fakta bahwa dia seorang player sudah diketahui orang-orang sekampus. Dia tipe orang yang harus selalu menyalurkan libidonya. Bahkan mungkin dia mampu untuk mengganyang segala sesuatu yang bergerak di depannya.
"Dan dia bahkan berani menciumku! Seharusnya aku menonjoknya waktu itu," gerutuku dengan kedua tangan terkepal keras.
"Tunggu dulu! Mencium?!! Zaki?" sergah Regi yang kemudian kontan menahan lenganku.
SIAL!!! Aku bahkan tak sadar kalau aku menggumamkan kalimat tadi dengan keras. Dengan kesal aku menyentakkan lenganku dari pegangan Regi dan kembali melangkah, masih dengan kejengkelan yang luar biasa, "Gue gak mau bahas itu," gumamku.
"Zaki nyium elo Gha?" buru Vivi yang segera menjejeri langkahku.
Aku menghentikan langkahku dan menarik nafas panjang, mencoba mengenyahkan kekesalanku yang jelas saja percuma dan justru semakin membuat mereka berdua penasaran, "Bukan hal yang penting, ok?!"
"Tentu saja penting!" potong Regi ngotot. Sepertinya naluri bancinya sudah terusik. Jelas dia menangkap gosip hangat yang perlu segera di konfirmasi.
"Tak ada satu hal pun yang romantis tentang ciuman itu. Jadi gak ada gosip panas yang perlu lo dengerin," kataku sembari kembali melangkah.
"Hanya fakta bahwa lo berdua cowok dan straight. Hal itu saja cukup buat bikin kita berdua tertarik. Now tell Mama, what happenned!" tuntutnya keukeuh. Kembali aku menarik nafas panjang dan berpaling pada Vivi, mencoba meminta bantuannya. Tapi tentu saja, cewek itu turut menunggu ceritaku dengan wajah mupeng. Seharusnya aku ingat kalau dia adalah seorang fag hag sejati.
"Ciuman itu hanya dia lakukan untuk membungkam gue. Hari minggu kemaren gue ke rumah dia buat berangkat kerja bareng. Dia lagi sarapan bareng cewek tadi, eeeeuuhh..........." aku mencoba mengingat namanya yang tiba-tiba saja hilang dari memoriku.
"Anna," bantu Regi tak sabar.
"Yes, itu dia. Gak perlu gue jelasin apa yang terjadi. Gue nanya apa mereka berdua pacaran. Tapi dengan santai dia
nyangkal dan mengatakan bahwa mereka hanya berteman. Gila kan?!""Gha, lo nyadar kan kalo Zaki dibesarkan dalam budaya yang jauh berbeda dengan adat ketimuran kita?" sela Vivi.
"Gue tahu! Tapi seperti yang lo bilang, itu budaya sana. Bukan disini. Jadi secara gak langsung gue negor dia. Gue salah satu orang yang respek akan sex. Bagi gue sex itu sakral. Karena gue dibesarin dengan budaya, bahwa sex hanya boleh dilakukan saat kita telah menikah."
Regha tersenyum tipis, "Dan itu adalah salah satu hal yang bikin lo beda Gha. Tapi.......... lo udah coba liat di sekeliling lo sekarang? Casual sex hampir-hampir menjadi hal lumrah di kota besar seperti Bandung ini. Bukan gue ngebenerin atau mengamininya!!!" Regi buru-buru menjelaskannya saat aku melemparkan pandangan tak sukaku, "Gue tau itu bukan budaya kita. Lo gak perlu negesin itu. Tapi lo juga kudu tau kalau pergeseran itu sudah terjadi. Gue yakin lo udah liat dan tahu. Lo bukan orang bodoh atau terlalu hipokrit buat buta akan hal itu kan?"
Apa yang bisa ku bantah dari hal itu?! Aku benar-benar akan menjadi seorang munafik bodoh kalau aku menyangkalnya. Zaman sekarang, bahkan anak SD sekalipun memiliki akses mudah untuk mendapatkan video porno. Miris! Tapi memang itu faktanya kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Memoirs : The Triangle [ BoyXBoy] [Completed]
Teen FictionRegha, seorang anak kuliahan dari Majalengka terjebak dikisah dilema dimana perang batin dan akal menyelimutinya. Zaki, Seorang Konglomerat yang begitu membenci Regha karena kecerobohannya menyebabkan mobilnya ringsek Rizky, Seorang Dokter yang meng...