ZAKI
Tubuhku membelah air yang terasa menyegarkan di siang ini. Cuaca Bandung yang beberapa hari belakangan cukup gerah membuatku tak tahan untuk menceburkan diri. Kilauan air di kolam renangku tadi terlihat begitu mengundang. Jadi tanpa pikir panjang aku segera mencari celana renangku dan terjun. Saat pertama kali tubuhku tersentuh air, terasa seakan-akan ada energi baru yang merasuk ke dalam tubuhku. Benar-benar menyegarkan. Biasanya aku berenang minimal seminggu 3 kali. Tapi sejak kesibukan di panti dan melatih Regha, hampir sebulan kemarin aku tak melakukannya. Kali ini aku tak bisa menahannya lagi.
Berenang bisa membantuku melepas tekanan kebosanan yang kadang kurasakan. Bahkan saat pikiranku sudah terlalu kalut dan penat, aku lebih memilih untuk berenang. Setelah melakukannya, tubuhku jadi rileks. Kombinasi kelelahan setelah berenang dan rasa segar air membuatku segera terlelap tanpa sempat memikirkan hal lainnya. Terapi kecil yang kutemukan sendiri
Aku sudah hampir berenang dua kali bolak balik tanpa henti saat dari ujung mataku, kulihat bayangan Regha yang muncul dari panel pintu dengan Mbak Ayu dibelakangnya. Aku segera berenang menuju sisi kolam.
"Sudah datang?" sapaku padanya setelah sampai tanpa naik, "Mbak Ayu tolong bikinin minuman hangat ya? Kamu nggak ikutan?" tanyaku pada Regha sementara Mbak Ayu langsung masuk kembali ke rumah
Regha menggeleng sedikit kikuk, "A-apa yang akan kita kerjakan hari ini?" tanya Regha agak menunduk seakan-akan mencoba menghindar dari tatapanku.
Tanpa menjawabnya aku naik ke atas. Tingkahnya yang tampak lebih gugup dari biasanya membuatku heran, "Regha, look at me. Are you okay?" tanyaku dan mendekat. Regha mengangkat mukanya perlahan dan melihatku.
Untuk sejenak dia hanya diam dengan mata yang sedikit membelalak, dan saat berikutnya dia kembali menunduk dengan wajah memerah hebat. Sebelah alisku terangkat sampai kemudian aku menyadari kalau dia risih melihatku yang hanya memakai celana renangku. Sedikit mengherankanku karena bahkan saat ke Majalengka dulu, aku tahu kalau saat mandi di sungai, Agus dan yang lainnya justru telanjang bulat. Jadi seharusnya Regha tak perlu risih kan?
"Regha?" tegurku.
"A-aku nggak papa kok," jawabnya cepat dan sedikit melangkah mundur.
Aku kembali mengangkat alis melihatnya, "Kamu mau berenang? Airnya cukup menyegarkan. Tugas kita tak terlau banyak hari ini, jadi kita bisa agak santai," tawarku.
Regha hanya menggeleng tanpa melihatku.
"Hei, are you sure you're okay?" tanyaku lagi, "Regha, lihat aku!" pintaku lagi. Dia memang melakukannya, tapi bisa kulihat keengganannya. Semburat merah di wajahnya semakin jelas terlihat. Dan pada saat itulah aku baru sadar. I think he likes me, pikirku senang. Karena kalau tidak, dia tak akan bermasalah dengan keadaanku sekarang. Guy sees other guys naked is not weird, is it? We do it all the time. At gym, locker room or else. Tapi........... kalau dia bereaksi seperti Regha, bukankah hanya terjadi pada mereka yang memiliki ketertarikan khusus. I mean, look at him! Dia terlihat mati-matian berusaha menguasai diri dan wajahnya benar--benar memerah. Dia bahkan tak sanggup melihatku lebih dari semenit dan buru-buru berpaling.
Tanpa sadar aku tersenyum dan tak mampu menahan tawa kecilku, "Bisa tolong ambilkan handukku?" pintaku dan menunjuk pada handuk yang tadi kusampirkan di kursi malas yang ada di bawah payung besar. Regha tak menjawab, tapi dia langsung berbalik dan melangkah menuju kursi.
Tapi begitu dia berbalik aku langsung meraih pinggangnya dan memondongnya di bahuku. Regha terpekik kaget.
"WHOOAAH!!! KI!! APA-APAAN?!! TURUNIIN!!" serunya dan mencoba berontak. Aku memegangi pantatnya yang coba dia gerakkan untuk melepaskan diri, membiarkan wajahnya berada di punggungku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memoirs : The Triangle [ BoyXBoy] [Completed]
Teen FictionRegha, seorang anak kuliahan dari Majalengka terjebak dikisah dilema dimana perang batin dan akal menyelimutinya. Zaki, Seorang Konglomerat yang begitu membenci Regha karena kecerobohannya menyebabkan mobilnya ringsek Rizky, Seorang Dokter yang meng...